Signifikansi
Hubungan Indonesia-Swedia
Bagas Hapsoro ; Duta
Besar RI di Swedia, merangkap Latvia
|
KOMPAS, 22 Mei 2017
Dimensi hubungan Indonesia-Swedia telah berkembang pesat
dalam beberapa tahun terakhir. Sangat berbeda hubungan ini dengan periode dua
dasawarsa sebelumnya ketika hubungan kedua negara didominasi isu-isu politik,
seperti demokrasi dan hak asasi manusia.
Kondisi sekarang telah berubah. Indonesia telah
menyelesaikan kasus Aceh dengan penandatanganan Piagam Helsinki tahun 2005.
Indonesia juga mengalami perubahan di ranah demokrasi: dari sebuah negara
yang dikungkung krisis multidimensi menjadi stabil, demokratis, dan maju
secara ekonomi. Pemerintah Swedia kini melihat Indonesia menjadi tempat
berusaha, pasar besar, dan ladang untuk berinvestasi.
Sejak tahun lalu sejumlah perjanjian telah ditandatangani,
utamanya mengenai riset, teknologi, pertahanan, dan transportasi. Februari
lalu, persetujuan kedua negara di bidang energi baru dan terbarukan.
Bagi Indonesia, Swedia kini sudah semakin dikenal. Selama
beberapa dekade, Swedia telah menjadi pusat inovasi bagi teknologi-teknologi
mutakhir. Swedia merupakan negara penemu Bluetooth, packaging Tetra Pak,
Skype, dan Sportify. Semua prestasi ini membuat Swedia menjadi destinasi
kuliah yang menarik bagi wirausaha dan inovator dunia di masa depan.
Peluang dan tantangan
Penguatan kerja sama Swedia- Indonesia kiranya merupakan
peluang yang sangat baik. Sebab, dengan menduduki posisi ke-2 dalam Indeks
Inovasi Global tahun 2016, Swedia adalah negara kaya inovasi yang telah menghasilkan
penemuan-penemuan seperti cardiac pacemaker, GPS, dan sabuk pengaman tiga
titik. Dalam beberapa bulan belakangan, saling tukar kunjungan periset dari
universitas dari Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berlangsung sangat pesat.
Utamanya dengan Universitas Lund, Stockholm University,University of
Gothenburg,danUppsala University. Universitas- universitas itu menawarkan
berbagai program kuliah, termasuk master dan doktor.
Hasil Indeks Inovasi Global, yang telah menempatkan Swedia
berada di jajaran elite dunia dengan menduduki urutan kedua, dinilai
berdasarkan sumber daya manusia dan indeks penelitian, infrastruktur,
kemajuan bisnis dan pasar dagang, pengetahuan dan produksi teknologi dari
sejumlah negara. Tujuannya adalah menemukan masyarakat-masyarakat yang paling
maju dalam hal teknologi. Pendeknya, Swedia telah hadir di benak masyarakat
Indonesia yang kini makin dekat dengan globalisasi.
Pemerintahan Swedia menyadari kalau moto triple helix
(kerja sama antara pemerintah, industri, dan pendidikan) telah menjadikan
negara itu maju di antara negara Skandinavia lainnya. Apalagi ditopang
strategi ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah menjadi faktor penting
yang mengangkat negara mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan hanya dari
100 tahun yang lalu, dan hingga kini terus mendedikasikan sumber daya mereka
ke dalam bidang ini.
Sejak berpuluh tahun yang lalu, Swediajuga memiliki
standar yang tinggi dalam pendidikan dan penelitian. Hal ini terbukti dengan
penghargaan Nobel yang berasal dari Swedia. Pada 1901, penghargaan Nobeltelah
memberikan berbagai anugerah dalam bidang fisika, kimia, medis, sastra, dan
kemajuan dalam mempromosikan perdamaian dunia. Yayasan Nobel pertama kali
didirikan tahun 1895 saat Alfred Nobel menuliskan warisan terakhirnya yang
digunakan untuk penghargaan Nobel.
Swedia tak hanya terkenal dalam teknologi, tetapi juga
dalam fashion, perabotan, dan musik. IKEA, pemimpin dalam perabotan dan
perlengkapan rumah, didirikan olehIngvar Kamprad, seorang pengusaha asal
Swedia yang memulai kariernya dengan menjual pemantik api di desa, sampai
akhirnya ia menjadi pendiri perusahaan furnitur terlaris di dunia.
Hennes dan Mauritz, penemu merek pakaian H&M, juga merupakan
retailer Swedia yang memulai karier mereka sebagai retailer pakaian wanita
”Hennes” pada 1947. Hanya dalam beberapa tahun kemudian mereka menjadi
retailer fashion yang trendi, modis, dan terkenal di kalangan anak muda.
Perusahaan-perusahaan multinasional Ericsson, Volvo,
Electrolux, Sandvik, dan lainnya juga telah mengalihkan operasi mereka ke
Swedia mengingat perkembangan ekonomi Swedia dan kualitas sumber daya manusia
di sana. Swedia dipercaya memiliki potensi yang kuat dalam inovasi, yang menjadikannya
destinasi populer bagi pengusaha dan mahasiswa.
Kunjungan Raja Gustav
Tulisan ini dibuat dalam rangka menyongsong kedatangan
Raja Carl XVI Gustaf ke Indonesia pada 22-24 Mei 2017. Ini merupakan
kunjungan kenegaraan yang pertama kalinya dilakukan anggota Kerajaan Swedia
sejak Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Swedia tahun 1952 atau 65
tahun lalu.
Kunjungan ini merupakan bukti meningkatnya ketertarikan
masyarakat Swedia untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.
Diharapkan selama di Indonesia, Raja Swedia dan Presiden RI dapat
menandatangani kesepakatan dalam kerja sama transportasi, riset, dan
kebudayaan.
Nilai perdagangan Indonesia dan Swedia pada 2016 tercatat
bahwa Indonesia melakukan ekspor ke Swedia senilai 145 juta dollar AS,
sedangkan nilai impor Indonesia dari Swedia mencapai 526 juta dollar AS.
Patut dicatat, barang yang diimpor Indonesia rata-rata adalah high end. Di
lain pihak, kebanyakan ekspor komoditas Indonesia adalah produk primer,
seperti makanan, minuman, serta tekstil dan pakaian jadi.
Dengan digencarkannya ”10 tujuan wisata di luar Bali”,
kita berharap wisatawan Swedia yang rata-rata berjumlah 35.000 orang dapat
meningkat lagi pada tahun- tahun ke depan. Momentum sudah ada, tinggal
pelaksanaannya lebih digiatkan dengan partisipasi semua pelaku, yakni
pemerintah, pengusaha, dan akademisi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar