Olimpiade
dan Efek Samping Pendidikan
Asep Sukmayadi ; Kepala Seksi Bakat dan Prestasi, Direktorat
Pembinaan SMA, Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud
|
MEDIA
INDONESIA, 11 November 2017
INDONESIA kini memiliki sekitar
45 juta generasi usia 6-18 tahun yang sedang belajar di bangku SD hingga
sekolah menengah.
Inilah generasi milenial Y-Z
yang sedang dinantikan untuk menjadi generasi bonus bangsa ini.
Dunia pendidikan dan seluruh
ekosistemnya harus sungguh-sungguh menyiapkan generasi emas ini.
Oleh karena itu, berbagai upaya
untuk menumbuhkembangkan seluruh potensi kecerdasan generasi harus digalakkan
melalui berbagai kegiatan yang positif, baik di ruang kelas maupun di ruang
kreatif lainnya yang luas tidak terbatas.
Kiranya perlu kita tengok bahwa
di dalam pendidikan formal, sesungguhnya selain berlangsung proses belajar di
ruang kelas dengan kurikulum yang telah terstruktur sedemikian rupa, juga
berlangsung proses 'sampingan' dalam berbagai bentuk aktivitas ekstra kelas
berupa kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan kesiswaan lainnya.
Meskipun proses belajar
ekstrakelas masih relatif belum terjangkau oleh portofolio administrasi
pendidikan di sekolah, melalui aktivitas ekstrakelas inilah luberan potensi
bakat dan kecerdasan anak yang unik dan beragam diberikan ruang untuk
berkembang.
Bahkan, menjadi ruang
aktualisasi prestasi yang memiliki efek yang positif bagi tumbuh kembang
peserta didik dan tentu saja bagi peningkatan mutu relatif pendidikan.
Betapa tidak, setiap tahun dari
sekitar 4,7 juta siswa SMA, melalui proses ekstrakelas yang diselenggarakan
Kemendikbud, misalnya, terlibat sekitar 60 ribu siswa berbakat di dalam
berbagai kegiatan olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga, baik yang
bersifat kompetitif maupun yang nonkompetitif.
Semua potensi kecerdasan
peserta didik dan minat mereka di bidang sains, penelitian ilmiah, olahraga,
seni-budaya, dan bahasa difasilitasi untuk dikenali dan dihargai melalui
berbagai peristiwa kesiswaan yang memberi mereka pengalaman berharga.
Untuk bidang sains, misalnya,
anak-anak SMA Indonesia memiliki agenda bertajuk Olimpiade Sains (OSN) dan
Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).
Setiap tahun lebih dari 14 ribu
siswa SMA di seluruh provinsi terlibat peristiwa OSN.
Mereka talenta-talenta terpilih
di bidang matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi, informatika,
geografi, kebumian, dan ekonomi.
Mereka diberi medan pengalaman
berkompetisi untuk menjadi 700 siswa terbaik di tingkat nasional dan menjadi
lima terbaik sebagai timnas Garuda yang diikutsertakan dalam ajang olimpiade
sains internasional.
Di tengah julukan sebagai
'generasi instan', saat ini ternyata minat meneliti dan menulis generasi now
Indonesia berkembang sangat baik seperti tampak dalam ajang OPSI tahun ini
yang diikuti lebih dari 2.000 karya matematika-rekayasa, sains-teknologi,
serta bidang sosial-humaniora.
Rata-rata setiap karya ilmiah
dikerjakan bersama oleh dua siswa.
Maka, paling tidak pada tahun
ini saja kita memiliki potensi 4.000-an bonus peneliti dan penemu muda yang
potensial sebagaimana sempat tampil dalam Indonesia Sains Ekspo yang
diselenggarakan LIPI bekerja sama dengan Kemendikbud dan didukung Media
Indonesia beberapa waktu lalu.
Tidak hanya dalam bidang sains,
para siswa Indonesia yang berbakat di bidang olahraga, seni-budaya, sastra,
bahasa, serta kewirausahaan diberikan kesempatan sama untuk
mengaktualisasikan keunikan bakat dan potensi mereka.
Dalam hal bakat kewirausahaan,
misalnya, melalui Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI),
dapat disaksikan lahirnya ratusan karya cipta wirausaha yang sangat kreatif
dan mengejutkan.
Beberapa di antaranya bahkan
memiliki dimensi kepekaan sosial dan lingkungan yang sangat bagus yang mencerminkan
bahwa generasi milenial Indonesia memiliki kemampuan creativity, critical
thinking, collaboration, dan emotional-social quotient yang sangat baik.
Seluruh kemampuan yang notabene
dikatakan sebagai kemampuan abad ke-21.
Ketika rencana strategis pembangunan
pendidikan lima tahun ini dinisbatkan pula pada target perolehan prestasi
dunia yang diraih anak-anak Indonesia, mereka pun benar-benar bisa
menunjukkan kehebatannya. Dalam tempo 2 tahun saja, mereka berhasil menyabet
lebih dari 129 medali dan penghargaan dunia di bidang sains, penelitian
ilmiah, olahraga, debat bahasa Inggris, dan seni.
Mungkin kita boleh saja
memercayai hasil assessment global yang menempatkan anak-anak Indonesia di
rangking hampir buncit dalam kompetensi di bidang matematika, sains, dan
membaca.
Akan tetapi, melihat raihan
prestasi sebagian anak berprestasi itu, kita layak percaya bahwa kita sudah
mencapai pada tingkat keunggulan relatif atas persaingan prestasi dunia.
Kenyataannya, semua potensi
keunggulan yang diperlukan untuk mengakselerasi daya saing bangsa dan
mengungkit pembangunan yang berlandaskan ilmu pengetahuan--knowledge-based
economy, bahkan untuk bidang yang kini dianggap paling berpengaruh pada masa
depan dunia; kecerdasan buatan, biotech, dan energi, tergambar secara nyata
potensi besarnya melalui prestasi siswa Indonesia dalam peristiwa sampingan
ekstrakelas ini.
Maka, hal yang sangat krusial
harus dibangun ialah sebuah strategi rekayasan generasi yang komprehensif
melalui pengawalan paripurna atas segala potensi hebat anak-anak milenial
Indonesia di bidang science, technology, engineering, art, and mathematics
(STEAM) agar kita juga segera beranjak dari ketergantungan ekonomi politik
global yang meninabobokan selama ini.
Inilah kawah candradimuka yang
menempa pembentukan karakter moral, karakter kinerja, dan karakter kebangsaan
generasi now Indonesia yang autentik.
Barangkali peristiwa yang
menjadi milik anak-anak Indonesia ini juga dapat memberi efek kesejukan
nurani dan menjaga tubuh bangsa ini tetap sehat, optimistis, percaya diri,
dan bangga di tengah berbagai persoalan dan tantangan kekinian bangsa ini
yang semakin hebat.
Kita yakin anak-anak adalah masa depan kita.
Ajari mereka dengan baik dan biarkan mereka menemukan jalan masa
depannya.
Tunjukkan pada mereka kebaikan yang ada dalam diri mereka.
Beri mereka rasa bangga agar lebih mudah menjalani.
Tiap mereka mencari anutan dan butuh sosok pahlawan.
The Greatest Love of All--Whitney Houston. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar