Tidak
Mau Dianggap Pemain ’’Haram’’
Andik Vermansah
; Pemain Selangor FA, Mantan Timnas U-23 dan
Senior
|
JAWA POS, 13 April 2015
TAHUN ini menjadi musim kedua saya berada di Malaysia Super
League (MSL). Semua saya lakukan demi menjalani karir sebagai pemain impor di
Selangor FA, salah satu klub yang diperhitungkan dalam gelaran MSL 2015.
Ini benar adanya. Senior saya, Bambang Pamungkas dan Ellie
Eiboy, sudah merasakan kenikmatan bermain di Selangor FA pada 2005–2007.
Gelar juara yang mereka buat bersama The Red Giants –julukan Selangor FA–
tentu ingin saya ikuti.
Musim lalu, setidaknya ada setitik cahaya yang sempat datang
kepada kami (Selangor FA). Tetapi, saat itu rezeki dan keberuntungan belum
mendatangi saya. Di pertandingan terakhir musim lalu, kami harus menerima
hasil sebagai runner-up di bawah Johor Bahru Darul Takzim dengan selisih satu
poin!
Menyakitkan? Tentu begitu yang saya rasakan. Apalagi, harapan
besar saya di musim pertama saya ingin menunjukkan kepada publik Selangor
bahwa saya bisa memberikan kontribusi maksimal buat tim.
Wajar, mengingat saya hanya menjadi penghangat bangku cadangan
pada bulan pertama bersama Selangor FA. Namun, perlahan tetapi pasti, saya
mendapat kesempatan bermain. Tentunya kesempatan itu saya maksimalkan
sebagaimana ketika saya membela timnas Indonesia sebelumnya.
Tetapi, kiprah ’’manis’’ saya di MSL belum menarik perhatian
para pelatih timnas. Meski begitu, hasrat saya untuk kembali mengenakan
seragam timnas berkembang lagi. Memang, saya sempat drop setelah gagal
membawa timnas U-23 sebagai juara SEA Games 2015.
Tidak bisa dimungkiri, karir saya bersama Persebaya Surabaya
kali terakhir pada 2013 membuat karir saya di timnas bisa dibilang naik
turun. Sebab, saya ini seperti pemain ’’haram’’ dari Persebaya yang saat itu
bermain di kompetisi yang tidak sejalan.
Tetapi, apa pun, saya tidak mau dianggap sebagai pemain
’’haram’’. Dalam ajang Piala AFF 2014, saya pun harus berlapang dada meski
tidak mendapat kesempatan mengikuti seleksi timnas senior. Banyak rekan saya
di Selangor FA pun bertanya soal itu.
’’Kenapa pemain seperti kamu tidak dipanggil timnas?’’ Begitu
ungkapan teman-teman saya di Selangor. Bahkan, tidak jarang netizen Malaysia
yang juga pendukung saya di Selangor mengharapakan saya beralih warga negara
jika memang tidak dipakai timnas Indonesia.
Tetapi, saya hanya bisa tersenyum. Sudah jelas jiwa dan raga
saya hanya untuk Indonesia. Kebanggaan mengenakan jersey berlambang Garuda
Pancasila jelas tidak ada gantinya. Bagi pemain sepak bola di Indonesia,
dipanggil timnas dan bisa membela Merah Putih adalah sebuah kehormatan.
Demikian juga, saya pribadi.
Saat ini fokus saya ialah bermain sebaik mungkin buat Selangor
di MSL 2015. Kepercayaan manajemen, pelatih, dan suporter Selangor ingin saya
balas dengan kontribusi maksimal demi kemenangan tim. Tujuannya jelas
melunaskan target yang meleset musim lalu dengan raihan trofi juara 2015.
Semoga permainan saya di klub bisa konsisten dan juga
dihindarkan dari cobaan cedera. Sebab, saya bukan pemain haram! Kapan pun dan
bagaimanapun saya siap dipanggil untuk mengisi skuad Garuda! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar