Peringkat
dan Realisasi Investasi
Edy Purwo Saputro ; Dosen Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Solo
|
KORAN
JAKARTA, 22 Mei 2017
Publikasi rating dari S&P dengan peringkat BBB-
menguatkan hasil rating sejumlah lembaga sebelumnya, seperti Fitch Ratings
(BBB-), Moody’s Investor Service (Baa3), Japan Credit Rating Agency (BBB-)
dan Rating and Investment Information Inc (BBB-). Hal ini menegaskan risiko
investasi Indonesia menurun mudah-mudahan mendorong investasi.
Rating sekaligus mengindikasikan riak politik pascapilkada
serentak dipersepsikan jangka pendek. Sementara itu, investasi bersifat
jangka panjang. Hal ini menjadi signal positif untuk memacu daya tarik
investasi. Paling tidak, indikasi yang terbaca dari pergerakan IHSG jumat 19
Mei yang ditutup 5.791,88 dan rupiah di kisaran 13.325. Potensi investasi
harus dijaga.
Sentimen positif terhadap IHSG pascapublikasi rating
S&P memupus keresahan publik terkait Perppu No 1 Tahun 2017 tentang Akses
Informasi Keuangan karena mengoreksi harga saham emiten perbankan pada sesi
penutupan perdagangan Rabu 17 Mei 2017. Rupiah juga turun 24 poin menjadi
13.324 per dollar AS. Bursa sangat rentan, sedangkan investasi membutuhkan
jaminan stabilitas dan prospek.
Keyakinan terhadap daya tarik investasi juga didukung
penyampaian RAPBN 2018 yang diprediksi tumbuh 5,4 sampai -6,1 persen dengan
inflasi 2,5 ke 4,5 persen. Sementara itu, nilai tukar rupiah di kisaran
13.200–13.900. Maka, banyak faktor yang mendorong investasi. Ini harus
diidentifikasi sehingga berpengaruh positif pada pertumbuhan dan pembangunan.
Hanya komitmen investasi harus direalisasikan. Untuk itu, pemerintah harus
bisa menjaga kondisi makro yang menarik.
Setidaknya jangan sampai harapan realisasi investasi
meleset seperti kejadian dengan Arab lalu. Meski diakui bahwa realisasi
investasi terkait dengan banyak aspek sehingga pemerintah memang harus bisa
menjamin kepastian. Apalagi target tahun ini 678,8 triliun dan 840 triliun
tahun depan. Sampai kuartal I tahun ini baru ada 165,8 triliun rupiah. Ini
memang tumbuh 13,2 persen dari tahun sebelumnya, 146,5 triliun.
Komposisinya, PMDN naik 36,4 persen dari 50,4 triliun
menjadi 68,8 triliun dan PMA naik 0,94 persen dari 97 triliun menjadi 96,1
triliun rupiah. Realisasi investasi sampai triwulan I tahun lalu mencapai
146,5 triliun. Ini terdiri PMA 96,1 triliun dan dalam negeri 50,4 triliun.
Pencapaian tersebut bisa menjadi optimisme target tahun ini dan 2018.
Beberapa sektor unggulan masih dominan menyerap investasi
seperti industri kertas, kimia, makanan, alat angkut, transportasi dan logam
dasar. Buah peningkatan realisasi investasi juga berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja sebesar 327.170. Mereka tersalurkan di proyek PMA
(190.610) dan sisanya proyek PMDN.
Proaktif
Kondisi ini tentu harus dijaga, terutama dikaitkan dengan
asumsi makroekonomi dan target pertumbuhan baik 2017 ataupun 2018. Iklim
sospol yang kondusif tetap harus dipertahankan agar daya tarik investasi
meningkat. Selain itu, pemerintah perlu proaktif mendatangi investor potensial
dan menawarkan insentif.
Urgensi terhadap jaminan iklim sospol sempat terusik
ketika vonis Ahok memicu kasus simbolisasi bunga dan riak berdalih NKRI. Yang
menarik ancaman terorisme tidak ada di kuartal I 2017. Di satu sisi, hal ini
menjadi fakta pentingnya menjaga stabilitas, meski di sisi lain ini menjadi
momentum untuk menjalin sinergi antar-institusi.
Artinya, realitas ini secara tidak langsung menjadi
kesempatan bagi pemerintah menepis rumor negatif instabilitas sospol,
terutama terkait berbagai konflik yang muncul dikaitkan komitmen memacu
pertumbuhan dan pembangunan. Alasan yang mendasari karena pembangunan ekonomi
tidak bisa terlepas dari jaminan iklim sospol dan realisasi investasi
triwulan I 2017 membuktikan. Bahkan, keyakinan ini juga diperkuat oleh
keluarnya publikasi dari sejumlah lembaga perating tentang risiko investasi
di Indonesia.
Pemerintah telah sepakat merevisi target pertumbuhan di
tahun 2017 mencapai 5,1 persen. Ini harus didukung realisasi investasi.
Persoalan investasi tidak hanya terkait sebaran realisasi investasi yang
masih berkutat di Jawa, tapi juga persoalan tentang perizinan dan perburuhan.
Iklim sospol masih menjadi ancaman terhadap realisasi investasi, termasuk
yang riskan adalah konflik tahunan penetapan upah buruh dan teror.
Hal ini menunjukkan jaminan iklim sospol adalah faktor
penting realisasi investasi. Maka, realisasi investasi triwulan I 2017 bisa
menjadi signal meyakinkan dunia tentang rasa aman dan komitmen pemerintah
menarik investasi asing.
Harapan terhadap realisasi investasi memang sangat penting
karena tidak hanya terkait dengan target pertumbuhan pada tahun 2017 yang
dipatok 5,1 persen, tetapi juga sasaran pencapaian untuk program pembangunan
infrastruktur.
Mengacu harapan dan problem investasi maka tidak salah
jika pemerintahan Jokowi-JK memberi harapan besar terhadap investasi asing.
Realisasi investasi juga diharapkan dapat menggerakkan ekonomi daerah sebagai
bagian spirit otda.
Mencermati realisasi investasi pada tahun 2016, realisasi
triwulan I 2017 dan target investasi 2018 tidak ada salahnya pemerintahan
lebih banyak pada target investasi tahun 2017 untuk mencapai pertumbuhan 5,1
persen. Selain itu, realisasi investasi juga diharapkan menyerap lebih banyak
tenaga kerja sehingga mereduksi pengangguran dan peningkatan kesejahteraan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar