Mendefinisikan Takwa di Ruang Mubah
Hasanudin Abdurakhman ;
Doktor di bidang fisika terapan
dari Tohoku University, Jepang; Pernah bekerja sebagai peneliti di dua
universitas di Jepang; Kini bekerja sebagai General Manager for Business
Development
di sebuah perusahaan Jepang di
Jakarta
|
KOMPAS.COM, 15 Juni
2016
Berpuasalah agar kamu
bertakwa. Apa itu takwa? Menjalankan perintah Allah, menjauhi larangannya.
Selesai? Uh, itu masih sangat dasar. Itu adalah dinding terluar dari
“koridor” takwa.
Kita sering menganggap
apa yang ada dalam koridor itu adalah ruang bebas. Tapi pilihan-pilihan kita
di ruang bebas itu justru akan menentukan kualitas kita, dan membedakan kita
dengan orang lain.
Kita coba bayangkan
contoh sederhana. Kita tidak makan barang haram. Dengan begitu kita sudah
berada dalam koridor takwa minimalis tadi.
Ada berapa banyak
orang yang sakit kolesterol tinggi, asam urat, gula, dan sebagainya, padahal
mereka makan makanan halal? Halal saja tidak cukup. Thayyiban perlu ditambahkan.
Thayyiban itu tidak
jelas rambu-rambunya, ia ada di ruang bebas tadi. Tapi pilihan bebas itu akan
menentukan apakah kita akan jadi orang sehat atau sakit-sakitan.
Siapa saja yang
bertakwa, Allah akan memberikan baginya jalan keluar. Kalau mendengar ayat
ini ini bayangan kita adalah kita rajin beribadah, melaksanakan perintah, dan
menjauhkan larangan, lalu Allah secara mukjizati, secara gaib akan diam-diam
mengurai masalah kita. Tiba-tiba kita dapat solusi secara ajaib. Expecting
the unexpected. Itu yang sering diceramahkan para ustaz. Itu sih mungkin
saja, terserah Allah untuk menggunakan hakNya.
Tapi saya lebih suka
melihat ayat di atas sebagai tantangan. Kalau masalah-masalahmu belum selesai
juga, kalau mimpi-mimpimu tidak tercapai, itu artinya kamu belum bertakwa.
Ayat di atas adalah
janji Allah, dan Dia tidak mungkin ingkar janji. Jadi kalau kamu merasa sudah
takwa tapi masih dililit berbagai masalah, bukan berarti Allah tidak membantu
menyelesaikannya. Kamu saja sedang GR, menganggap diri sudah takwa, padahal
belum. Nah, boleh jadi kamu salah mendefinisikan ketakwaan.
Berpuasalah agar kamu
bertakwa. Berpuasalah, nanti masalahmu selesai. Ini kan selintas seperti
tidak ada hubungan nalarnya. Ya, bila kau hanya melihatnya sebatas untaian
kalimat saja. Atau bila kau hanya menganggap puasa itu tidak makan dan tidak
minum. Itulah salahmu.
Puasa itu melatih
disiplin, bung. Ini saya sampaikan berulang-ulang. Disiplin, tepat waktu.
Sahur pada waktu yang telah ditetapkan, tidak molor barang semenit pun. Buka
puasa juga tepat waktu, tidak maju barang semenit pun. Kita sayangnya hanya
disiplin dalam dua hal itu, tidak dalam hal lain.
Tahukah Anda berapa
banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan disiplin waktu? Tahukah Anda
berapa besar efek ekonomi yang bisa ditimbulkan dari efisiensi waktu?
Toyota adalah
perusahaan manufaktur kelas dunia. Apa senjatanya? Sistem produksi Just In
Time. Toyota mengatur sistem supply berbagai komponennya dengan waktu yang
teliti.
Barang-barang dari
supplier langsung dikirim ke jalur produksi sesuai waktu yang telah
ditentukan, tidak boleh maju dan tidak boleh mundur.
Stok di jalur produksi
dibuat hanya untuk 2-3 jam saja. Jadi supplier harus kirim barang setiap 2-3
jam, tidak boleh lebih cepat, tidak boleh lebih lambat.
Apa efeknya? Toyota
tidak perlu gudang. Tidak perlu punya tanah untuk gudang. Tidak perlu
bangunan gudang, tidak perlu orang untuk jaga gudang, tidak perlu sistem
komputer untuk administrasi gudang. Tidak ada barang yang rusak atau hilang
di gudang. Tidak habis waktu untuk menata dan mengatur gudang. Tidak perlu
proses untuk membawa barang keluar masuk gudang. Tidak ada yang dimubazirkan.
Nanatsu no muda, menghilangkan 7 kemubaziran.
Itu contoh sederhana
dari makna yang lebih dalam dari ibadah. Semua itu tidak ada tuntunannya
dalam Quran maupun hadist. Hanya ada dalam ruang bebas kreativitas kita.
Itulah ruang mubah tadi.
Mubah, tidak wajib
juga tidak haram. Tapi bagaimana kita membuat pilihan di ruang itu menentukan
hasil akhirnya.
Jadi kalau kau masih
dililit masalah dalam hal karir, misalnya, padahal kau sudah berpuasa, karena
puasamu tidak menghasilkan ketakwaan dalam format kreativitas di ruang bebas.
Puasamu mungkin tidak membuatmu jadi lebih disiplin dan produktif. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar