Ekonomi
2015, Ekspansi Terbatas
Firmanzah ; Rektor Universitas Paramadina dan Guru
Besar FEUI
|
KORAN SINDO, 01 Juni 2015
Memasuki Juni, akhir
semester I 2015, merupakan saat yang tepat untuk refleksi pertengahan tahun
tentang kondisi perekonomian global dan nasional. Evaluasi menjelang
berakhirnya semester I 2015 menunjukkan indikasi bahwa perekonomian dunia dan
nasional masih akan tumbuh, tetapi terbatas.
Sejumlah faktor, baik
ekonomi maupun nonekonomi, diidentifikasi menjadi penyebab mengapa
pertumbuhan ekonomi tidak setinggi seperti yang diproyeksikan. Akibatnya baik
pelaku usaha maupun pengambil kebijakan mencoba untuk realistis dan berusaha
menyesuaikan dengan situasi saat ini. Banyak kalangan mencoba merevisi
optimisme yang tinggi terhadap kinerja perekonomian global dan nasional di
awal tahun 2015. Masih tidak menentunya arah perbaikan perekonomian membuat
otoritas pengambil kebijakan terus bersikap antisipatif dan cepat menyusun policy-responses terhadap gejolak
eksternal. Hal ini penting bagi Indonesia agar perekonomian nasional tetap
berdaya tahan dan berdaya saing.
Meskipun terlalu dini
untuk menyatakan realisasi kinerja perekonomian dunia dan nasional untuk
tahun ini, sejumlah faktor dapat kita gunakan untuk memproyeksikan kinerja
ekonomi sepanjang 2015. Sebenarnya kalau kita lihat di awal 2015, banyak
lembaga internasional seperti Bank Dunia, OECD, dan IMF yang memperkirakan
ekonomi dunia pada 2015 akan lebih baik dibandingkan pada 2014 dan 2013.
Misalnya, laporan yang dikeluarkan Bank Dunia pada Januari 2015 menyatakan
pertumbuhan ekonomi dunia 2015 diproyeksikan dapat mencapai 3% dan rata-rata
tumbuh 3,3% sampai 2017.
Proyeksi pertumbuhan
ekonomi dunia pada 2015 lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan dunia
pada 2014 sebesar 2,6% dan 2013 sebesar 2,5%.
Kelompok negara maju
diprediksi mampu tumbuh 2,2% sepanjang tahun 2015-2017. Sementara kelompok
negara berkembang diperkirakan tumbuh 4,8% pada 2015 dan naik menjadi 5,4%
pada 2017. Hal senada juga disampaikan IMF. Meski menurunkan proyeksi pertumbuhan
ekonomi 2015, IMF optimistis ekonomi dunia dapat tumbuh 3,5% pada tahun ini,
lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi dunia 2014.
Namun kinerja
perekonomian negara maju pada kuartal I 2015 masih mengindikasikan tingginya
ketidakpastian. Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu negara yang pada
awalnya memiliki optimisme tinggi di 2015 harus menghadapi realisasi
pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Alih-alih tumbuh positif, ekonomi AS justru
terkontraksi sebesar 0,7%.
Salah satu penyebab
pertumbuhan di AS negatif adalah masih melemahnya daya beli dan konsumsi
masyarakat. Pada kuartal I 2015 hanya tumbuh sebesar 1,8%, jauh di bawah
kuartal IV 2014 yang mampu tumbuh 4,4%. Hal ini juga yang membuat The Fed
menunda kenaikan suku bunga acuan di AS meskipun masih memberikan indikasi
akan dilakukan pada akhir tahun ini.
Zona Eropa justru
memberikan sentimen positif dan berbeda dari perkiraan banyak kalangan yang
sebelumnya memprediksi Eropa terjebak dalam stagnasi.
Ekonomi
19 negara yang tergabung dalam zona Eropa tumbuh sebesar 1,6% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu. Bila dibandingkan dengan kuartal IV
2014, pada kuartal I 2015 mereka tumbuh sebesar 0,4%. Hal menarik lainnya,
pada kuartal I 2015, negara seperti Prancis, Italia, dan Spanyol mencatatkan
pertumbuhan positif dan mampu keluar dari stagnasi di periode sebelumnya. Prancis
mampu tumbuh sebesar 0,6%, Italia 0,3%, dan Spanyol 0,9%. Jerman pada kuartal
I 2015 mampu tumbuh sebesar 0,3%. Meskipun masih terlalu dini menyatakan zona
Eropa telah keluar dari stagnasi, realisasi pertumbuhan pada tiga bulan
pertama di tahun 2015 memberikan optimisme baru bagi para pelaku usaha di zona
tersebut.
Berbeda
dari zona Eropa, berkaca pada realisasi pertumbuhan ekonomi nasional di
kuartal I 2015, saat ini kita mencoba untuk realistis terhadap proyeksi
pertumbuhan ekonomi nasional di tahun ini. Pada awalnya, optimisme terlihat
di awal tahun ketika dalam penyusunan APBN-P 2015 disepakati target
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi
pertumbuhan ekonomi 2014 sebesar 5,02%.
Namun
ketika BPS memublikasi data bahwa ekonomi kita hanya mampu tumbuh sebesar 4,71%
di kuartal I 2015, banyak kalangan meragukan apakah kita mampu tumbuh
setinggi target APBN-P 2015. Selain itu, sejumlah indikator seperti daya beli
masyarakat dan belanja pemerintah selama bulan April- Mei juga belum
menunjukkan lonjakan peningkatan berarti.
Hal
ini memberikan indikasi bahwa besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi pada
kuartal II 2015 tidak setinggi seperti yang kita harapkan.
Untuk
mengejar pertumbuhan ekonomi seperti target APBN-P 2015 sebesar 5,7%, kita
akan mengandalkan kinerja kuartal III dan IV 2015. Periode
Juli-Agustus-September (kuartal III 2015) menjadi sangat penting karena
sejumlah sektor seperti konsumsi dan belanja pemerintah berpotensi
mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara periode Oktober-November-Desember
(kuartal IV 2015) perlu kesiapan dan kehati-hatian mengingat banyak kalangan
yang memperkirakan di masa inilah The Fed akan menaikkan suku bunga acuan
mereka. Langkah The Fed menaikkan suku bunga kemungkinan besar akan diikuti
BI menaikkan BI Rate untuk mengurangi risiko capital-outflow. Kalau BI menaikkan suku bunga, hal itu akan
memukul sektor riil dan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV 2015
tidak akan setinggi yang kita harapkan.
Sementara
itu sejumlah faktor eksternal seperti tren naiknya harga minyak mentah dunia,
menguatnya dolar AS, melemahnya harga dan permintaan komoditas ekspor
Indonesia juga membatasi ruang ekspansi ekonomi nasional.
Faktor-faktor
tersebut masih akan kita hadapi sepanjang tahun 2015 dan memerlukan
antisipasi untuk tidak membuat ruang ekspansi ekonomi nasional semakin
terbatas. Sejumlah stimulus ekonomi berupa relaksasi aturan LTV, tax-holiday, relaksasi pajak, dan
kebijakan baru tentang KUR yang saat ini tengah dirumuskan perlu dipercepat
penerapannya. Hal ini bertujuan menguatkan kembali daya beli masyarakat di
tengah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih sejumlah
industri nasional saat ini juga diberitakan telah merumahkan karyawan kelompok
outsourcing dan honorer terkait
dengan melambatnya permintaan domestik.
Melihat
sejumlah data di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ekonomi dunia
dan nasional masih akan tetap tumbuh positif di sepanjang tahun 2015. Memang
ruang ekspansi ekonomi akan terbatas lantaran berbagai macam persoalan yang
harus kita carikan solusinya terutama persoalan domestik.
Kondisi
seperti itu membutuhkan strategis baru baik di tingkat pengambil kebijakan, korporasi, rumah
tangga maupun individu untuk menyiasati kondisi yang ada. Hal terpenting
adalah para pengambil kebijakan nasional tetap memperkuat fundamental
perekonomian nasional agar kita dapat rebound di tahun 2016. Sementara di
tingkat mikro, perencanaan bisnis dan belanja di tingkat rumah tangga perlu disesuaikan
mengikuti terbatasnya ruang pertumbuhan ekonomi nasional. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar