China
Era Baru
Huang Xilian ; Duta Besar China untuk ASEAN
|
KOMPAS,
04 April
2018
Sidang Kongres Rakyat
Nasional (KRN) dan Sidang Majelis Permusyawaratan Politik (MPPR) China telah
usai. Hasilnya adalah memilih pemerintahan baru, diluluskannya Rancangan
Amandemen Konstitusi, dan dimulainya reformasi kelembagaan negara.
Sidang KRN dan MPPR sebagai “Dua Sesi” telah mengeluarkan
sinyal kuat, yakni China akan memperdalam reformasi dan memperluas
keterbukaan sehingga China dapat berkontribusi lebih besar bagi perkembangan
dunia.
Kini pembangunan
sosialisme yang berkarakteristik China sudah memasuki babak baru, sehingga
menjadi sorotan masyarakat internasional. Terutama pengaruh apa saja yang
akan dibawa oleh China terhadap dunia di masa depan.
Sudah
40 tahun
Ini bukan topik baru.
Tahun ini adalah peringatan 40 tahun diberlakukannya kebijakan reformasi dan
keterbukaan di China, di mana China telah berkembang dari negara miskin menjadi
kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia.
Kontribusi China terhadap
pertumbuhan ekonomi dunia lebih dari 30 persen, melampaui akumulasi
kontribusi AS, Jepang dan negara-negara Eropa. China adalah kontributor utama
pengentasan orang miskin dunia, dengan tingkat kontribusi melampaui 70
persen.
China aktif mendorong PBB
merealisasi agenda pembangunan berkelanjutan serta menanggapi perubahan iklim
global. China merupakan negara yang paling banyak mengirim pasukan pemelihara
perdamaian. China membangun platform kerja sama internasional dan menyediakan
produk-produk keperluan publik internasional.
Akan tetapi perkembangan
China selalu diiringi dengan “suara bising”. “Teori keruntuhan Tiongkok”
bermunculan, namun teori itu malah satu per satu runtuh lebih dulu. Kini ada
“teori ancaman Tiongkok” yang membesar-besarkan “Sharp Power” China, dan
“mengingatkan” dunia agar mewaspadai model pembangunan China. Bagaimana duduk
perkaranya? Apa yang ditawarkan China era baru pada dunia?
Pada Oktober 2017, Kongres Nasional ke-19 Partai Komunis China
melakukan “top-level design” terhadap diplomasi China di era baru, sekaligus
menetapkan dua target utama, yakni “aktif mendorong pembentukan komunitas
senasib sepenanggungan umat manusia serta pembentukan hubungan internasional
tipe baru”.
Sidang KRN China
meluluskan Rancangan Amandemen Konstitusi, dengan tambahan tiga teori pada
bagian pengantarnya, antara lain “berpegang teguh pada jalan pembangunan yang
damai”, “mempertahankan strategi keterbukaan yang saling menguntungkan dan
menang bersama (win-win)” serta “mengintensifkan pembentukan komunitas
senasib sepenanggungan”.
Dua target utama serta
tiga teori dalam Konstitusi baru itu, sepenuhnya mencerminkan tekad bulat
China di era baru untuk menempuh jalan pembangunan yang damai, sekaligus
menunjukkan keinginan mengusahakan pembangunan dan kemakmuran bersama dengan
berbagai negara dunia.
Kerja
sama dunia
Di tengah ekonomi dunia
yang melesu, kita seharusnya bekerja sama mendorong pertumbuhan. Namun,
proteksionisme malah semakin bergolak. Pemikiran Zero Sum yang
“menomorsatukan negeri sendiri” telah merusak kerja sama yang saling
menguntungkan.
Terhadap unsur-unsur
instabilitas yang meningkat, kita seharusnya berupaya bersama menghadapinya,
namun mentalitas perang dingin yang telah ketinggalan zaman kembali muncul ke
permukaan, persekutuan militer terus meningkat, menyebar-luaskan “teori
ancaman Tiongkok”. Padahal, China di era baru bukan konfrontasi melainkan
kerja sama; bukan ancaman melainkan persahabatan, bukan Zero Sum melainkan
win-win. Jadi di mana ancamannya?
Tiongkok pada era baru
akan menempuh jalan pembangunan yang berbeda. China akan secara aktif
memelihara keadilan internasional, tidak memaksakan kehendak, aktif mendorong
pembangunan “Satu Sabuk Satu Jalan”, meningkatkan pertukaran dan kerja sama
dengan negara-negara lain; dan aktif berpartisipasi dalam reformasi dan
pembentukan sistem pemerintahan global. China pada era baru, tidak hanya
mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya tetapi juga menyediakan “lautan
biru yang baru” untuk maju bersama negara negara lain.
Untuk
ASEAN
Apa yang dapat ditangkap
oleh ASEAN sebagai tetangga China? Ibarat pepatah China yang berbunyi
“paviliun tepi air akan disinari bulan terlebih dahulu”, ASEAN adalah prioritas China dalam
implementasi inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan.
Presiden Xi Jinping
menunjukkan bahwa sangat penting membina hubungan kemitraan strategis
China-ASEAN pada tingkat yang lebih tinggi, dan bersama-sama membentuk
komunitas senasib sepenanggungan China-ASEAN.
Anggota Dewan Negara
merangkap Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam jumpa pers Sidang KRN
menggarisbawahi, kerja sama China-ASEAN adalah contoh kerja sama paling
sukses dan paling dinamis di Asia Pasifik. China menempatkan ASEAN pada
halaman pertama agenda kerja samanya dengan luar negeri.
Tahun ini bertepatan
dengan 15 tahun pembentukan hubungan kemitraan strategis China-ASEAN. Kedua
pihak tengah menyusun “Visi Hubungan Kemitraan Strategis China-ASEAN Tahun
2030”.
Kami gembira ASEAN
bersedia meningkatkan sinergi strategi kedua belah pihak dan memperdalam
kerja sama pragmatis di berbagai bidang, supaya hubungan China-ASEAN di era
baru dapat membuahkan hasil melimpah. Ini akan menjadi kekuatan vital dalam
upaya memelihara perdamaian dan kestabilan kawasan, layaknya “jangkar” kapal,
dan pada akhirnya berubah menjadi sepasang sayap yang membawa ekonomi kawasan
melambung tinggi.
Mari bergandengan tangan
mewujudkan eskalasi hubungan China-ASEAN, membentuk komunitas senasib
sepenanggungan Asia, serta membangun dunia yang damai, aman, makmur, terbuka
dan inklusif! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar