Kebijakan
Jitu untuk Ungkit Pertumbuhan
Gianie ; Litbang Kompas
|
KOMPAS,
27 Desember
2017
Jika tahun lalu fokus
besar pembicaraan dan perhatian ekonomi lebih banyak pada kebijakan pengampunan
pajak untuk meningkatkan penerimaan negara, tahun ini bergeser pada isu yang
lebih makro, pertumbuhan ekonomi.
Diskursus pertumbuhan
ekonomi menjadi isu penting. Setidaknya ada dua alasan mengapa demikian.
Pertama, 2017 adalah pertengahan dari masa pemerintahan Joko Widodo yang
sudah meletakkan landasan sejak 2014 akhir untuk memacu ekonomi agar target
pertumbuhan 7 persen tercapai. Tahun yang menjadi penentu bagi dua tahun
berikutnya apakah kita masih akan berada pada pertumbuhan moderat 5 persen
atau bahkan lebih rendah. Hal ini karena dua tahun ke depan merupakan tahun
politik dengan penyelenggaraan pilkada serentak gelombang ketiga sebagai
ajang pemanasan.
Kedua, pemerintah seperti
kesulitan dan tak fokus dalam memilih dan menetapkan sektor ekonomi atau
program yang bisa menjadi pengungkit pertumbuhan. Ini juga berpotensi sulit
menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur
menjadi landasan kuat yang dipilih Jokowi untuk memacu perekonomian. Secara
fiskal, pembiayaan untuk infrastruktur periode 2015-2019 sebesar Rp 4.796
triliun. Dari jumlah ini, sebanyak 41,2 persen dibiayai dari APBN. Sisanya
dari swasta dan BUMN.
Secara teknis, segala
hambatan yang menghadang pelaksanaan proyek infrastruktur segera diatasi,
mulai dari pembebasan lahan, koordinasi antarlembaga, hingga pengerjaan waktu
yang diperketat agar segera dioperasikan. Namun, dampak dari penyediaan
infrastruktur ini jangka panjang. Tak bisa dinikmati dalam 1-2 tahun ke
depan. Infrastruktur yang sekarang dikerjakan baru akan selesai satu atau dua
tahun ke depan. Untuk memastikan semua proyek berjalan sesuai target,
Presiden turun tangan langsung mengawasi dan memberi arahan.
Sejak 2014, tren
pertumbuhan ekonomi turun ke level 5 persen. Tahun 2015 sempat 4,79 persen.
Triwulan III-2017, naik menjadi 5,06 persen dibandingkan triwulan sebelumnya
5,01 persen. Pertumbuhan triwulan IV diperkirakan naik lagi karena biasanya
konsumsi meningkat akibat ada belanja dan liburan Natal dan Tahun Baru.
Namun, target 5,2 persen masih sulit terpenuhi. Tahun ini, relatif tak ada
kejadian signifikan yang berdampak kuat terhadap pertumbuhan ekonomi, baik
secara positif maupun negatif, ataupun yang memengaruhi kondisi keuangan
negara.
Masa
konsolidasi
Meski pertumbuhan tak
tinggi, beberapa indikator ekonomi makro membaik. Cadangan devisa terus
menguat, per Oktober 2017 sempat 126,5 juta dollar AS. Surplus neraca
pembayaran pun meningkat, terutama ditopang transaksi perdagangan nonmigas.
Inflasi trennya terjaga di bawah 4 persen. Harga-harga kebutuhan pokok cukup
terkendali, terutama di saat-saat krusial seperti bulan puasa dan hari raya.
Situasi sekarang,
konsolidasi ekonomi masih berlangsung di tengah pemulihan ekonomi global.
Pada sektor rumah tangga, konsumsi sedikit menurun. Masyarakat, terutama
kalangan menengah atas, menahan pengeluaran dan memilih memupuk tabungan di
bank. Konsumsi menurun terkonfirmasi pula lewat peredaran uang yang melambat.
Di sektor perbankan, bank
memilih mengurangi risiko, selektif menyalurkan kredit, dan menyimpan dana di
Bank Indonesia. Di sektor swasta, pelaku bisnis cenderung mengakumulasi dana
dan mengurangi beban utang, terutama utang luar negeri. Mereka juga selektif
ekspansi atau investasi baru.
Padahal, selama 2017 iklim
usaha sebenarnya sudah sangat kondusif dan layak investasi. Lembaga
pemeringkat Moody’s pada Februari menaikkan prospek utang Indonesia dari
stabil menjadi positif. Standard & Poor’s pada Mei juga menaikkan
peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi, dari BB+ dengan proyeksi
positif menjadi BBB- dengan proyeksi stabil.
Setelah itu, Fitch Rating
pada 21 Desember juga menaikkan peringkat dari BBB- dengan proyeksi positif
menjadi BBB dengan proyeksi stabil. Ini menunjukkan Indonesia mampu menjaga
iklim investasi, stabilitas ekonomi, dan mengurangi risiko fiskal.
Keberhasilan ini pun bisa
dilihat dan dirasakan masyarakat. Survei berkala yang dilakukan dalam menilai
kinerja pemerintahan Jokowi-JK tahun ini menunjukkan peningkatan kepuasan
masyarakat terhadap kinerja pemerintah secara umum. Jika pada April 2017
tingkat kepuasan 63,1 persen, pada Oktober 2017 naik menjadi 70,8 persen.
Kepuasan ini meningkat di
semua bidang, termasuk ekonomi. Di bidang ekonomi, meski rata-rata
kenaikannya terendah dibandingkan bidang lain, pada Oktober 2017 naik menjadi
55,1 persen dibandingkan enam bulan sebelumnya 46,1 persen. Artinya, publik
melihat pemerintah telah bekerja dan masyarakat kemungkinan sudah merasakan
manfaatnya. Namun, publik memberi catatan pada masalah pengendalian harga
kebutuhan pokok dan pengangguran yang harus jadi perhatian pemerintah.
Catatan ini mengandung makna, pertumbuhan ekonomi yang berlangsung belum
berkualitas, belum mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak, dan masyarakat
golongan bawah masih rentan pada gejolak harga.
Data BPS menunjukkan
selama periode 2015-2017 (Maret ke Maret) laju penurunan angka kemiskinan
melambat menjadi rata-rata 0,2 persen per tahun dibandingkan tiga tahun
sebelumnya yang rata-rata 0,4 persen per tahun. Begitu pula pengangguran.
Laju penurunan pengangguran melambat menjadi 0,12 persen per tahun
(2015-2017) dibandingkan 2011-2014 yang rata-rata 0,37 persen per tahun.
Butuh
waktu lama
Jika tidak ada terobosan
yang dilakukan pemerintah, tampaknya kita akan butuh waktu cukup lama untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Hal itu akan semakin sulit
jika pemerintah tak menyelesaikan pekerjaan rumah lama tapi utama, yaitu
melakukan revitalisasi industri dan pemerataan pertumbuhan ekonomi di luar
Jawa.
Sudah rumusan umum dan
pengalaman banyak negara maju, syarat pertumbuhan ekonomi tinggi adalah
memajukan industri. Bagi Indonesia, upaya memulihkan deindustrialisasi
penting dilakukan karena struktur ekonomi kita tengah loncat dari sektor
primer ke tersier. Dari sektor tradable ke non-tradable. Hal ini bisa dilihat
dari tenaga kerja yang terserap dan kontribusi sektor jasa yang kian
membesar.
Padahal, jika kebijakan
pemerintah berpihak pada sektor industri manufaktur, perekonomian akan lebih
berdaya. Keuntungannya tak saja menyerap tenaga kerja lebih banyak, tetapi
juga menjadi penyumbang pajak terbesar bagi negara. Saat ini, sektor industri
masih jadi penyumbang terbesar penerimaan pajak, yakni sekitar 30,7 persen.
Kontribusi industri terhadap PDB pun cukup besar yang mencapai 20 persen.
Pemerataan pertumbuhan
ekonomi di luar Jawa juga penting. Saat ini, kue pertumbuhan terbesar masih
dinikmati Jawa (59 persen). Wilayah timur, terutama Papua, porsi kuenya masih
sangat kecil, yakni 2,3 persen dan tumbuhnya juga melambat.
Infrastruktur akan mendorong
kue ini akan membesar pada jangka panjang, tetapi untuk jangka pendek perlu
stimulus lain untuk memacu pertumbuhan. Kita sebenarnya sudah punya modal,
yaitu dana desa, yang sampai tahun ketiga pelaksanaannya pemerintah sudah
mengalokasikan Rp 127,8 triliun. Jika pemanfaatannya dioptimalkan, dengan
tata kelola yang baik dan tidak dikorupsi, ia akan mampu menyerap tenaga
kerja lebih banyak lewat proyek-proyek pembangunan desa.
Menghadapi tahun depan,
kita tetap optimistis ekonomi domestik bisa tumbuh lebih dari 5 persen. Kita
punya modal besar untuk itu dari berbagai indikator yang sudah membaik
sekarang. Namun, optimisme itu harus terukur karena kendala yang dihadapi
juga banyak. Kita masih harus mewaspadai ketidakseimbangan global yang
terjadi akibat kebijakan moneter AS, juga ketegangan geopolitik Asia,
terutama Korea Utara, yang akan ikut memengaruhi ekonomi global.
Tantangan terbesar kita,
bagaimana memanfaatkan waktu 12 tahun masa kita memetik bonus demografi
(sampai 2030) untuk menggandakan pendapatan per kapita hingga 9.000 dollar
AS. Itu harus dimulai dari sekarang. Jika tidak, kita akan terjebak dan sulit
keluar dari kelompok masyarakat berpendapatan menengah. Untuk itu,
revitalisasi industri dan pemerataan pembangunan menjadi sebuah keniscayaan. ●
|
||Satu Akun semua jenis Game ||
BalasHapusGame Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan, Casino
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
Pakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
WhastApp : 0852-2255-5128