Asia Tenggara Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal
Poonam Khetrapal Singh ;
Direktur WHO untuk Kawasan
Asia Tenggara
|
MEDIA INDONESIA,
04 Juni 2016
ELIMINASI
tetanus maternal dan neonatal merupakan satu langkah menuju kesehatan yang
lebih baik bagi bayi baru lahir dan para ibu. Di 11 negara anggota WHO
kawasan Asia Tenggara (SEAR), tetanus pada ibu dan bayi baru lahir tak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berikut bagaimana kita dapat
mempertahankan keadaan ini.
Kawasan
Asia Tenggara telah berhasil melakukan eliminasi terhadap tetanus maternal
dan neonatal sebagai masalah kesehatan yang besar.
Dengan
meningkatnya cakupan imunisasi dan akses terhadap layanan kesehatan, jumlah
ibu dan bayi baru lahir yang mengalami kematian yang menyakitkan karena
tetanus menurun hingga di bawah 1 kasus setiap 1.000 kelahiran hidup di
setiap kabupaten/kota.
Ini
suatu capaian besar. Di 1989, ketika dimulai perang terhadap tetanus neonatal
(bayi berusia di bawah 28 hari), yang juga berarti tetanus pada ibu, setiap
tahunnya sekitar 787 ribu bayi baru lahir di seluruh dunia meninggal karena
racun tetanus. Sebagai dampak dari keadaan tak higienis pada saat persalinan
dan penanganan pemotongan tali pusar, racun ini mengakibatkan infeksi,
menyebabkan kejang saraf, rahang terkunci, dan hampir selalu berujung pada
kematian.
Dengan
keberhasilan eliminasi baru-baru ini di India dan Indonesia, kawasan WHO Asia
Tenggara yang terdiri atas 11 negara (Bangladesh, Bhutan, DPR Korea, India,
Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Langka, Thailand, dan Timor Leste)
telah mencapai tahapan penting. Meskipun prosesnya memerlukan waktu lebih
lama daripada yang diharapkan, eliminasi merupakan kemenangan yang harus kita
hargai. Di saat yang sama, kemenangan tak berarti segalanya selesai.
Tak
seperti polio atau cacar, risiko tetanus maternal dan neonatal tetap ada.
Spora tetanus terdapat secara permanen di lingkungan kita, yang berarti jika
terjadi kemunduran upaya kesehatan masyarakat, ibu dan bayi baru lahir tetap
dapat menjadi korban tetanus. Eliminasi perlu dilihat sebagai upaya tak
berkesudahan. Memperkuat upaya kesehatan yang memfasilitasi keberlanjutan
eliminasi akan menjamin kelangsungan kesehatan ibu dan bayinya.
Menjaga
kelangsungan dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan bermutu bagi
ibu dan bayi baru lahir amatlah penting. Dengan memastikan akses bagi ibu
hamil untuk mendapatkan layanan kesehatan kehamilan dan persalinan yang aman,
sistem kesehatan berarti dapat menekan risiko infeksi tetanus dan komplikasi
fatal lainnya. Meskipun negara-negara di kawasan ini telah mencapai kemajuan,
momentum ini perlu dipercepat. Strategi inovatif harus digunakan untuk
menjangkau mereka yang tak terjangkau, seperti melatih pemberi layanan
persalinan yang cakap dan menyediakan dana bagi ibu untuk melahirkan di
fasilitas kesehatan.
Cakupan
imunisasi juga harus dipertahankan dan ditingkatkan. Ibu hamil harus menerima
vaksin tetanus-toxoid (TT) dan kombinasi vaksin lain sebagai suatu prioritas
sesuai dengan tahap-tahap kehamilan. Sebagaimana diperlihatkan program
imunisasi bagi calon pengantin di Indonesia, upaya terobosan tak terbatas
diberikan kepada ibu hamil atau bayi baru lahir.
Imunisasi
tetanus tak hanya menjadi bagian dari imunisasi rutin pada bayi baru lahir,
imunisasi penguatan harus diberikan sesuai dengan usia anak-anak usia
berikutnya. Tempat yang baik untuk upaya ini ialah di sekolah. Terlepas dari
status validasi yang baru saja diperoleh kawasan ini, otoritas kesehatan
harus memastikan tetanus maternal dan neonatal tetap berada dalam daftar
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan kesempatan unt uk imunisasi
tetanus tetap didapatkan masyarakat.
Keterlibatan
masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan. Masyarakat yang memiliki kesulitan
mencapai akses layanan kesehatan atau tak memiliki pengalaman perlu didorong
untuk bersemangat, bergerak, dan mengambil manfaat layanan bagi ibu dan bayi
yang baru lahir. Pesan-pesan imunisasi dan persalinan aman harus menjadi
bagian tak terpisahkan dari kegiatan menjangkau masyarakat dan disebarkan ke
kelompok rentan.
Praktik
tradisional yang berisiko membahayakan keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi
perlu dipertimbangkan untuk tidak dilakukan sembari upaya terus dilakukan
guna membangun kepercayaan, rasa hormat, dan merengkuh seluruh bagian
masyarakat. Pengalaman positif dalam berhubungan dengan petugas kesehatan
berdampak luas, tak hanya bagi individu, tapi juga komunitas.
Sistem
surveilans yang aktif dan efektif sangat vital untuk memantau kemajuan di
area-area kunci di atas. Kegagalan di salah satu upaya dapat berarti kematian
ibu dan bayi karena infeksi tetanus. Dengan pengawasan melekat terhadap
kejadian tetanus pada ibu dan bayi, pemerintah dapat mengevaluasi dampak
upayanya. Jika terdapat kekurangan, segera memperbaikinya. Jika terjadi kasus
tetanus, perlu dikaji secara mendalam penyebabnya guna memastikan kejadian
serupa tak berulang. Seberapa pun hebatnya pencapaian eliminasi, satu
kematian ibu dan anak karena tetanus tetap tak layak terjadi.
Bersamaan
dengan menyelenggarakan surveilans rutin terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, WHO berkomitmen mewujudkan Tujuan Pembangunan Milenium yang
sebelumnya tak tercapai karena keterkaitannya dengan kesehatan ibu dan bayi,
yang hilirnya menyumbang pemberantasan tetanus.
Kerja
untuk mencapai cakupan kesehatan menyeluruh (universal health coverage) satu prioritas WHO Asia Tenggara akan
meningkatkan keseteraan kesehatan dan memastikan lenyapnya kecenderungan
terjadinya tetanus pada komunitas rentan.
Bukanlah suatu kebetulan bahwa negara-negara pertama yang berhasil
melakukan eliminasi ialah negara bersistem kesehatan terkuat?
Eliminasi
tetanus maternal dan neonatal sebagai masalah kesehatan yang besar di Asia
Tenggara perlu dirayakan. Inilah waktu teraman dari ancaman tetanus, bagi
bayi yang baru dilahirkan di kawasan ini. Namun, kita tak dapat lengah.
Tetanus maternal dan neonatal tetaplah beban yang dapat kembali dalam jumlah
besar.
Dengan
meningkatkan jangkauan dan mutu layanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru
lahir, meningkatkan cakupan imunisasi, meraih dukungan lebih besar dari
masyarakat, dan memastikan surveilans yang teliti, kita dapat meniadakan kemungkinan
terjadinya kembali tetanus maternal dan neonatal. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar