Sisi
Ilmiah dalam Kurikulum 2013
Kurniawan Adi Santoso ; Guru SDN Sidorejo, Krian, Sidoarjo;
Peserta Diklat Kurikulum 2013
|
KORAN
JAKARTA, 05 November 2014
Critical thinking dan analytical skills
semakin hilang dari pembelajaran. Sebab guru cenderung menerapkan expository learning method dengan
ceramah yang tidak membuka ruang bagi para siswa untuk berdiskusi,
investigasi, dan mengembangkan pikiran. Kreativitas, daya berpikir kritis,
dan analisis jauh dari siswa. Padahal itu semua harus dimiliki siswa.
Tak ayal, Kurikulum 2013 mengharuskan menggunakan pendekatan
saintifik atau ilmiah yang memahamkan kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Di sini menonjolkan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan suatu
kebenaran.
Dengan pendekatan saintifik, siswa dibimbing untuk bekerja
secara kelompok, mulai dari tahap mengumpulkan informasi sampai
mengomunikasikan hasil kerja kelompok. Hal ini akan melatih peserta didik
mampu berpikir logis, runut, dan sistematis. Mereka menggunakan kapasitas
berpikir tingkat tinggi (high order
thinking/HOT).
Selain itu, sesungguhnya pendekatan saintifik bisa membangkitkan
aktivitas penelitian atau riset di kalangan peserta didik. Riset sebagai
penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara sistemis, kritis, dan ilmiah.
Ini penting untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, mendapat fakta baru
atau menafsirkan lebih baik. Riset mulai mengidentifikasi masalah, evaluasi,
dan solusi. Langkah demikian akan membiasakan murid mengamati lingkungan,
menyelami persoalan masyarakat, dan merumuskan solusi.
Sistem demikian juga membangun kepedulian murid untuk menemukan
dan mencari solusi masalah di tengah masyarakat. Pribadi demikian kini makin
jarang ditemui. Aktivitas keseharian masyarakat cenderung mengedepankan ego
pribadi. Mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Setiap orang berlomba mengejar
materi demi kebutuhan sendiri, tanpa memikirkan lingkungan.
Berbekal kepekaan sosial, siswa menjadi pribadi peduli orang
lain dan lingkungan. Dengan riset, siswa menjadi terbiasa mengamati,
memperhatikan sekitarnya. Riset atau penelitian yang tampaknya berpusat pada
aspek kognitif ternyata sangat kuat melibatkan afeksi dan psikomotorik.
Kriteria Ilmiah
Pendekatan saintifik dikembangkan dengan kriteria ilmiah
meliputi beberapa dasar, di antaranya substansi pembelajaran berbasis pada
fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu, bukan kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng. Kemudian,
penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif keduanya
dijauhkan dari prasangka, subjektif, dan tigak logis.
Peserta didik perlu didorong berpikir secara kritis, analitis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan masalah. Mereka
juga diajak berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
satu dengan lain sebuah materi pembelajaran. Langkah selanjutnya menerapkan
dan mengembangkan pola berpikir rasional dan objektif dalam merespons materi
pembelajaran.
Guru harus bisa merancang pembelajaran mulai dari strategi,
model, media, sampai evaluasi. Pembelajaran saintifik menuntut perubahan
setting dan bentuk pembelajaran konvensional. Guru harus menggunakan beberapa
model yang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan ilmiah seperti project based learning, discovery
learning, dan problem based
learning.
Guru mengggunakan strategi dengan membuat peta konsep,
mengajukan pertanyaan, menyusun jurnal, berbasis TI, menggunakan analogi,
eksperimen inkuiri, metode proyek, latihan-latihan membuat keputusan, serta
pemecahan masalah. Manfaatkan sarana sekitar sekolah seperti sawah, kebun,
pasar, puskesmas, rumah sakit, museum, dan kantor polisi sebagai ruang
belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengamati teks, gambar,
diagram, tabel, lingkungan, televisi, dan rekaman. Caranya dengan membaca,
menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya. Ini semu untuk menstimulus
peserta didik agar ada respons. Dengan demikian peserta didik termotivasi
menanggapi situasi nyata kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan dapat diajukan secara klasik atau kelompok. Dalam
kegiatan kelompok, peserta dapat saling tukar pikiran dan berbagi hasil
pengamatan. Mereka bebas mengungkapkan pendapat, bertanggung jawab terhadap
beban tugas, menjalin hubungan social, dan menghargai pendapat orang lain.
Tanya-jawab menjadi sarana membangun konsep, prinsip, prosedur,
hukum dan teori siswa. Siswa belajar mengetahui kemampuan, modalitas, dan
strategi efektif. Dengan demikian mereka mencapai tingkat berpikir tinggi,
kritis, logis, dan sistematis.
Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan
siswa, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini
mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh,
menyajikan, dan mengolah data. Selain itu, peserta didik juga mengumpulkan
informasi tentang fakta, prinsip atau prosedur yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Hasil yang diharapkan peserta didik dapat mempraktikkan
keterampilan sesuai dengan yang dituntut oleh tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan mencoba, peserta didik mengasosiasi. Dalam
kegiatan mengasosiasi peserta didik melakukan aktivitas antara lain
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/ mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau
praktik. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir
dan bersikap ilmiah. Peserta didik menalarkan atau kembali data atau
informasi yang diperoleh dari kegiatan mengamati, menanyakan, dan mencoba.
Kegiatan ini akan meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir kritis peserta
didik.
Kegiatan terakhir adalah mengomunikasikan apa yang diperoleh
dalam kegiatan sebelumnya. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk
menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu
mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi
siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya. Melalui
kegiatan mengkomunikasi dapat diketahui tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran yang disajikan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar