Senin, 14 Desember 2015

Beo

Beo

Sarlito Wirawan Sarwono  ;  Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
                                                KORAN SINDO, 13 Desember 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Tetangga saya punya beo yang bisa bersiul melagukan lagu Indonesia Raya dan Gundul-Gundul Pacul (lagu anak-anak Jawa Tengah). Untuk masing-masing lagu si beo itu hanya bisa menyiulkan dua bar saja. Jadi kalau dinyanyikan (oleh manusia tentunya) siulan si beo hanya sampai di sini ”Indonesia, tanah airku,” sudah! Begitu juga lagu Gundul-Gundul Pacul, si beo hanya bisa menyiulkan, ”Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan,” sudah! Kalau disuruh meneruskan lagu itu sampai selesai si beo tidak bisa karena tidak pernah diajari oleh yang punya.

Lain lagi beo kawan saya yang punya pesantren. Beo pesantren itu fasih sekali mengatakan ”Salamualaikuuummm...” kepada setiap tamu yang datang. Bahkan tidak ada tamu pun dia terus juga mengulang-ulang, ”Salamualaikuumm....” Tetapi kalau ada tamu yang baru datang dan mengucapkan salam, beo itu tidak bisa menjawab, ”Waalaikum salaaam.”

Padahal, menjawab salam itulah yang lebih wajib daripada menyampaikan salam itu sendiri. Jadi, kalau ada tamu yang baru datang dan mengucapkan salam, beo akan menjawab ”Salamualaikuumm...” juga. Mengapa begitu? Karena majikannya, walaupun kiai kondang, tidak pernah mengajarinya. Tetapi yang paling hebat adalah beo milik ibu kos khusus karyawati. Ibu kos ini baru membeli beo baru karena terpengaruh oleh penjualnya yang mengatakan bahwa selain pandai bicara beo yang satu ini punya mata tembus pandang seperti mata Superman.

Ketika anak-anak kos diceritai oleh ibu kos tentang kehebatan beo ini, mereka hanya tertawa tidak percaya. Namun, ketika keesokan harinya tiga anak kos (tiga-tiganya karyawati) melewati kurungan beo waktu mau ke kantor tiba-tiba si beo nyeletuk, ”Putih, putih, hitam”. Awalnya ketiga wanita yang kebetulan sekamar itu tidak menyadari apa maksud si beo, tetapi tiba-tiba salah seorang tersadar dan berseru kepada kawan-kawannya, ”Eh, itu kan warna-warna CD (celana dalam) kita!!”.

Kedua kawannya tidak percaya, maka jawab salah satunya, ”Ah, masa sih beo itu benar-benar punya mata Superman? Besok deh kita tes lagi.” Keesokan harinya ketiga penghuni kos itu bersekongkol untuk mengakali sekaligus menguji apakah benar-benar beo itu bermata Superman. Maka ketiganya sengaja tidak memakai CD, dan melewati lagi kandang beo dengan harapan kali ini si beo pasti salah omong. Tetapi alangkah terkejutnya ketiga karyawati cantik itu, karena si beo berseru, ”Keriting, keriting, botak!” Beo itu ternyata benar-benar titisan Superman.

Kita tahu bahwa banyak sekali hewan yang kecerdasannya hampir menyamai manusia. Anjing-anjing peliharaan bisa mengikuti perintah majikannya dengan baik. ”Sit!”, maka anjing itu akan duduk, atau ”shake hand ” dan anjing itu akan mengulurkan kaki kanannya (ulangi: kanan, bukan kiri, sesuai dengan tata krama manusia) untuk disalami.

Jadi seakan-akan anjing itu bisa bercakap-cakap dengan majikannya. Begitu juga dengan ikan lumba-lumnba yang seakan-akan pandai berhitung, dan bisa menjawab pertanyaan penonton tentang sebuah persoalan matematika dengan cara membunyikan bel, dan seterusnya, kuda, kucing dan simpanse adalah hewan-hewan yang dipercaya mempunyai kecerdasan tinggi. Walaupun demikian, kita pun tahu bahwa tidak pernah hewan mengungguli kecerdasan manusia.

Dalam sebuah penelitian oleh psikolog Kellog (1934) seekor anak simpanse bernama Gua, diasuh sejak bayi bersama seorang anak manusia yang umurnya sama persis dengan simpanse bernama Donald. Kedua makhluk bayi itu diperlakukan persis sama untuk membuktikan apakah mereka bisa bertumbuh kembang secara bersamaan. Ternyata di awalnya Gua bertumbuh dan menguasai berbagai keterampilan lebih cepat daripada Donald.

Setelah beberapa saat, Donald mengungguli Gua, terutama dalam berbahasa, Donald bisa bercakap-cakap, sementara Gua tidak pernah tertarik untuk belajar bahasa. Bahasa memang keunggulan manusia dari makhluk lainnya. Melalui bahasa dan simbol-simbol lain manusia mengembangkan diri dan teknologi. Bahasa bukan sekadar bunyi, tetapi simbol yang bermakna dan kemampuan untuk memberi dan menafsir makna inilah yang menurut filsuf Ernest Cassirer (1944) hanya ada pada manusia.

Manusia itu adalah makhluk simbol, kata Cassirer. Buat seekor simpanse pemain sirkus yang tugasnya mengendarai motor-motoran, lampu merah berati dia harus stop mobil-mobilan yang ditumpanginya. Tidak ada arti lain, karena yang diajarkan ke dia adalah bahwa lampu merah itu tanda untuk berhenti, sudah! Sedangkan manusia bisa mengembangkan warna merah ke konteks yang lain, seperti Palang Merah, lampu merah di lokalisasi, lampu merah di pintu studio yang artinya sedang siaran dsb.

Manusia bisa berpikir sampai tahap simbol, sedangkan hewan yang terpandai pun hanya bisa mencapai tahap tanda. Karena kekuatan simbolsimbol yang dibuat dan dipercaya manusia itulah (termasuk simbol-simbol matematika) manusia bisa berkembang, membangun gedung dan bangunan yang tinggi, menciptakan mesin-mesin untuk memudahkan kehidupan manusia dsb. Hewan tidak akan mungkin melakukan semua itu.

Setelah mengetahui teori di atas, tentu saja sekarang kita tahu bahwa beo-beo sejati adalah beonya tetangga saya dan beonya pak kiai tadi. Beo-beo itu kemampuannya terbatas dan tidak akan bisa terlepas dari pemiliknya, sehingga ia tidak akan mampu melakukan hal yang tidak atau tidak mampu diajarkan oleh pemiliknya.

Beonya ibu kos itu hanya lawakan buat lucu-lucuan saja karena tidak mungkin kecerdasan beo hampir mendekati manusia. Tetapi manusia yang kecerdasannya mendekati burung beo cukup banyak, yaitu manusia-manusia yang bisanya hanya membeo dan tidak bisa berpikir sendiri kecuali menunggu petunjuk dan perintah bos-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar