Mimpi
Menuju PT Kelas Dunia
Jejen Musfah ; Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
|
MEDIA
INDONESIA, 09 Februari 2015
SELASA (6/1), Menteri Agama Lukman
Hakim Saifuddin melantik lima rektor dan lima ketua perguruan tinggi agama
Islam negeri (PTAIN). Tantangan PT kita tidak mudah karena masih tertinggal
jauh dari PT di Asia apalagi Barat. Mungkin visi semua PT secara eksplisit
atau implisit mengarah ke PT kelas dunia. Masalahnya, apa yang dilakukan
sering tidak sejalan dengan visi yang telah ditetapkan.
Di antara kriteria PT kelas dunia
ialah riset-riset unggulan. Jika PT kita tidak mampu mencapai kriteria
tersebut--meski berkali-kali ganti pimpinan--tak salah jika dikatakan bahwa
kita bukan individu atau komunitas pembelajar.
Mewujudkan PT kelas dunia
butuh kerja keras dan waktu yang lama.
Di samping mutu penelitian,
kriteria PT kelas dunia ialah mutu dosen. Pemerintah sudah membuat standar
mutu dosen dan mutu penelitian (Permendikbud No 49 Tahun 2014) yang
kompatibel dengan standar PT kelas dunia. Pimpinan dan dosen PT sudah tahu
hal tersebut, tetapi terlalu banyak faktor penghambat untuk mewujudkan
kerja-kerja idealnya.
Kita memang terkenal dengan banyak
peraturan tetapi lemah dalam tindakan nyata. Kelemahan umum PT kita ialah
kekurangan profesor dan doktor. Minimnya jumlah profesor karena dosen doktor
kita tidak memiliki artikel ilmiah yang dimuat di jurnal internasional.
Standar hasil penelitian dosen kita tidak sesuai dengan standar penelitian di
luar negeri. Sulitnya menembus jurnal internasional disebabkan dosen kita
lemah dalam bahasa Inggris.
Survei Scientific American di 1994 menunjukkan kontribusi ilmuwan
Indonesia pada khazanah pengembangan dunia ilmu setiap tahunnya hanyalah
sekitar 0,012%, jauh di bawah Singapura yang berjumlah 0,179%, apalagi kalau
dibandingkan dengan AS yang lebih dari 20%.
Menurut data Bloomberg Rankings, negara yang paling inovatif di dunia pada
2014 ialah Korea Selatan dan Swedia di urutan satu dan dua. Kemudian urutan
ketiga sampai sepuluh ialah AS, Jepang, Jerman, Denmark, Singapura, Swiss,
Finlandia, dan Taiwan. Hong Kong urutan ke-26 dan Malaysia ke-34. Indonesia
tidak masuk 50 besar, dan hanya urutan ke67 dari aspek manufacturing capability.
Program strategis
Data tersebut tidak menggembirakan.
Kunci mutu PT ada pada pimpinan lembaga yang bersangkutan. Mereka mestinya
langsung bekerja dengan membuat program-program strategis. Pertama, pelatihan
bahasa asing yang intensif di dalam/ luar negeri akan membantu dosen
mendapatkan beasiswa S-3 di luar negeri, menulis artikel ilmiah dalam bahasa
asing, atau beasiswa postdoctoral. Dalam jangka waktu tertentu, PT di
Indonesia harus menggunakan bahasa Inggris dalam perkuliahan, menulis
makalah, website, dan aspek-aspek lainnya. Sangat aneh dosen dituntut bisa go international tapi tak pandai bahasa
asing, baik lisan maupun tulisan. Di pesantren modern saja diwajibkan
berbahasa asing dalam percakapan seharihari.
Kedua ialah beasiswa S-3 yang akan
mendorong dosen segera kuliah karena ada kepastian biaya. Dosen dengan status
single income akan merasa berat
jika harus kuliah dengan biaya sendiri. Belajar membutuhkan ketenangan dan
fokus. Fokus mahasiswa pascasarjana terbelah antara studi dan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan domestiknya. Keterlambatan atau kegagalan banyak dosen
dalam menyelesaikan kuliah merupakan kesalahan dosen dan PT.
Ketiga ialah pelatihan menulis
karya ilmiah. Tidak semua dosen terampil menulis karya ilmiah. Kendala bahasa
membuat mereka tak bisa menikmati karya ilmiah di jurnal internasional. Jika banyak
dosen memublikasikan karyanya di jurnal internasional, jumlah profesor akan
bertambah.
Pertanyaannya, benarkah semua
dosen harus bisa menulis karya ilmiah? Orang yang bisa menulis belum tentu
cara mengajarnya lebih baik jika dibandingkan dengan orang yang tidak bisa
menulis. Mungkin diperlukan pembagian dosen yang tugasnya mengajar dan dosen
dengan tugas utama meneliti. Dosen pertama memiliki keterampilan mengajar dan
dosen kedua memiliki keterampilan menulis karya ilmiah. Dosen pertama disebut
dosen pengajar dan yang kedua disebut dosen peneliti.
Tuntutan tugas dosen sebagai
pengajar dan peneliti tidak bisa mendorong PT kita menjadi kelas dunia. Di
luar negeri, dosen bisa menghasilkan karya ilmiah karena mengajarnya sedikit,
atau dibebaskan mengajar untuk sementara waktu untuk menulis (sabbatical leave). Faktanya, tidak
semua orang bisa menjadi pengajar yang bagus, sebagaimana tidak semua orang
bisa menulis karya ilmiah. Setahu saya, syarat untuk menjadi dosen (saat
perekrutan) tidak harus pandai menulis dan pandai mengajar. Tiba-tiba, PT
mewajibkan dosen menulis dan meneliti tanpa memberikan pelatihan khusus dan
ter struktur, jelas tidak akan berhasil.
Keempat ialah post-doctoral ke luar negeri. Penyegaran sangat penting bagi
dosen yang doktor atau profesor. Prioritas program tersebut ialah dosen
lulusan dalam negeri. Tujuannya agar mereka berwawasan internasional. Kerja
sama penelitian antara dosen dalam dan luar negeri akan berhasil jika
menguasai bahasa dan budaya akademik mereka.
Tidak perlu merasa rendah diri
untuk belajar kepada PT barat karena faktanya PT kita jauh tertinggal. Kita
memiliki apa yang mereka tidak miliki, demikian juga sebaliknya. Misalnya
budaya dan sumber daya alam yang kita miliki merupakan hal yang menarik bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Keempat program tersebut sudah ada
di Kemenag dan Kemendikbud, tetapi kuota per tahunnya sangat terbatas. PT
harus membuat sendiri program pengembangan dosen melalui dana pemerintah atau
dana mandiri. Jika dosen dibiarkan bersaing sendiri untuk mendapatkan
beasiswa di kementerian, akan dibutuhkan waktu lama untuk peningkatan
mutunya.
Kelima ialah
pembukaan program magister dan doktor. Jika jumlah dosen bergelar doktor dan
profesor sudah memadai, pembukaan program S-2 dan S-3 akan berjalan mulus.
Ciri PT kelas dunia ialah program pascasarjananya lebih besar daripada
program sarjananya. Keenam ialah menambah jumlah dosen. Jumlah dosen harus
mencukupi sehingga proses belajar dan penelitian di PT akan berjalan sesuai
yang diharapkan.
Inilah enam program prioritas yang
harus dilaksanakan pimpinan PT. Pengembangan aspek pendidikan lainnya tidak
bisa diabaikan karena semuanya saling terkait dan memengaruhi satu sama lain.
Mutu dosen akan berpengaruh terhadap kinerja pendidikan dan pengajaran serta
pengabdian kepada masyarakat.
Masalah akreditasi
Mutu dosen juga terkait erat
dengan sistem dan strategi akreditasi PT. Kebijakan
akreditasi pada PT idealnya memicu
sivitas akademik produktif dan kreatif. Misalnya, dosen didorong studi S-3, dosen
aktif meneliti, dosen rajin menulis artikel, dosen menerbitkan buku, dan
dosen giat mengikuti seminar internasional. Akreditasi memastikan terjaminnya
mutu pendidikan oleh pemerintah.
Akreditasi merupakan evaluasi
eksternal kinerja seluruh sivitas akademika PT.Problemnya ialah, jika
terhadap PT yang memiliki akreditasi dan standar nasional saja masih kurang
memenuhi harapan, apakah mungkin BAN PT mampu melakukan akreditasi terhadap
PT internasional? Masalah ini harus segera diselesaikan BAN PT karena
kinerjanya sangat penting bagi mutu pendidikan bangsa ini. BAN PT bisa
memulainya dari dua hal.
Pertama ialah pola anggaran
diubah, yaitu berdasarkan maksimal perkiraan jumlah jurusan dan PT yang
mengajukan akreditasi setiap tahunnya. Mungkin persoalannya bukan di BAN PT,
melainkan di Kementerian Keuangan atau Kemendikbud. Ketiganya harus duduk
bersama agar persoalan tidak semakin besar.
Pola anggaran lainnya ialah dengan
melibatkan PT yang jurusannya diakreditasi untuk menanggung biaya (cost sharing) akreditasi. Namun, yang
perlu diwaspadai dari pola tersebut ialah profesionalitas jurusan dan
objektivitas asesor. Karena sudah membayar bukan berarti nilainya harus
bagus.
Kedua, BAN PT bersama Kemendikbud
segera membentuk atau memprakarsai terbentuknya Lembaga Administrasi Mandiri
(LAM) sesuai dengan UU PT No 12 Tahun 2012. Terbentuknya LAM akan mengurangi
beban BAN PT yang sangat besar karena nantinya ada pembagian tugas yang
jelas. BAN PT mengelola akreditasi PT, sedangkan LAM mengelola akreditasi
Jurusan. Secara struktural, LAM berada dalam bimbingan dan pengawasan BAN PT.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar