Narkoba
Menyerbu Indonesia
Bagong Suyanto ; Guru Besar FISIP Universitas Airlangga Surabaya
|
SUARA
MERDEKA, 28 Februari 2018
INDONESIA tampaknya
menjadi surga bagi pencandu dan pengedar narkoba. Namun tekad Badan Narkotika
Nasional (BNN) yang terus menggencarkan operasi tampaknya membuat ruang gerak
pencandu dan pengedar tak lagi leluasa.
Pekan-pekan terakhir ini,
aparat kepolisian bukan hanya panen menangkap artis dan masyarakat umum
pencandu narkoba di berbagai daerah, tetapi juga berhasil menggagalkan upaya
penyelundupan narkoba dalam jumlah besar.
Berdasarkan informasi
intelijen China kepada BNN, diketahui ada sekitar 5 ton sabu-sabu senilai Rp
10 triliun sedang menuju perairan Indonesia. Gerak cepat aparat kepolisian
akhirnya membuah hasil.
Sebanyak 1 ton sabu-sabu
ditangkap pertama kali di Batam, dilanjutkan penangkapan kedua 1,6 ton.
Penangkapan kedua ini terjadi di Perairan Anambas Batam, Kepulauan Riau.
Sabu-sabu yang hendak diselundupkan diangkut oleh sebuah kapal berbendera
Singapura yang berawak empat orang warga negara asing (WNA).
Penangkapan ketiga terjadi
pada 23 Februari, sekitar 3 ton, di perairan Selat Philips dekat Pulau Nipah,
Kepri. Tampaknya, Batam belakangan ini menjadi pintu masuk yang dianggap
mudah diterobos mafia atau bandar narkoba internasional.
Masyarakat Indonesia
sepertinya dianggap sebagai target pasar yang empuk bagi mafia dan para
pengedar narkoba. Dalam banyak kasus, potensi pasar calon pencandu narkoba
yang luar biasa inilah yang menarik para mafia narkoba hingga mereka berani
beramairamai menyerbu Indonesia dengan berbagai cara.
Daya
Tarik Indonesia
Akibat iklim persaingan di
luar negeri yang makin ketat, bagi para pengedar narkoba, Indonesia jadi
pangsa pasar yang menjanjikan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta
jiwa, potensi bagi peredaran narkoba sangatlah besar.
Tidaklah mengherankan jika
dari waktu ke waktu arus penyelundupan narkoba ke Indonesia cenderung
meningkat. Secara garis besar, paling tidak, ada tiga faktor yang menyebabkan
Indonesia dilirik banyak bandar narkoba berskala internasional.
Pertama, Indonesia dikenal
sebagai negara yang memiliki pintu masuk yang relatif kurang terjaga dan
wilayah perairan laut yang terlalu luas yang acap kurang terawasi. Jumlah
aparat pengawas yang terbatas dan keterbatasan dana operasional sering
menjadi salah satu faktor penyebab kenapa mafia narkoba di dunia menjadikan
Indonesia sebagai sasaran utama peredaran barang haram itu.
Sebagai negara kepulauan,
Indonesia dikenal memiliki wilayah laut yang luas dan terbuka. Dengan
memanfaatkan kurangnya pengawasan inilah para gembong narkoba seolah
menemukan habitatnya untuk menyelundupkan narkoba miliknya.
Kedua, berkaitan dengan
daya beli masyarakat yang lumayan tinggi, perubahan gaya hidup yang makin
permisif, dan lingkungan pergaulan yang bergaya urban menyebabkan Indonesia
menjadi incaran gembong narkoba dari berbagai negara.
Di kalangan masyarakat
kelas menengah, Indonesia boleh dikata memiliki potensi keuangan yang cukup
dan memungkinkan mereka menjadi konsumen narkoba yang relatif panjang
masanya. Warga yang menjadi target empuk para pengedar tidak hanya anak muda
urban, kelas eksekutif, anak-anak band yang terbiasa dengan kehidupan malam,
tetapi juga perempuan dan anak sekolah.
Narkoba yang dikemas dalam
bentuk paket hemat dan murah adalah jenis narkoba yang selama ini banyak
ditawarkan kepada anak-anak sekolah. Ketiga, keuntungan dari bisnis narkoba
sangat menjanjikan. Sebagai bagian dari shadow economy, aktivitas peredaran
dan penjualan narkoba pada umumnya bebas pajak atau retribusi.
Peredaran narkoba yang
dilakukan sembunyi-sembunyi atau terselubung, di permukaan mungkin tidak
terlalu tampak, tetapi semua orang mengetahui bahwa uang yang terlibat di
dalamnya sangatlah besar.
Hanya dalam tiga
kesempatan penyelundupan saja, nilai uang yang terkandung dalam 10 ton
sabu-sabu sudah mencapai Rp 10 triliun lebih. Bisa dibayangkan, berapa banyak
uang yang terlibat dalam peredaran narkoba per tahunnya di berbagai daerah di
Indonesia?
Gaya
Hidup
Untuk memerangi ulah
bandar narkoba yang menjadikan Indonesia sebagai sasaran utama tentu bukan
hal yang mudah. Pemerintah melalui peran BNN selama ini memang telah
melakukan berbagai hal untuk mencegah peredaran narkoba di Tanah Air.
Bahkan Presiden Joko
Widodo sendiri yang menyatakan kepada seluruh bangsa Indonesia bahwa
Indonesia berada dalam situasi darurat narkoba dan dia menyerukan perang
besar terhadap segala bentuk kejahatan narkotika. Selain melakukan operasi
tangkap tangan terhadap artis dan masyarakat yang mengonsumsi narkoba, aparat
kepolisian juga menggelar berbagai razia ke sejumlah diskotek dan tempat
hiburan lainnya.
Tujuannya, memberikan
shock therapy agar masyarakat tidak mudah terjerat perangkap narkoba yang
ditebar para pengedar. Dalam batas-batas tertentu, operasi yang digelar
aparat memang terbukti mampu mengurangi laju peredaran narkoba di masyarakat.
Akan tetapi, untuk
memberantas peredarannya hingga ke akar-akarnya tentu butuh lebih dari
sekadar pendekatan yang sifatnya punitif. Perlu kita sadari, perilaku
penyalahgunaan narkoba sebetulnya adalah persoalan gaya hidup. Seseorang
memutuskan menjadi konsumen narkoba bukan karena didorong keinginan untuk
lari dari tekanan hidupnya atau sekadar iseng.
Pilihan menjadi pencandu
narkoba biasanya sering dilakukan masyarakat karena mereka menganggap hal itu
sebagai bagian dari perkembangan gaya hidup masyarakat postmodern. Kesulitan
untuk mencegah masyarakat menjadi pembeli dan pencandu narkoba karena selama
ini kita hanya mengandalkan kinerja aparat kepolisian. Memang sudah menjadi
tugas aparat untuk memerangi peredaran narkoba.
Namun dengan menyadarkan
dan merekonstruksi masyarakat, akan lebih tangguh dalam menghadapi tawaran gaya
hidup dan narkoba sehingga akan jauh lebih efektif untuk menangkal
ancamannya. Lebih dari soal hukum dan kriminalitas, untuk mengurangi
peredaran narkoba yang makin merebak, sesungguhnya bisa dilakukan dengan
mengacu pada rekayasa gaya hidup masyarakat yang lebih sehat. ●
|
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong Hk
BalasHapus