Penguatan
Investasi Domestik
Mutamimah ; Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan
Agung, Semarang
|
SUARA
MERDEKA, 17 Desember 2014
DALAM
kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, suasana politik yang terus
memanas, tak terasa tahun 2014 hampir berakhir. Indonesia mengevaluasi
kinerja ekonomi yang selanjutnya dijadikan dasar kebijakan ekonomi 2015.
Tahun 2014 diwarnai berbagai peristiwa politik yang berpengaruh terhadap
ekonomi, derasnya berbagai produk asing yang masuk ke Indonesia, dan
dipuncaki oleh kenaikan harga BBM.
Hal ini
tentu mempengaruhi prestasi ekonomi 2014 yang ditunjukkan oleh capaian
pertumbuhan yang hanya sekitar 5,6%, di bawah prakiraan. Sektor konsumsi
masih mendominasi pertumbuhan ekonomi 2014, yaitu di atas 50%, yang disebut consumption base economy, baru sisanya
didorong sektor investasi dan ekspor.
Sangat
dimaklumi derasnya aliran barang dan jasa dari Tiongkok, Malaysia, Thailand,
dan sebagainya, dari bahan kebutuhan pokok sampai produk elektronik, baik
legal maupun ilegal akan meningkatkan konsumsi domestik, dan menurunkan
investasi sektor riil dalam negeri. Fenomena ini selanjutnya meningkatkan
persaingan sangat ketat, dan umumnya sebagian produk dalam negeri kalah
bersaing dari produk impor, baik segi kualitas maupun harga.
Dalam
waktu singkat banyak industri dalam negeri gulung tikar, lapangan kerja
menurun, pengangguran meningkat, dan angka kemiskinan naik. Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana
memprediksi akhir 2015, kemiskinan di Indonesia turun jadi 9-10%,
pengangguran 5,7-5,9%, dan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,5-6,3%. Apakah
kita optimistis kondisi itu tidak berubah, pertumbuhan ekonomi tercapai?
Prasyarat
apa yang diperlukan agar target pertumbuhan tercapai? Tiga Sumber Pemerintah
mengandalkan tiga sumber untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 5,5%-6,3% tahun
2015, yakni konsumsi, investasi, dan ekspor. Kalau Indonesia tidak mengurangi
derasnya produk impor, mustahil pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik. Langkah
strategis yang perlu dilakukan supaya kita mampu mencapai pertumbuhan tinggi
ekonomi adalah lebih memprioritaskan investasi.
Penguatan
kinerja investasi domestik diharapkan jadi penopang kinerja pertumbuhan
ekonomi 2015 (investment based economy).
Ada dua jenis investasi: financial
investment dan real investment.
Financial investment semisal
investasi saham, obligasi, dan reksadana. Adapun real investment lebih fokus
pada investasi riil, seperti pabrik garmen, pabrik pengolah ikan, pabrik
elektronik, dan sebagainya.
Investasi
ini diharapkan mempunyai multiplier
effect tinggi sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperluas
lapangan kerja. Ketertarikan investor berinvestasi di pasar modal dengan
jumlah signifikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu
optimisme karena dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan maka risiko investasi
di pasar modal bisa ditekan.
Lembaga
itu telah melakukan pengawasanterintegrasi dan terkonsolidasi berkait
interkonektivitas yang makin meningkat, sehingga masyarakat tidak ragu-ragu
lagi dan makin percaya untukberinvestasi di pasar modal. Dari data KSEI,
investor domestik 2014 masih sekitar 400 ribu orang atau 0,3%. Padahal, ada
potensi 134 juta orang dari golongan kelas menengah saja. Investasi yang multiplier effect dapat meningkatkan
nilai tambah ekonomi bagi bagi pengusaha, masyarakat dan pemerintah.
Investasi
akan mendorong pembukaandan perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan
pendapatan masyarakat, dan menurunkan kemiskinan. Oleh karena itu, investasi
perlu menjadi prioritas berkait kualitas pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi
Investasi
yang multiplier effect berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, jika menggunakan pendekatan holistik yang melibatkan empat pihak
terkait dan bersinergi.
Pertama;
pemerintah; dalam hal ini dilakukanmelalui kebijakan pembatasan impor bahan
baku atau produk jadi, pengembangan infrastruktur secara terpadu, dan
menciptakan iklim investasi yang kondusif. Percuma pemerintah mendorong
investasi domestik andai keran impor tidak dikendalikan dengan baik. Impor
yang deras inilah yang akan melemahkan ekonomi domestik mengingat secara umum
produk dalam negeri belum sepenuhnya mampu bersaing dengan produk impor.
Kedua;
perguruan tinggi bisa dilibatkan untuk melakukan kajian-kajian riset terpadu
dan aplikatif, SDM unggul berkualitas sehingga lahir inovasi dan kreativitas
yang mendukung investasi unggul dan berdaya saing tinggi. Ketiga; pengusaha, yang
perlu fokus menghasilkan produk berorientasi pasar, berharga kompetitif, dan
berdaya saing tinggi.
Keempat; masyarakat, dalam hal ini penduduk Indonesia yang berjumlah
sekitar 250 juta jiwa sebagai pasar potensial untuk berbagai produk. Masyarakat
perlu didorong membiasakan menggunakan produk dalam negeri yang berharga
kompetitif, dan berkualitas tidak kalah dari produk impor. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar