Maret
1917 dan Hari Ini
Jean Couteau ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS, 05 Maret 2017
Melihat
di layar televisi ratusan mobil Mercedes beriringan dengan Raja Salman menuju
Bogor, tidak bisa tidak, saya memikirkan sejarah seratus tahun yang lalu.
Yang saya bayangkan ialah para Ikhwan Ibn Saud yang bersorban itu tengah
merebut benteng demi benteng dari Gurun Nadj, kala itu salah satu daerah yang
paling tandus dan miskin di dunia. Tanpa segelintir pejuang Ikhwan penunggang
unta ini, tafsir Islam akan berkembang secara berbeda dan wajah kekinian kita
akan lain.
Tahun
1917 sangat penting juga karena perang yang lain: Perang Dunia I. Rusia kala
itu sudah bertekuk lutut dan Jerman hampir-hampir unggul apabila Amerika,
pada April 1917, tidak dengan tiba-tiba ikut menopang aliansi para Sekutu
Eropa: Perancis, Inggris, dan Italia. Akibatnya: Sang Kaisar takluk dan 15
tahun kemudian, muncullah gelombang ultranasionalis yang lebih dahsyat lagi:
nazisme, disusul kejayaan Amerika dan gelombang kemerdekaan Asia-Afrika.
Namun,
bisa jadi peristiwa yang lebih penting lagi pada Maret 100 tahun yang lalu
bukanlah yang di atas itu, melainkan pemberontakan militer dan buruh kota
Petrograd (kini St Peterburg). Itu merupakan titik awal dari Revolusi Soviet,
disusul rezim komunis yang akan bertahan lebih dari 70 tahun.
Jadi,
100 tahun yang lalu, ketiga obsesi utama kehidupan politik modern untuk
pertama kali tampil mengkristal secara bersamaan. Yaitu pernyataan keyakinan
yang berlebihan terhadap "Yang Tak Terjawab" atau radikalisme
agama, pernyataan cinta yang berlebihan terhadap tanah kelahiran atau
radikalisme nasionalis, dan pernyataan hasrat yang radikal terhadap keadilan
sosial, atau radikalisme sosial (komunisme).
Seratus
tahun berselang, apakah penyakit-penyakit sosio-politik di atas sudah
teratasi? Jawabnya belum. Bahkan masalah-masalah yang serupa bisa melahirkan
monster politik yang tak jauh berbeda. Sudah tampak di Amerika dan Rusia di
mana gelagat ultra-nasionalis Trump dan Putin dijadikan sarana menutupi ketidakadilan
sosial. Sudah tampak pula di negara-negara Arab, di mana "agama"
dipakai menjawab gugatan sosial. Lalu bagaimana di Indonesia? Pada hemat
saya, harus waswas.
Pada
22 Februari yang lalu, Oxfam Indonesia mengumumkan angka-angka yang
fantastis: ternyata kekayaan yang dihimpun oleh empat orang Indonesia yang
terkaya adalah sama dengan "harta" milik 100 juta orang Indonesia
yang termiskin. Jadi, seabrek undang-undang yang berkenaan dengan keadilan
sosial tak lebih sebagai peninaboboan belaka. Indonesia memang tidak
mempunyai perangkat institusional yang mampu melakukan redistribusi kekayaan
nasional. Tatanan perpajakan yang diupayakan dibangun oleh Sri Mulyani tetap
gagal melakukan pembenahan.
Wajah
etno-religius dari ketimpangan sosial ini amat mengerikan. Namun karena
bernuansa SARA, hal ini jarang diungkap sebagaimana mestinya oleh media umum
atau bahkan oleh para sosiolog. Untuk berani melakukannya secara gamblang,
haruslah orang kuat seperti Jusuf Kalla, sang Wakil Presiden: "Di
Indonesia," katanya di Ambon baru-baru ini, Rabu (22/2), "sebagian
besar orang yang kaya adalah warga keturunan yang beragama Khonghucu ataupun
Kristen. Sementara orang yang miskin sebagian besar Islam dan ada juga yang
Kristen". Seruan dalam kalimat itu tidak enak didengar, bahkan bisa
dianggap provokatif karena berasal dari pengusaha Islam. Tetapi secara
sosiologisnya tepat!
Memang
menjadi kekhawatiran kalau-kalau perbedaan kepentingan di antara kelas sosial
menjadi selaras dengan perbedaan keyakinan di antara kelompok agama. Jadi
konflik kepentingan ekonomi berisiko mengambil bentuk religius. Bahwa hal ini
disadari oleh seorang politikus agamis yang juga pengusaha seperti JK,
janganlah dijadikan alasan untuk mengabaikan peringatannya itu. Yang
sejatinya paling dibutuhkan Indonesia ialah justru politikus-politikus yang
sepenuhnya "sadar" tentang masalah-masalah sosial dan mampu
menelurkan kebijakan keadilan sosial dengan tepat, gesit, dan
berkesinambungan.
Indonesia
tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan hal itu. Apabila gagal, di dalam
sepuluh atau paling banyak dua puluh tahun lagi, "agamalah" yang
akan muncul mengemuka sebagai alat politik menyampaikan ketidakpuasan sosial.
Dan, siapa tahu akan merupakan giliran keturunan para Ikhwan Saudi dan para Bolshevik
Rusia untuk merenungkan makna horor-horor tentang Indonesia yang disaksikan
di layar televisinya. Maka bukalah mata dan hati kita! ●
|
Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya INDALH HARUM, TOLONG, saya ingin memberikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan mendukung saya melalui ibu yang baik, LASSA JIM, Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan ditolak, maka saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya menipu dan saya kehilangan lebih dari 50 juta rupiah dengan pemberi pinjaman yang berbeda karena saya mencari pinjaman (Rp800) setelah membayar biaya dan tidak mendapatkan pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya, Harum kemudian memperkenalkan saya kepada Ny. LASSA JIM, seorang pemberi pinjaman di sebuah perusahaan bernama ACCESS LOAN FIRM sehingga teman saya meminta saya untuk melamar ibu LASSA, jadi saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Ms. LASSA.
BalasHapusSaya mengajukan pinjaman 2 miliar rupiah dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui tanpa tekanan dan semua pengaturan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan keamanan untuk transfer pinjaman yang saya hanya katakan kepada untuk mendapatkan perjanjian lisensi, aplikasi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari 48 jam uang pinjaman telah disetorkan ke rekening bank saya.
Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya dikreditkan dengan jumlah 2 miliar. Saya sangat senang bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa saya dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman asli saya, yang memberi saya keinginan hati saya. mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan cara menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda. Semoga Tuhan memberkati Mrs. LASSA JIM untuk membuat hidup saya lebih mudah, jadi saya sarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. LASSA melalui email: lassajimloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi ibu LASSA JIM nomor whatsApp +1(301)969-1955
Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Sekali lagi nama saya adalah INDALH HARUM, Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (Indalhharum@gmail.com)