Indonesia
2018, Perspektif Marketing (dan) Politik
Hasanuddin Ali ; Founder and CEO Alvara Research Center
|
KORAN
SINDO, 29 Desember 2017
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia hingga kuartal ketiga 2017 mencapai angka 5% dan diperkirakan pada
akhir tahun 2017 akan berada di kisaran 5,1%. BPS mencatat sepanjang 2017 ekonomi Indonesia
masih ditopang dua “mesin” utama, yaitu konsumsi rumah tangga yang berkontribusi
55,68% pada Q3 2017 dan investasi yang berkontribusi 23,76% pada Q3 2017.
Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang empat sektor utama, yaitu
makanan dan minuman, kesehatan dan pendidikan, transportasi dan komunikasi,
serta restoran dan hotel.
Ekonomi
Politik Indonesia 2017
Dari sisi ekonomi, ada dua
isu yang menjadi pokok perbincangan sepanjang 2017, yaitu penurunan daya beli
dan ekonomi digital.
Pertama, indikasi
pelemahan daya beli konsumen di beberapa sektor jelas terlihat, antara lain
beberapa perusahaan ritel menutup usahanya karena sepi pembeli dan terus
merugi.
Perusahaan automotif, baik
roda empat maupun roda dua, mencatat pertumbuhan penjualan yang tidak
menggembirakan. Kedua, 2017 juga ditandai dengan semakin menjamurnya
situs-situs belanja online , mulai dari pemain lokal sampai pemain global
yang berekspansi ke Indonesia karena melihat perkembangan pasar digital Tanah
Air yang semakin menarik. Penetrasi pengguna semakin tinggi di Indonesia. Ber
bagai studi menunjukkan pada 2017 setidaknya 132 juta pen duduk sudah
terkoneksi dengan internet.
Menurut kajian Alvara
Research Center, 33,5 % di antaranya tergolong sebagai heavy users (akses
internet 3-6 jam sehari) dan 13,5% adalah addicted users (akses internet >
7 jam sehari). Dengan demikian 44,2 juta pengguna internet Indonesia adalah
heavy users dan 17,8 juta adalah addicted users. Politik Indonesia pada 2017
ditandai dengan pilkada se rentak di 101 daerah. Pilkada yang paling besar
menyita perhatian adalah Pilkada DKI Jakarta.
Dan kita semua tahu Anies
Baswedan menang atas lawannya Basuki Tjahaja Purnama dengan keunggulan telak
57,96% berbanding 42,04%. Pilkada Jakarta bukan sekadar pertarungan Basuki
dengan Anies semata, lebih dari itu adalah pertarungan dua kutub ideologi
politik yang akan menentukan wajah politik Indonesia kedepan.
Menguatnya
Urban Midle-Class Millennial
Bagaimana dengan Indonesia pada 2018? Dengan melihat tren ekonomi pada kuartal ketiga yang
membaik, baik di Indo nesia maupun di kawasan ASEAN, ekonomi Indonesia tahun
depan— meski tidak terlalu spektakuler—dipercaya akan lebih baik daripada
2017. Prediksi IMF dan World Bank, pertubuhan ekonomi Indonesia pada 2018
berkisar 5,3-5,4%. Dalam konteks ekonomi politik, ada tiga komponen yang
menjadi penentu.
Mereka adalah masyarakat
urban, penduduk kelas menengah, dan generasi milenial. Ketiga komponen inilah
yang akan menjadi bahan bakar ekonomi politik Indonesia 2018. Tahun 2015 saja
penduduk urban di Indonesia menurut dataBPSsudahmencapai53,3%.
Perbedaan antara urban dan
rural ini bukanlah sekadar persoalan perbedaan geografis semata, tapi lebih
jauh dari itu adalah perbedaan soal nilai-nilai, pola pikir, dan budaya.
Berdasarkan data BPS, jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2017 cukup
besar, yakni 66,31% dari total penduduk. Mereka inilah yang diharapkan mampu
mendorong kenaikan tingkat konsumsi rumah tangga.
Dalam sejarah di berbagai
negara, kelas menengah selalu menjadi motor perubahan, terutama terkait
dengan aspek ekonomi dan perubahan sosial. Mereka memiliki uang lebih, daya
belinya cukup sehingga mampu menjadi penggerak ekonomi dari sektor konsumsi.
Generasi milenial di Indonesia saat ini mencapai34%, generasi mayoritas di
antara generasi-generasi yang lain.
Menurut Pew Research
Center, mereka adalah generasi yang lahir antara tahun 1981 hingga 1999.
Mereka memiliki karakter dan perilaku yang sangat digital minded karena
konsumsi mereka terhadap internet sangat tinggi.
E-Leisure
Economy
Ekonomi Indonesia pada
2018 akan dibentuk oleh dua entitas penting, yaitu digital economy dan,
meminjam istilah Yuswohady, leisure economy. Kedua tren ekonomi ini tidak
saling menegasi, tapi justru saling memperkuat untuk mem bentuk ekosistem ekonomi
baru Indonesia 2018, yaitu e-leisure economy.
Ini merupakan eko nomi
yang berbasis kreativitas, entertainment, dan penciptaan pengalaman/experience
dengan kata kunci digital sebagai plat form utamanya. Hal ini seiring sejalan
dengan tumbuhnya kon sumen baru Indonesia, yakni konsumen urban middle-class
millennial. Konsumen ini lebih memen tingkan pengala man dan interaksi ketika
meng gunakan atau mengonsumsi produk/brand .
Dari sisi perilaku,
konsumen Indonesia tahun 2018 akan semakin menghendaki proses yang lebih
instan, tidak berbelit dengan pelayanan yang tetap prima. Internet dan media
sosial semakin memiliki posisi penting dalam proses peng ambilan keputusan pembelian
terhadap produk/brand.
The
Endless Battle Game
Pilkada Serentak 2018 akan
digelar Juni diikuti 171 daerah. Selain itu tahun depan pelaku politik juga
mempersiapkan diri menyongsong pemilu presiden dan pe milu legislatif
(pilpres dan pileg) pada 2019. Berbagai konsolidasi politik peserta pemilu
akan sangat masif terjadi di tahun depan. Dalam konteks politik ada tiga isu
yang akan sangat mewarnai wajah politik 2018.
Pertama, populisme
berbasis agama. Pertarungan antara kelompok nasionalis dan Islamis politik
akan tetap mewarnai dan mendominasi wacana perebutan potensi suara pemilih
baik untuk Pilkada 2018 maupun untuk Pilpres-Pileg 2019.
Kedua, it’s the economy,
stupid! Tidak bisa dimungkuri persoalan ekonomi akan tetap menjadi isu seksi
yang banyak dibahas.
Dari berbagai survei
Alvara Research Center, tingkat kepuasan terhadap pemerintah an Joko Widodo
yang paling rendah selalu terkait dengan sektor ekonomi. Tiga aspek yang
berkaitan dengan ekonomi tersebut adalah soal kesenjangan ekonomi, penyediaan
lapangan kerja, dan stabilitas harga kebutuhan pokok.
Ketiga, pemilih milenial.
Jumlah pemilih dalam Pemilu 2019 akan didominasi generasi milenial.
Milenial yang lahir dalam
rentang 1981-1999 ini akan berusia 20-38 tahun dan jumlahnya mencapai sekitar
86 juta jiwa atau dengan kata lain 48% pemilih pada Pemilu 2019 adalah
generasi milenial. Bila ditam bahkan dengan pemilih yang berusia 17-19 tahun,
jumlah pemilih dalam rentang 17-38 tahun mencapai51%. Artinya 1 dari 2 pemilih
adalah generasi milenial, sebuah jum lah pemilih yang sangat meng giurkan
bagi partai atau kan didat yang akan bertarung pada Pemilu 2019.
Hiruk-pikuk politik selama
2018 bisa menjadi “pedang bermata dua” bagi ekonomi Indonesia. Pertama,
pelaku usaha butuh kepastian dan cenderung wait and see yang bisa menghambat
ekspansi usaha mereka. Namun pilkada serentak ini bisa juga menjadi stimulus
penggerak ekonomi daerah karena bisa dipastikan uang beredar di daerah akan
meningkat.
Akhirnya bagaimana
Indonesia pada 2018 dari sudut pandang ekonomi politik? Tahun 2018 adalah
tahun saat masyarakat urban middle-class millennial akan memegang kunci utama
ekonomi politik. Ada tiga cara untuk mendekati mereka, yakni beradaptasi
dengan karak ternya, mengajak bicara dengan bahasanya, dan bergaul lebih intim
dengannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar