Pungli
Terstruktur, Sistemik, dan Masif
Dedi Haryadi ;
Deputi Sekjen Transparansi
Internasional Indonesia
|
KOMPAS, 18 November
2016
Tim Sapu Bersih Pungutan Liar
mestinya juga menyasar pungli yang terstruktur, sistemik, dan masif. Adakah pungli
macam itu? Ada! Sudah menjadi rahasia umum ada ”pungli” dalam perekrutan dan
mutasi aparatur sipil negara dan juga promosi jabatan, baik sipil maupun
militer.
Ditengarai seorang bakal calon
aparatur sipil negara (ASN) bisa masuk jadi ASN di instansi tertentu setelah
bersedia membayarjutaan rupiah. Demikian juga disinyalir untuk jadi kepala
dinas di satu pemerintah provinsi ataujadi kepala sekolah di satu kabupaten
harus setor jutaan rupiah. Contoh komersialisasi peluang masuk jadi ASN dan
komersialisasi jabatan ini bisa diperbanyak dan diperluas.
Pungli dalam perekrutan dan
mutasi ASN serta promosi jabatan bisa disebut terstruktur karena ia terjadi
di dalam tubuh negara, dilakukan penyelenggara negara atau pejabat dalam
struktur pemerintahan. Disebut sistematik karena pungli itu dilakukan dengan
perencanaan dan koordinasi yang matang. Disebut masif karena ia terjadi
secara besar-besaran, di banyak dan sejumlah institusi pemerintah dari pusat
sampai daerah.
Membuncah dan persistennya
pungli yang terstruktur, sistemik, dan masif (TSM) memperlihatkan bahwa
negara kehilangan kemampuannyadalam mengontrol dirinya sendiri. Kalau selama
ini negara dianggap sering absen dalam problem keseharian masyarakat, dalam
kaitan proses perekrutan, mutasi, dan promosi aparatnya sendiri pun
sesungguhnya negara tak hadir, sudah kehilangan daya kontrolnya sendiri.
Kurang berfungsinya pengawasan
internal dari sejumlah inspektorat jelas menunjukkan gejala ini. Keadaan ini
diperburuk oleh masih lemahnya kontrol publik. Tak ada organisasi masyarakat
sipil yang secara serius dan kontinu mengontrol proses perekrutan, mutasi,
dan promosi ASN, polisi, dan militer.
Kontrol publik saat ini
sebenarnya tidak sekuat seperti yang dipersepsi banyak orang. Pasca
tumbangnya rezim Orde Baru memang kontrol publik menguat. Namun bukan karena
kekuatan endogen organisasi masyarakat sipil itu sendiri yang menguat.
Itulebih karena melemahnya kekuatan negara hegemonik. Aliansi strategis
militer, Golkar, dan birokrasi yang jadi tulang punggung negara hegemonik
Orde Baru itu kini tak ada lagi.
Pulihkan kontrol negara
Keberadaan Tim Sapu Bersih
Pungli diharapkan, pertama, bisa memperbaiki kemampuan negara mengontrol
dirinya sendiri sehingga negara hadir dalam perekrutan, mutasi, dan promosi
ASN, termasuk institusi polisi dan militer. Kehadiran negara dalam proses
perekrutan, mutasi, dan promosi bisa menekan pungli TSM sekecil mungkin.
Kedua, menekan pungli TSM ke
titik minimum berarti mendekatkan masyarakat pada keadilan sosial. Mereka
yang sudah menikmati persamaan kesempatan dalambidang pendidikan juga bisa
menikmati persamaan kesempatan dalam menikmati hasil pendidikan. Pungli TSM
yang persisten jelas membatasi mereka yang tak mampu bayar untuk jadi ASN.
Mereka yang berpotensi jadi ASN yang baik bisa tersingkir karena adanya
hambatan ”tarif”. Mobilitas sosial vertikal warga masyarakat menjadi
terganggu ketika pungli TSM merajalela.
Ketiga, menghapuskan pungli TSM
dalam tubuh negara juga memberi peluang berkembangnya sistem merit.
Perekrutan, mutasi, dan promosi lebih didasarkan pada integritas, kinerja,
dan prestasi seseorang bukan pada kemampuan membayar untuk membeli satu
jabatan tertentu.
Keempat, Tim Sapu Bersih Pungli
juga kelihatan perlu menyasar proses pemilihan ketua- ketua partai dari ranting
sampai pusat. Ditengarai ada praktik pungut-memungut dalam proses pemilihan
ketua partai di banyak partai politik.
Transaksi finansial dalam
proses pemilihan ketua partai ini mengakibatkan munculnya fenomena politik
biaya tinggi.Lebih jauh, faktor ini pula yang mendorong berkecamuknya
komersialisasi jabatan dalam birokrasi pemerintah pusat dan daerah.
Akibatnya, APBN/APBD selalu tertekan dan berisiko tinggi dikorupsi karena
aparat/pejabat selalu berpikir tentang bagaimana mengembalikan uang yang sudah
ditanamkan dalam proses perekrutan, mutasi, dan promosi.
KPK sudah melarang ada praktik
pungutan dalam proses pemilihan ketua partai. Tim Sapu Bersih Pungli mungkin
perlu mengaksentuasikannya lagi dengan menyarankan kepada presiden perlunya
peraturan yang jelas dan sanksi yang pas melarang adanya transaksi keuangan
liar dalam pemilihan ketua partai politik. Larangan transaksi keuangan liar
ini bisa diperluas dalam proses pemilihan ketua ormas keagamaan, massa,
pemuda, dan mahasiswa. Di sini kita coba berusaha mengendalikan kekuatan uang
dalam proses pemilihan pemimpin dalam institusi politik dan organisasi yang
lain.
Dengan kata lain, negara harus
hadir untuk mengendalikan kekuatan uang dalam proses pemilihan pemimpin di
organisasi politik dan organisasi massa.Mengundang negara hadir dalam urusan
ini apakah berlebihan? Tidak! Prinsipnya sederhana: kalau kita tidak bisa
mengatur diri sendiri menjadi lebih baik, lebih tertib, lebih beradab, maka
harus rela diatur oleh orang/institusi lain. Dengan cara ini diharapkanbisa
muncul pemimpin yang berkualitas, visioner, dan orisinal.
Bisakah Tim Sapu Bersih Pungli
menyasar dan mengatasijenis pungli TSM? Harus bisa. Presiden Joko Widodo yang
relatif bersih, berintegritas tinggi, dan punya komitmen kuat untuk memberantas
pungli mungkin memberi peluang tinggi pada kemungkinan lancar dan suksesnya
tim ini dalam memberantas pungli. Kalau tidak berhasil, publik akan
dikecewakan untuk kesekian kalinya. Sesungguhnya Tim Sapu Bersih Pungli bukan
yang pertama. Sebelumnya pernah ada tim-tim sejenis. Lalu apa? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar