Fenomena Sadiq Khan dan Tantangan London
Vishnu Juwono ;
Dosen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia
|
KORAN SINDO, 11 Mei
2016
Saat
Sadiq Khan memenangkan pemilihan sebagai Walikota London minggu lalu dengan
mengalahkan lawannya Zac Goldsmith (keluarga bangsawan dari Partai
Konservatif) dengan meraup suara lebih dari 1,2 juta suara, banyak media
internasional dan nasional yang mengangkat berita ini.
Tentu
saja fokus dari pemberitaan tersebut adalah London untuk pertama kalinya
mempunyai wali kota yang tidak hanya seorang muslim, tapi keturunan Asia.
Tentu saja ini merupakan sebuah peristiwa yang sangat unik. Karena London
dengan 12,8 juta penduduk adalah kota global nomor dua paling kompetitif
menurut the Economist.
London
juga menyumbang 22% pendapatan domestik bruto (PDB) Inggris dan memiliki
skala ekonomi setara dengan Swedia atau Iran. Sebagai wali kota London, bisa
dikatakan Sadiq adalah politisi muslim turunan Asia yang paling mempunyai
pengaruh di kawasan Eropa Barat, bahkan Global.
Latar Belakang Keluarga
Sadiq
Sadiq
bersama tujuh saudaranya dibawa oleh ayahnya dari Pakistan ke London pada
tahun 1970-an untuk memperoleh harapan hidup yang lebih baik. Dengan bekerja
sebagai sopir bus selama 25 tahun, ayah Sadiq, Amanullah, membiayai kehidupan
anak-anaknya, hingga dapat menyekolahkan Sadiq untuk dapat mengenyam
pendidikan tingkat Universitas.
Sebagai
keluarga kelas menengah di London, Sadiq bersama tujuh adik-kakaknya tinggal
di apartemen sederhana yang disewa oleh orang tuanya di Earsfield, daerah
Barat-Daya London. Sadiq tinggal bersama orang tuanya, sebelum hidup mandiri
di umur 20 tahun. Atas anjuran guru SMA-nya - karena dianggap senang
berargumen-, maka Sadiq mengambil jurusan hukum di Universitas North London
(sekarang London Metropolitan University).
Selain
itu, Sadiq melihat ayahnya bekerja sebagai supir bis dan bergabung dalam
kelompok Buruh. Melalui kelompok buruh, ayah Sadiq dijamin hakhaknya untuk
memperoleh kehidupan yang layak dengan perlindungan upah minimum dan standar
kehidupan yang cukup. Selanjutnya, Sadiq muda terinspirasi untuk terlibat
lebih jauh dunia aktivis perburuhan.
Karier Politik Sadiq
Keterlibatan
dalam politik dimulai dalam usia yang sangat muda. Pada usia 15 tahun Sadiq
sudah terdaftar sebagai anggota partai buruh. Selama menjadi pengacara yang
fokus pada pembelaan hak asasi manusia, beberapa kasus terkemuka yang
ditangani adalah staf salon yang salah ditangkap, serta dianiaya oleh polisi,
guru, serta pengacara yang mendapat perlakuan rasis serta dan polisi senior
dengan ras kulit hitam yang dituduh korupsi.
Setelah
kurang dari sepuluh tahun, Sadiq berkeinginan menjadi anggota parlemen.
Walaupun sebagai pengacara ia bisa membela ratusan klien terkait hak asasi
manusia. Sadiq merasa dengan menjadi anggota parlemen bisa membuat
undang-undang yang mempengaruhi jutaan penduduk. Untuk itu, Sadiq maju
menjadi kandidat anggota parlemen di London untuk wilayah Tooting yang
merupakan daerah konstituen kuat dari partai buruh.
Ia
memenangkan pemilihan umum parlemen dan menjadi satu dari sedikit anggota
parlemen dengan latar belakang etnis minoritas. Melalui manuver politik
cerdiknya, ia bersama-sama 47 anggota parlemen partai buruh lainnya melakukan
pembangkangan terhadap pemerintah Tony Blair. Tindakan tersebut membuat ia
dekat dengan Menteri Keuangan Gordon Brown yang kemudian menggantikan Tony
Blair.
Akibatnya
selama pemerintahan tiga tahun Gordon Brown, Sadiq mendapat kesempatan
menjadi muslim pertama yang menjadi anggota kabinet, di antaranya dengan
menjadi Menteri transportasi di tahun 2009. Pada pemilihan umum tahun 2010
saat Gordon Brown dikalahkan oleh David Cameron, karier politik Sadiq nyaris
terhenti, karena hanya mampu terpilih dengan selisih 2500 suara.
Namun
Sadiq kembali dikenal setelah sebagai manajer kampanyenya berhasil membawa Ed
Milliband mengalahkan kakaknya yang lebih favorit, David Milliband, dalam
kontestasi ketua partai buruh dan sekaligus menjadi pimpinan oposisi di tahun
2010. Selama tahun 2010-2015 Sadiq membantu pim-pinan oposisi parlemen
Inggris Ed Milliband dengan menjadi anggota kabinet bayangan.
Menuju Singgasana London
Lagi-lagi
kematangan berpolitik Sadiq diperlihatkan dalam perjalanan kariernya menjadi
wali kota London. Dengan kekalahan telak dari partai oposisi buru pada
pemilihan legislatif tahun 2015 yang memaksa Ed Milliband mengundurkan diri
dari pimpinan partai buruh, Sadiqdapat lolos mempertahankan kursi
parlemennya.
Selain
itu ia juga sudah membidik kursi walikota yang akan segera ditinggalkan oleh
Boris Johnson pada tahun ini. Namun, Sadiq kurang didukung oleh media massa
Inggris yang lebih memfavoritkan mantan Menteri Media, Budaya dan Olahraga,
Tessa Jowell, yang mempunyai peran besar bagi suksesnya persiapan London
dalam menyelenggarakan Olimpiade 2012. Lagi-lagi dengan dukungan konstituen
pemilih partai buruh yang kuat, melalui pemilihan lima tahap akhirnya Sadiq
mengalahkan Tessa secara telak yakni dengan 58.9% - 41.1%.
Tantangan Memperbaiki
London
Apabila
kita melihat karier politik dari Sadiq Khan -terlepas dari figur Islam dan
Asianya-, beliau adalah politisi mumpuni dengan pengalaman panjang di
pemerintah, maupun sebagai oposisi di parlemen Inggris selama lebih dari 10
tahun. Dengan kata lain, ia adalah politisi dengan substansi bukan hanya
dipilih untuk sekedar memenuhi kuota ras atau agama.
Sekarang
yang menjadi tantangan bagi Sadiq adalah, bagaimana mewujudkan janjijanji
kampanyenya untuk membawa perbaikan bagi Kota London. Salah satunya adalah
masalah perumahan, di mana harga properti menjadi sangat mahal sehingga tidak
terjangkau oleh warga kelas menengah London.
Tidak
heran, properti di daerah pusat kota hanya investor kaya seperti dari negara
Timur Tengah, Rusia dan China, yang mampu membeli properti dengan harga
selangit yakni di atas 500.000 pound. Tantangan lain bagi Sadiq bagaimana
mencari keseimbangan yang pas untuk mengurangi ketimpangan pendapatan, dengan
menambah lapangan pekerjaan bagi kelas menengah.
Namun,
tetap mempertahankan London sebagai pusat finansial global, motor utama
pertumbuhan ekonomi Inggris, serta pusat budaya dan hiburan dunia. Apabila
dalam lima tahun mendatang Sadiq dapat mengelola masalah-masalah tersebut
dengan baik, dan berhasil meningkatkan profil politiknya, ia tidak hanya akan
terpilih kembali sebagai walikota London. Akan tetapi, dapat mencatat sejarah
baru dengan menjadi kandidat Perdana Menteri Inggris pertama yang merupakan
muslim keturunan Asia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar