Jumat, 18 September 2015

Berharap Turnbull Lebih Baik

Berharap Turnbull Lebih Baik

Dian Islamiati Fatwa  ;  Jurnalis; Tinggal di Melbourne, Australia
                                                    JAWA POS, 16 September 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

PERGANTIAN PM Australia kemarin merupakan periode yang cukup brutal dalam sejarah politik Australia. Kurang dari enam jam sejak mengundurkan diri sebagai menteri dalam kabinet Tony Abbott, Malcolm Turnbull menantang mantan ’’bosnya’’ itu dalam perebutan kursi pemimpin Partai Liberal.

Ya, Turnbull akhirnya bertarung dengan Abbott dan keluar sebagai pemenang. Dia menjadi pemimpin baru Partai Liberal.

Turnbull unggul 10 suara atas Tony Abbott. Dia meraih 54 suara, sedangkan Abbott hanya mendapatkan 44 suara. Dengan demikian, otomatis Malcolm Turnbull menjadi perdana menteri ke-29 Australia.

Kudeta Politik

Boleh dibilang ’’kudeta politik’’ dalam Partai Liberal ini berlangsung cepat dan efisien. Turnbull menghitung dengan cermat berapa banyak suara yang akan mendukung dirinya sebelum menantang Abbott. Dia menggunakan argumen bahwa pergantian pimpinan di Partai Liberal mendesak dilakukan sebelum kehilangan kepercayaan rakyat.

Barangkali sulit bagi masyarakat di luar Australia memahami ’’ kudeta’’ yang sering terjadi di dalam gedung parlemen di Canberra, Australia. Sebagai salah satu negara demokrasi terkuat di dunia, Australia pun ternyata tak imun dari ’’kudeta politik’’ yang cukup brutal, meski tanpa memakan korban jiwa. Turnbull menjadi perdana menteri kelima dalam lima tahun terakhir karena seringnya pergantian pemimpin partai.

Sebelumnya, Turnbull juga ’’dikudeta’’ oleh Abbott saat dirinya menjadi pemimpin oposisi Partai Liberal pada 2009. Hal yang sama menimpa Kevin Rudd yang dilengserkan Julia Gillard sebagai PM. Rudd sendiri pernah dua kali berusaha ’’mengudeta’’ PM Julia Gillard saat dirinya menjadi menteri luar negeri, namun tidak berhasil sehingga Rudd akhirnya memutuskan pensiun dari dunia politik.

Komunikasi kepada Publik

Tony Abbott sejatinya dianggap sebagai perdana menteri yang cukup efektif dan efisien dalam menjalankan kebijakan dibandingkan perdana menteri sebelumnya. Kebijakan yang dinilai berhasil, antara lain, menghentikan arus pencari suaka yang membanjiri Australia dengan menggunakan perahu.
Akan tetapi, dia dianggap gagal meyakinkan rakyatnya dalam mengantar agenda reformasi ekonomi. Pemerintahan Abbott melakukan pemotongan anggaran besar-besaran di sejumlah sektor, termasuk anggaran pendidikan, untuk mengubah defisit anggaran menjadi surplus. Akan tetapi, Abbott tidak berhasil mengomunikasikan dengan baik pentingnya agenda reformasi ekonomi. 
Sebaliknya, dia malah terjebak dalam retorika sehingga kepopulerannya melorot tajam.

Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 2 persen dan angka pengangguran 6 persen, Australia membutuhkan pemimpin yang mampu bertindak sebagai ’’ salesman’’ dalam menjual kebijakan agenda reformasi agar ekonomi tetap tumbuh dengan baik.

Apa pun, berganti atau tidak pemimpin di Australia, tantangan ekonomi yang dihadapi Australia tetaplah sama. Namun, yang dibutuhkan Australia saat ini adalah pemimpin yang mampu mengartikulasikan kebijakan yang dipilih terhadap rakyatnya. Sebagai miliuner dan pengusaha sukses, Turnbull dianggap mampu melakukan persuasi kebijakan reformasi ekonomi kepada rakyat dibandingkan Tony Abbott.

Harapan terhadap Turnbull

Meski dianggap pernah gagal menjadi pemimpin oposisi, Turnbull, tampaknya, masih sangat diharapkan rakyat Australia. Sejumlah kalangan dalam wawancara dengan ABC (Australian Broadcasting Corporation) yakin Malcolm Turnbull yang dibesarkan tanpa ibu akan belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan di dunia politik.

Dia berjanji banyak melakukan konsultasi dalam jajaran kabinetnya dan tidak akan menjalankan pemerintahan seperti perusahaan. Kesalahan fatal yang dilakukan Turnbull sehingga dia dilengserkan pada 2009 sebagai pemimpin Partai Liberal.

Dalam jajak pendapat yang dilakukan Roy Morgan melalui SMS, tujuh di antara sepuluh rakyat Australia lebih memilih Malcolm Turnbull dibandingkan Bill Shorten, pemimpin oposisi dari Partai Buruh. Ini menunjukkan bahwa Turnbull diterima rakyat Australia, termasuk pemilih Partai Buruh.

Pandangan Turnbull yang cukup moderat terhadap perkawinan sejenis dan kebijakan perubahan iklim menjadi penyumbang faktor kepopulerannya di mata rakyat.

Meski demikian, masih terlalu dini menilai dampak terhadap hubungan Indonesia-Australia dengan hadirnya pemimpin baru. Namun, dengan kemampuan mengartikulasikan kebijakan terhadap rakyatnya, diharapkan Turnbull mampu membawa hubungan Indonesia dan Australia ke arah yang lebih baik. Mari berharap yang terbaik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar