Raja
Salman Juga Menghadapi Disruption
Rhenald Kasali ; Pendiri Rumah
Perubahan
|
KORAN
SINDO, 02
Maret 2017
Luar biasa! Itulah dua kata yang saya dengar banyak
dilontarkan masyarakat kita ketika membaca berita tentang kunjungan Salman
bin Abdul Aziz al-Saud, Raja Arab Saudi. Mereka kagum. Ada banyak hal yang
mereka nilai luar biasa. Bahkan, sangat luar biasa. Misalnya, soal jumlah
rombongan. Ini adalah kunjungan resmi—meski kedatangannya sekaligus untuk
liburan. Dalam kunjungan resmi, jarang sekali ada kepala negara/pemerintahan
yang membawa rombongan begitu besar. Ratusan orang, mungkin. Itu pun untuk
sekelas Presiden Amerika Serikat. Ini, Raja Salman, membawa rombongan
sebanyak 1.500-an orang. Luar biasa! Masih ada lagi 15 menteri dan 25
pangeran.
Selebihnya anggota keluarga, pengawal, ajudan, staf
kerajaan, sekretaris, asisten pribadi, dan seterusnya. Isu luar biasa lainnya
yang ramai dibicarakan adalah soal kemewahan fasilitas untuk Sang Raja dan
rombongannya. Misalnya, tarif kamar hotelnya yang luar biasa. Per malam
mencapai Rp133 juta. Isu lainnya soal Raja Salman yang membooking tiga hotel
papan atas selama kunjungannya di Jakarta.
Lalu, untuk liburan di Bali, rombongan Raja Salman bahkan
mem-booking sampai empat hotel dan menyewa 300-an kendaraan. Hal yang luar
biasa lainnya adalah sekarang semakin banyak ibu yang mulai ramai melirik
layar smartphone-nya. Setelah itu mereka saling berbisik dan kemudian tertawa
cekikikan. Anda tahu apa yang mereka lihat dan bicarakan? Ada 25 pangeran
yang bakal menemani kunjungan Raja Salman di Indonesia. Beberapa fotonya
muncul di layar smartphone mereka.
Kata ibu-ibu tadi, wow luar biasa tampannya. Sebagian di
antara mereka, terutama yang masih muda, lalu melamun. Mungkin membayangkan
seandainya saja menjadi suaminya. Lalu, bapak-bapaknya juga tak mau kalah. Di
layar smartphone mereka muncul gambar putri-putri Raja Salman yang luar biasa
cantiknya! Sebagian sempat salah karena yang ditampilkan wajahnya Kim
Kardashian atau bintang film India.
Saya tersenyum sendiri membayangkan fenomena tersebut.
Sebab, tak ada di antara mereka yang bisa memastikan bahwa foto-foto tersebut
benar foto para pangeran atau para putri. Pokoknya selama wajahnya terlihat
kearab-araban, serta tampan atau cantik, sebut saja mereka pangeran dan
putri. Luar biasa! Masih banyak hal luar biasa lainnya yang bisa dibahas di
sini.
Misalnya, lamanya waktu kunjungan, jumlah pesawat yang
digunakan untuk mengangkut rombongan, eskalator khusus, burung rajawali
peliharaan para pangeran yang masing-masing punya paspor sendiri, sampai
kepada santunan kepada keluarga anggota Densus 88 Antiteror— yang meninggal karena
tugas.
Saya yakin Anda masih punya daftar luar biasa lainnya.
Misalnya, kalau menurut saya, kesediaan Raja Salman untuk berlibur ke Bali.
Mengapa? Anda tahu, Bali adalah provinsi dengan penduduk mayoritasnya
beragama Hindu. Kesediaan Raja Salman berlibur ke Bali tentu memberikan pesan
tentang pentingnya kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai. Mau
menerima perbedaan. Ia bahkan juga bersalaman dengan gubernur ibukota yang
juga berbeda keyakinan. Juga agendanya menerima tokoh-tokoh agama dari negeri
ini. Bukan hanya tokoh agama Islam, tetapi juga tokoh-tokoh dari agama
lainnya.
Dua agenda ini, menurut saya, adalah sebuah disruption dari seorang raja. Ia
berani membongkar tradisi lama, atau minimal membongkar otak-otak kolot kita
yang kurang rajin bergaul lintas peradaban, lintas bangsa. Dan, ini menjadi
penting bagi kita yang kebinekaannya tengah mengalami banyak ujian.
Dua Faktor
Baiklah sekarang kita bicara bisnis. Heboh kunjungan Raja
Salman ke negara kita, dan sejumlah negara lainnya, adalah penggalan dari
potret perjalanan transformasi Kerajaan Arab Saudi. Negara itu kini mulai
menyadari bahwa mereka tak bisa lagi mengendalikan roda pemerintahan, roda
perekonomiannya, di tengah perubahan besar yang terjadi di lingkungan
sekitarnya yang ditengarai dengan banyak perubahan atau disruption.
Peta geopolitik dunia kini sudah berubah. Apa saja
disruption-nya? Pertama, penemuan shale oil dan shale gas di Amerika Serikat
(AS) yang membuat dunia kebanjiran minyak dan gas murah. Ingat disruption
berdampak deflasi berat. Berkat penemuan tersebut, kalau dihitung dengan
tingkat konsumsi seperti sekarang, kebutuhan migas AS bakal aman hingga 100
tahun ke depan. Maka, AS tak lagi bergantung pada pasokan migas dari Arab
Saudi dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
Bahkan akibat penemuan shale oil dan shale gas tersebut,
AS memangkas impor migas dari Arab Saudi. Volumenya tidak tanggung-tanggung,
hingga 30%. Lalu, ke mana Arab Saudi “membuang” kelebihan produksi minyak dan
gasnya?
Banjirnya gas murah telah membuat negara pemilik shale gas
menyetop impor pupuk dan kini pupuk impor yang murah mulai membanjiri Asia
yang bahkan berpotensi mengguncang industri pupuk kita, minimal wilayah pasar
ekspor kita.
Kedua, hukum pasar pun berlaku. Akibat kelebihan pasokan,
harga minyak dan gas di pasar dunia pun turun. Harga minyak, misalnya, yang
sempat menembus USD120 per barel kini anjlok menjadi kurang dari separuhnya.
Bahkan sampai kini harga minyak masih bergerak pada kisaran USD50 per barel.
Dua faktor tadi berimplikasi serius bagi Arab Saudi.
Penerimaan negara pun berkurang. Apalagi sekitar 70% pendapatan negara
berasal dari minyak dan gas. Maka, tak heran kalau pada tahun lalu, untuk
menutupi anggaran belanjanya, Arab Saudi sampai berutang. Banyak pakar
memprediksi bahwa harga minyak yang rendah akan berlangsung secara
berkepanjangan. Kalau hal tersebut benar-benar terjadi, ini tentu akan
memukul Arab Saudi. Lalu, apa solusinya?
Saya kira, pengalaman negara-negara yang tergabung dalam Uni
Emirat Arab (UEA) bisa menjadi referensi. Para emir di negara-negara tersebut
sadar bahwa mereka tak boleh menggantungkan hidupnya pada sumber daya yang
tak dapat diperbaharui. Maka, sejak beberapa tahun silam UEA mulai melakukan
transformasi. Mereka mulai melakukan disruption dengan mengalihkan pendapatan
negaranya dari minyak dan gas ke industri jasa. Di antaranya, dengan
mengembangkan bisnis pariwisata dengan membangun gedung-gedung pencakar
langit, pulau-pulau baru dan lain sebagainya sebagai destinasi wisata.
Bahkan, UEA juga melakukan transformasi terhadap industri penerbangannya.
Kini, selama bertahun-tahun maskapai-maskapai penerbangan asal UEA, seperti
Emirates dan Etihad, selalu menempati peringkat yang tinggi dalam survei yang
dilakukan oleh Skytrax, lembaga pemeringkat yang berbasis di London.
Potret Disrupsi
Berbekal transformasi dan disrupsi tadi, dari tahun ke
tahun kunjungan wisata ke UEA terus meningkat. Arab Saudi, saya kira, punya
modal untuk melakukan transformasi perekonomiannya. Apa itu? Bisnis tumpahan
dari ibadah haji. Di Indonesia, saya kira, kita bisa menyaksikan proses
transformasi yang serupa. Hanya kali ini dalam bisnis migas.
Arab Saudi kini tak lagi menjual minyak mentah, tetapi
juga sekaligus membangun kilangnya. Jadi, minyak mentah asal Arab Saudi
diolah dulu di kilang. Kilangnya yang membangun juga Arab Saudi, melalui
Saudi Aramco—perusahaan migas milik negara.
Untuk Anda ketahui, minyak mentah asal Arab Saudi
tergolong jenis sour (masam) karena tingginya kandungan sulfur. Jenis minyak
mentah seperti ini tak bisa diolah di sembarang kilang. Kilang minyak
Pertamina yang di Cilacap, misalnya, memang khusus dibangun untuk mengolah
minyak mentah yang kita impor dari Arab Saudi. Anda tahu, selalu ada nilai
tambah dari proses hilirisasi. Bahkan, nilai tambahnya semakin besar
ketimbang kalau yang dijual adalah bahan baku atau bahan mentahnya. Ini, saya
kira, adalah potret lain dari transformasi tata kelola perekonomian Arab
Saudi.
Catatan saya lainnya adalah soal kabar rencana Saudi
Aramco untuk menjual sebagian sahamnya. Ini adalah potret lain transformasi
negara itu. Kita tahu, Arab Saudi adalah negara yang dikelola dengan sangat
konservatif. Banyak pimpinannya yang begitu kolot. Namun, langkah Raja Salman
membuktikan bahwa mereka tidak sekolot yang kita bayangkan. Kalau negara
sekonservatif Arab Saudi saja mampu berubah, mengapa kita tidak!
Petuah yang saya pelajari mengatakan, siapa yang tak
melakukan self disruption, seriuh
apapun kekuatan ototnya, akan terdisrupsi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar