Penyesalan
Agustine Dwiputri ;
Penulis Kolom PSIKOLOGI Kompas
Sabtu
|
KOMPAS, 09 April
2016
Dalam hidup adakalanya
timbul penyesalan mengenai suatu tindakan yang kita lakukan, misalnya kita
telah ingkar janji kepada seseorang; telah menyakiti hati ibu; memilih tempat
kerja yang keliru; atau tidak berhasil mendapat beasiswa. Biasanya perasaan
tersebut kemudian menghambat kita dalam melangkah ke depan. Bagaimana
tindakan kita agar bisa meminimalkan rasa tersebut?
Marc Muchnick (2011) dalam
bukunya, No More Regrets,
mengatakan bahwa penyesalan berkaitan dengan segala hal yang telah kita
lakukan, tetapi kita berharap tidak melakukannya atau ketika kita gagal
melakukan sesuatu padahal kita berharap dapat melakukan. Keduanya sama-sama
menghasilkan ketidakbahagiaan atau kekecewaan. Dengan kata lain, penyesalan
adalah semua hal yang kita lakukan ataupun yang tidak kita lakukan. Oleh
karena itu, penyesalan adalah tentang perilaku dan perasaan kita mengenai
ketidakbahagiaan atau kekecewaan, yang berkaitan dengan perilaku tersebut.
Memahami penyesalan
sebagai hasil dari perilaku kita berimplikasi langsung pada bagaimana kita
membuat keputusan. Biasanya kita membawa sejumlah elemen dalam kerangka
pengambilan keputusan kita, seperti waktu, konteks, kesempatan, dan biaya.
Bagaimana kita akan merasakan sesuatu tentang keputusan setelah dibuat, apa
yang akan menjadi dampak, dan sebagainya.
Penyesalan dan kesalahan
Perlu diingat bahwa
penyesalan tidak selalu sama dengan kesalahan. Kita bisa belajar banyak dari
kesalahan kita, tetapi tidak perlu harus menyesalinya. Bahkan, dalam
kenyataannya, beberapa pelajaran terbaik dalam hidup berasal dari membuat
kesalahan. Pada dasarnya, penyesalan dan kesalahan kita dapat berbeda melalui
perasaan positif atau negatif yang kita hubungkan dengan tindakan tertentu.
Sementara kita semua masih akan bertindak salah, maka kuncinya adalah
menghindari membuat kesalahan yang akhirnya kita menyesal.
Lebih lanjut Muchnick
mengatakan, meskipun sumber-sumber penyesalan adalah unik bagi setiap orang,
ada aspek tambahan dalam memahami penyesalan, yaitu terdapatnya beberapa tema
umum pada penyesalan, di antaranya:
- Kita terjebak dalam
berbagai kebiasaan dan menjadi tahanan bagi rasa penyesalan kita.
- Kita mengandalkan
banyak hal atau orang lain.
- Kita mengorbankan
otentisitas (keaslian) kita.
- Kita berhenti
tumbuh, belajar, dan berkembang.
- Kita menjadi terlalu
mementingkan diri sendiri, tidak sensitif, dan menghakimi.
Mengurangi munculnya penyesalan
Dari sekian banyak cara
yang ditawarkan Muchnick, pertama yang harus dilakukan adalah keluar dari
berbagai kebiasaan yang Anda lakukan. Terdapat beberapa langkah untuk
menjalani hal utama ini:
1. Berhenti melakukan
hal yang tidak berguna.
Jangan berharap hidup
menjadi berbeda jika Anda tetap melakukan apa yang selalu Anda lakukan.
Apakah Anda berada dalam suatu hubungan yang buruk, pekerjaan yang salah,
atau tempat dalam hidup Anda di mana Anda merasa terjebak, milikilah
keberanian untuk mengubah dan menghentikan hal-hal yang merugikan Anda.
Bebaskan diri dari penyesalan terhadap kondisi Anda dan ambillah arah baru
yang berguna untuk Anda.
2. Pilih satu hal
untuk memulai.
Lebih baik melakukan
satu hal secara sungguh-sungguh daripada banyak hal secara buruk. Ketika
melihat daftar hal-hal yang harus Anda lakukan, jangan mencoba untuk
mengerjakan semuanya sekaligus. Sebaliknya, pertimbangkan satu hal pada
daftar yang akan memberikan kepuasan terbesar dan paling efisien untuk waktu
yang Anda gunakan. Kemudian pilih titik awal sehingga Anda dapat mulai
bekerja menuju sukses. Ini akan membantu Anda merasa berenergi karena Anda
akan memiliki strategi untuk bergerak maju dan tidak akan lagi merasa
terjebak.
3. Berdamai dengan
diri sendiri.
Penyesalan dapat
bertahan kuat pada diri seseorang. Maka kuncinya adalah belajar bagaimana
melepaskan diri dari cengkeramannya. Misalnya dengan meyakini bahwa saya
tidak lagi terbebani oleh penyesalan yang berat karena saya telah melepaskan
beban emosional saya dari kegagalan mempertahankan perkawinan. Ketika
menghadapi hal yang menyiksa, hentikan gejolak batin. Berikan diri Anda izin
untuk menjadi tidak sempurna dan tidak menyalahkan diri sendiri atas situasi
yang tidak bisa Anda kendalikan. Berdamailah dengan diri sendiri dan atur
diri Anda agar bebas dari masa lalu.
4. Ubah kesulitan
menjadi peluang.
Jika kemudian Anda
dihadapkan pada kesulitan, pikirkan bagaimana Anda dapat mengubahnya menjadi
sebuah kesempatan. Pertimbangkan cara yang unik dan inovatif dalam mencari
solusi. Lihatlah kemungkinan untuk sukses sebagai lawan dari kegagalan. Yakin
pada diri sendiri dan miliki kepercayaan diri untuk merangkul situasi serta
menghadapi tantangan ke depan.
5. Hindari mencari
korban/menyalahkan orang.
Cara yang baik untuk
memulai adalah dengan mengakui bahwa kita masing-masing memiliki kekuatan
untuk mengubah cara kita bereaksi terhadap situasi yang kita hadapi dalam
hidup. Misalnya, jika Anda merasa tidak puas dengan pekerjaan Anda, mengalami
masalah hubungan dengan orang, bagaimana Anda menangani situasi ini
benar-benar tetap bergantung pada Anda. Melihat ke dalam bukannya ke luar
untuk mengidentifikasi sumber sejati dari penyesalan Anda. Tahan diri dari
menyalahkan orang lain, membuat alasan, dan bertindak tak berdaya.
Berhentilah mengeluh, ambil tanggung jawab pribadi untuk situasi Anda dan
juga untuk solusi. Ketika kita berhenti mengasihani diri kita sendiri,
perasaan menyesal tentang keadaan hidup kita akan mereda dan mampu melihat
dunia dengan cara pandang yang lebih baik.
6. Menjauh dari orang yang
"meracuni" diri.
Berada di sekitar
orang "beracun" adalah suatu resep untuk penyesalan. Hindari mereka
dari kehidupan Anda dan tinggal sejauh mungkin dari mereka. Sebaliknya,
kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bersikap positif. Berada di sekitar
mereka akan membuat Anda merasa lebih bersemangat, termotivasi, percaya diri,
terinspirasi, bahagia, dan terus hidup.
Melakukan hal yang benar
Selain langkah-langkah
di atas, hal lain yang juga penting diperhatikan ketika kita tengah memilih
satu tindakan melampaui tindakan lainnya dalam hidup adalah selalu melakukan
hal benar. Hal yang benar itu bergantung pada interpretasi individual. Ini
yang menyebabkan mengapa kita harus membiarkan hati nurani kita menjadi
penuntun dalam bertindak. Dalam konteks penyesalan, maka definisi dari hal
yang benar mungkin paling diartikulasikan sebagai "pilihan yang tidak
akan membuat Anda menyesal".
Melakukan hal yang
benar adalah mampu hidup dengan berbagai keputusan Anda dalam setiap bagian
kehidupan Anda. Pastikan bahwa keputusan Anda adalah sesuatu yang membuat
Anda akan merasa bangga dan siap untuk tetap mendukung atau
mempertahankannya. Ketika melakukan hal yang benar, Anda tidak akan pernah
menyesali apa yang telah dilakukan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar