Mario
Putu Setia ; Pengarang; Wartawan Senior Tempo
|
TEMPO.CO, 11 April 2015
Namanya Mario. Tapi bukan Mario
Teguh atau Mario yang lainnya lagi. Lengkapnya Mario Steve Ambarita, usia 21
tahun. Meski kata “Ambarita” kebanyakan dipakai para wanita, Mario ini
lelaki hebat. Pakar penerbangan terkagum-kagum bagaimana mungkin orang ini
bisa hidup di rongga ban pesawat dalam suhu minus 28 derajat Celsius dan
oksigen hampir nol. Dan itu berlangsung 100 menit dalam penerbangan
Pekanbaru-Jakarta.
Mario menyelusup ke roda
pesawat yang parkir di Bandara Sultan Sarif Kasim II, Pekanbaru, bukan
sekadar iseng. Dia sudah melakukan riset lebih dari setahun. Riset dilakukan
lewat Internet dan menyimpulkan bahwa pesawat yang layak dijadikan tumpangan
gelapnya adalah Garuda, Batik, dan Citilink. Lalu dia memilih Garuda. Saya
tak tahu cara berpikir Mario, tetapi saya menebaknya dari sisi positif. Mario
memilih Garuda karena maskapai ini terkenal dengan pengawasannya yang ketat.
Pesawat yang diparkir terus-menerus dijaga, apalagi menjelang terbang.
Tantangan itu mau dicobanya. Lalu cara Mario masuk ke bandara supaya tidak
diketahui, juga berdasarkan riset. Maka jangan sepelekan lembaga riset.
Yang patut dikagumi, tujuan
Mario ke Jakarta untuk menemui Presiden Jokowi yang ekstraketat dalam
menerima tamu. Jangankan penganggur seperti Mario, pemimpin partai pengusung
Jokowi pun sudah mengeluh karena sulit ketemu presiden. Jokowi konon
dikelilingi oleh orang yang mencoba menjauhkan dirinya dari para elite partai
pengusung, termasuk PDI Perjuangan. Jokowi sebagai presiden sudah beda dengan
Jokowi sebelum presiden.
Sampai di sini, tebakan positif
saya menduga, Mario akan bercerita kepada Jokowi bagaimana keadaan rakyat
pedesaan yang belum menikmati janji-janji Jokowi. Bahan bakar minyak sudah
naik, subsidi sudah dihapuskan karena akan disalurkan ke desa-desa untuk
membangun bendungan, infrastruktur, dan seterusnya. Tapi mana janji itu?
Mario mau menangihnya, sebelum Megawati berpidato hal yang sama dalam Kongres
PDI Perjuangan di Bali.
Eh, saya salah. Maksud Mario
ketemu Jokowi bukan soal rakyat. Setelah saya ikuti berita selanjutnya,
tujuan Mario ternyata untuk memprotes kenapa Puan Maharani yang diangkat
sebagai Menteri Koordinator. Apa karena Puan putri Megawati Soekarnoputri,
yang kini -- dan seterusnya -- menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan?
Saya tepok jidat. Mario pasti
sangat tahu bagaimana rekam jejak Puan di dunia politik dan pemerintahan.
Barangkali -- lagi saya menebak -- Mario tidak yakin akan kemampuan Puan
sebagai Menko yang membawahkan menteri sekaliber Anies Baswedan, Khofifah
Indar Parawansa, dan Lukman Hakim Saifuddin. Ketiganya disebut karena bukan
kader PDI Perjuangan.
Lagi pula Mario tahu bahwa Puan
tak mau melepaskan jabatannya dari Ketua DPP PDI Perjuangan sebagaimana
menteri-menteri lain yang mundur dari pengurus partai karena Jokowi tak ingin
ada rangkap jabatan. Mungkin Mario akan mendesak Jokowi untuk konsisten dalam
hal ini, supaya presiden satya ing
wacana (taat pada ucapannya). Saya menduga orang lain banyak yang
berpikir seperti Marioâ -- kalau itu benar lho -- tetapi tak berani untuk
mengatakannya. Apalagi dengan nekat naik ke ban pesawat.
Apakah Mario remaja tidak waras
atau sakit mental? Menurut Dirjen Perhubungan Udara Suprasetyo, semua ini
hasil pemeriksaan yang sudah dibuatkan berita acaranya. Artinya, pemeriksaan
dilakukan dengan wajar dan normal. Barangkali kita yang perlu introspeksi,
jangan-jangan kita yang tak waras dalam mengurus bandara, menjaga pesawat,
menjaga kewibawaan pemerintah, dan keliru menebak Jokowi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar