"Mens Sana in Corpore Sano"
Arifin
Panigoro ; Praktisi Bisnis
|
KOMPAS, 01 Juli 2015
Pada 1950 di
Bandung, tepatnya di Jalan Semar, ada sebuah klub basket yang namanya
merupakan pelesetan dari Jalan Semar, yaitu klub basket SMAR, singkatan dari
Sehat Manusia Asuhan Rasio.
Pendirian klub basket SMAR ini
diilhami oleh mens sana in corpore sano,
sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang sangat identik dengan bidang olahraga
dan kesehatan: di dalam tubuh yang kuat terbentuk jiwa yang sehat. Saya ikut
bergabung dalam klub basket tersebut. Pada saat itu prestasi SMAR sangat
menonjol. Beberapa pemainnya jadi pemain tim nasional untuk Asian Games 1962
di Jakarta.
Prestasi nasional pada Asian
Games 1962 jauh lebih baik dibandingkan dengan prestasi olahraga sekarang
ini. Sebagai contoh, rekor lari 100 meter yang dibuat oleh M Sarengat yang
finis tercepat dengan waktu 10,5 detik. Pada waktu itu catatan ini merupakan
rekor tercepat Asia.
Bagaimana dengan olahraga hari
ini? Pada perolehan medali SEA Games 2015 di Singapura, Indonesia
berada di posisi kelima di bawah Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.
Jumlah penduduk empat negara ini kalau dijumlahkan masih jauh lebih sedikit
daripada penduduk Indonesia, yang jumlah penduduknya di atas 250 juta.
Mengapa demikian buruk prestasi
olahraga kita? Siapa yang salah? Apakah induk organisasi, Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), pemerintah,
atlet, ataukah pelatih? Kalau dicari siapa yang salah, pasti tidak akan terjawab
dengan jernih.
Marilah kita kembali melihat
klub basket di Bandung yang didirikan 60 tahun yang lalu itu, yang nama
klubnya terinspirasi dari mens sana in corpore sano.
Klub basket itu didirikan oleh sekelompok pemuda yang tinggal di sekitar
Jalan Semar dengan tujuan hanya ingin berolahraga bermain basket supaya
badannya sehat. Semakin lama, klub basket tersebut menjadi semakin terlatih
sehingga terbentuklah tim yang lebih tangguh. Pada puncak prestasinya, klub
basket tersebut bisa melahirkan pemain-pemain tingkat nasional.
Apa yang ingin saya sampaikan
di sini adalah bahwa olahraga pada dasarnya merupakan aktivitas fisik supaya
badan kita bergerak, menjadi kuat, dan sehat: mens
sana in corpore sano.
Untuk mengukur berhasilnya
olahraga yang dijalani itu, diadakan kompetisi/pertandingan yang secara
berjenjang dilaksanakan dari kelompok terkecil sampai akhirnya
diselenggarakan di ajang internasional. Tentu dalam perjalanan panjang menuju
puncak prestasi itu banyak unsur yang harus diperhitungkan. Misalnya,
sekolah, nutrisi atlet, ilmu olahraga, fasilitas olahraga, program pelatihan
pelatih, dan pembinaan atlet.
Berjenjang
Dari semua unsur pendukung di
atas, untuk Indonesia sekarang ini, unsur sekolah menjadi sangat menonjol.
Mengapa? Sebab, dilihat dari struktur pemerintahan saja, yang mempunyai
Mendikbud dan Menpora, seolah-olah olahraga hanya tanggung jawab Menpora.
Padahal, kalau kita lihat perjalanan atlet-atlet nasional kita, waktu
pembinaan adalah waktu pada saat mereka masih menjadi murid sekolah, mulai
dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Bagaimana mata pelajaran
olahraga diajarkan? Berapa jam per minggu? Bagaimana kualifikasi guru
olahraga? Fasilitas olahraga di sekolah seperti apa?
Ini semua merupakan pekerjaan
rumah Mendikbud Anies Baswedan. Kemdikbud diharapkan memberikan perhatian
khusus dengan mendirikan direktorat khusus olahraga, meningkatkan jam
olahraga di sekolah, memberikan pelatihan guru olahraga, dan menambah
fasilitas olahraga di sekolah sehingga murid-murid SD hingga sekolah lanjutan
memiliki kualitas fisik lebih prima.
Untuk Mendikbud, dilihat dari
langkah-langkah awalnya harus fokus pada sekolah guru olahraga dan diteruskan
dengan meningkatkan jam olahraga di sekolah. Fasilitas olahraga juga
dirasakan di masing-masing sekolah masih kurang sehingga bisa diupayakan
penyediaan fasilitas olahraga untuk digunakan bersama-sama bagi beberapa
sekolah.
Mudah-mudahan dengan niat
berolahraga untuk kesehatan, disertai proses pemanduan bakat yang berjenjang
dan dimulai sejak usia dini, diharapkan dalam kurun waktu 5-10 tahun lagi
prestasi olahraga Indonesia bisa meningkat sesuai dengan jumlah penduduk yang
paling banyak di ASEAN dan tentunya bisa menjadi juara umum SEA Games lagi.
Mens sana in corpore sano..
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar