Serba
Palsu
Iwel Sastra ; Komedian
|
KORAN TEMPO, 08 Juni 2015
Setelah gigi palsu
terpasang, seorang lelaki tua becermin, lalu tersenyum melihat mulutnya yang
dihiasi dengan gigi palsu. Dokter gigi memberinya secarik kertas berisi biaya
yang harus dibayar di kasir. Setelah melakukan pembayaran, langkah lelaki tua
ini ditahan kasir. Menurut kasir, lelaki tua ini berniat melakukan penipuan
dengan membayar pakai uang palsu. Dengan tidak kalah galak, lelaki tua ini
berkata, "Wajar saya bayar pakai
uang palsu. Gigi yang dipasang dokter juga gigi palsu!"
Belakangan masyarakat
dibuat resah dengan beredarnya berita tentang beras plastik. Pemerintah Kota
Bekasi sebagaimana dikutip oleh media massa mengungkap hasil uji laboratorium
Sucofindo yang menduga beras dioplos dengan unsur plastik. Ditemukan senyawa polyvinylchloride bahan baku pipa
plastik. Di sisi lain muncul berita yang meragukan kebenaran adanya beras
plastik. Tentu pemerintah harus sigap dalam menyikapi masalah seperti ini
supaya tidak muncul keresahan dalam masyarakat. Seorang rekan heran kenapa
kasus beras plastik ini bisa cepat membuat heboh. Padahal sebelumnya sudah
banyak beredar buah-buahan dari plastik tetapi tidak bikin heboh. He-he-he.
Selain beras plastik,
muncul berita tentang ijazah palsu yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan
palsu. Maraknya ijazah palsu ini di antaranya disebabkan oleh syarat untuk
bisa diterima bekerja dalam sebuah instansi atau perusahaan adalah adanya
ijazah dari perguruan tinggi. Membeli ijazah menjadi jalan pintas yang
dilakukan oleh mereka yang ingin memperoleh ijazah tanpa harus susah-payah
duduk di bangku kuliah. Seharusnya gelar sarjana yang boleh disandang oleh
pembeli ijazah palsu ini adalah SP, yaitu Sarjana Palsu.
Beberapa hari yang
lalu polisi menangkap dokter kecantikan palsu yang sedang praktek di toilet
sebuah pusat belanja di Jakarta. Dokter kecantikan palsu ini sudah melakukan
praktek ilegal selama dua tahun. Ia sangat nekat mengaku sebagai seorang
dokter spesialis kecantikan dan estetika, padahal hanya lulusan SMA yang
mempelajari kecantikan hanya melalui Internet. Dugaan saya, untuk mengelabui
pasiennya selama praktek, dia pasti mengaku sebagai lulusan UI, yang
sebenarnya berarti Universitas Internet.
Mengenai serba palsu
ini, saya teringat akan sebuah anekdot lawas mengenai seorang pria yang
berlibur ke sebuah negara di Timur Tengah. Dia membeli celana dengan merek
terkenal. Di celana tersebut ada secarik kertas dengan tulisan "asli
bukan palsu". Pria ini membeli celana tersebut dan mencuci terlebih dulu
sebelum dipakai. Ketika dicuci, celana ini luntur dan rusak. Dia kemudian
protes ke toko tempatnya membeli celana itu. Dia menggugat keaslian celana
tersebut. Dengan santai si penjaga toko mengatakan bahwa itu bukan celana
asli. Penjaga toko mengingatkan bahwa, kalau di Timur Tengah, semua tulisan
dibaca dari kanan ke kiri. Jika tertulis "asli bukan palsu" maka
dibacanya "palsu bukan asli".
Namun tidak semua
orang merasa tertipu dengan yang palsu. Ada juga orang yang dengan sengaja
menipu diri sendiri dengan memakai barang-barang palsu seperti pakaian dan
tas. Terlihat bermerek padahal palsu. Untuk orang seperti ini ada istilah
yang sangat tepat, yaitu BPJS, alias Budget
Prihatin Jiwa Sosialita. He-he-he
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar