Ustaz
Abdul Somad yang Saya Kenal
Imam Shamsi Ali ; Presiden Nusantara Foundation
|
KORAN
SINDO, 26 Desember 2017
SAYA sangat kecewa dengan
tindakan atau kebijakan sebagian pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri,
terhadap Ustaz Abdul Somad. Kejadian Bali beberapa hari lalu, dan kejadian
Hong Kong juga tiga hari lalu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang
dibanggakan oleh dunia, khususnya yang menganut paham demokrasi dengan
kebebasan (freedom) sebagai esensi dasarnya.
Apapun alasannya
pencekalan itu baik oleh oknum masyarakat maupun pemerintah sangat tidak
sejalan dengan semangat kebebasan dan keragaman.
Dalam dunia demokrasi yang
kita kenal, seperti Amerika Serikat, kebebasan ekspresi, berbicara dan
berpendapat itu hak asasi manusia yang sangat dihormati. Dan tidak akan
dianggap ancaman selama itu masih dalam batas opini atau bicara (speech).
Maka mengeritik presiden sekalipun adalah hal wajar selama tidak ada ancaman,
apalagi tindakan kekerasan (violence).
Sejujurnya saya belum
terlalu lama mengenal Ustaz Abdul Somad, MA. Baru sekitar bulan Juli lalu
saya kembali ke Jakarta dan salah seorang pengurus Islamic Center Jakarta
memberikan usulan agar ceramah-ceramah saya direkam.
Menurutnya ada seorang
ustaz saat ini yang menjadi magnet, disenangi di mana-mana. Beliaupun
menyebutkan nama itu, Ustaz Abdul Somad.
Dari situlah saya menjadi
ingin tahu siapa gerangan sosok itu. Saya cari beliau di Youtube, dan
Subhanallah, beliau adalah sosok ulama yang luar biasa. Saya tidak terlalu
tertarik dengan kepopulerannya.
Karena bintang film juga
banyak yang populer, politisi juga demikian. Bagi saya banyak cara untuk
populer. Teroris juga populer karena kejahatannya.
Justeru yang membuat saya
terkagum dengan beliau adalah keseimbangan dalam memahami Islam. Mungkin
bahasa populernya beliau sangat moderat dalam pemahaman. Tidak ekstrim ke
samping mana saja, baik kiri maupun kanan.
Tapi yang lebih penting
adalah keluasan ilmu dan referensi agama yang beliau miliki. Sungguh saya
senang ketika seseorang beragumentasi dan menyampaikan argumentasi dengan
referensi dan pemahaman yang luas.
Maka ceramah-ceramah yang
diselingi dengan humor-humor yang sesuai dan mengena bagi saya memang sangat
wajar jika memiliki daya atraksi yang tinggi. Sehingga di mana-mana beliau
dicari, diterima oleh massa yang sangat besar.
Karakter
mulia
Tapi yang paling saya
kagumi dari guru kita ini adalah kesederhanaan, apa adanya, dan Insya Allah
mengatakan dan melakukan semuanya tanpa dipoles-poles. Beliau melakukan
dakwah tanpa pilih, di kota besar atas undangan pejabat besar atau dipelosok
desa atas undangan rakyat kecil. Bagi beliau semuanya punya hak yang sama.
Melalui berbagai ceramah
di Youtube, saya diam-diam memang jatuh hati baik oleh pemikiran dan pendapat
keagamaan beliau maupun cara penyampaian yang berkarakter dan menyegarkan.
Bahkan jujur saya banyak menimba ilmu baru dan segar dari ceramah-ceramah
beliau.
Oleh karenanya saya memutuskan untuk
mengundang beliau. Saya mencari kontak beliau dan mengontak beliau.
Subhanallah beliau dengan sangat hormat dan lapang dada merespon dengan
positif undangan kami ke USA Insya Allah.
Keinginan saya untuk
mengundang beliau adalah selain memberikan tausiah-tausiah ke masyarakat
Indonesia di Amerika Serikta, juga seorang ustadz, apalagi sebesar nama
beliau perlu diberikan akses global. Bahwa keluasan ilmu agama menjadi sangat
penting untuk dibarengi oleh pengalaman yang lebih banyak sehingga wawasan
akan semakin menjadi luas pula.
Maka saya berusaha menemui
beliau di saat ada kesempatan kembali ke tanah air. Kesempatan itupun terjadi
di tempat Ustaz Arifin Ilham, Sentul. Subhallah saya menemukan sosok yang
luar biasa dalam kesederhanaan, kesahajaan, tapi memilii kharisma dalam kata
dan penyampaian.
Dua hari setelah itu
kembali kami dipertemukan di kampung halaman saya di Makassar. Saya sungguh
kagum betapa beliau dikarunia Allah kemampuan keilmuan dan daya tarik
sehingga massa begitu berlimpah untuk mendengarkan tausiah-tausiah beliau.
Maka mendengarkan berita
penolakan dan pencekalan itu menjadikan saya kecewa, entah kepada siapa.
Walau saya sadar bahwa da’wah itu alamiahnya pasti akan tertantang. Saya
bukan mempermasalahkan itu. Tapi mereka yang menolak atau mencekal dengan
tuduhan-tuduhan yang jahat, bahkan tanpa ada bukti.
Sempurnahkan Ustaz Abdul
Somad? Apakah beliau bersih sama sekali dari kekurangan dan kesalahan?. Kata
orang Amerika, who the hell is perfect? Siapa yang sempurna?.
Tapi jika seorang Abdul
Somad yang sopan, santun, imbang dan moderat, menghormati perbedaan, cinta
sesama Muslim dan sesama manusia, dan cinta damai dicekal?. Lalu siapa lagi
yang dianggap tidak radikal?. Apakah menyampaikan Islam dengan jujur dan apa
adanya itu radikal?.
Kalau ternyata radikalisme
itu dipahami demikian, maka saya mengatakan tidak setuju dengan konsep
moderasi. Jika moderasi berarti menyembunyikan kebenaran, mengesampingkan
keadilan, maka masanya kita perlu merumuskan konsep moderasi yang berbeda. Wallahu a’lam! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar