Obsesi
Kecepatan
Dian R Basuki ; Peminat Masalah Sains
|
KORAN
TEMPO, 10 November 2014
Apakah Anda merasakan perubahan dalam diri Anda: cenderung kian
tidak sabar manakala akses Internet begitu lelet, merasa kesal tatkala proses
loading laptop terasa lamban, atau uring-uringan ketika jalanan padat membuat
Anda sukar berkendara dengan cepat. Banyak orang cenderung menetapkan kecepatan sebagai fitur kunci
dalam memilih produk dan jasa: telepon seluler, tablet, sepeda motor, mobil,
jasa kurir, transportasi, pesan-antar makanan, apa lagi? Nyaris dalam setiap
hal, kecepatan menjadi ukuran untuk menentukan kualitasnya. Semakin cepat,
semakin bagus. Semakin cepat, semakin mahal.
Konsumen memiliki ekspektasi tinggi terhadap kecepatan. Restoran
cepat saji akan memberikan bonus kepada konsumen bila hidangan tersaji lebih
lambat dari yang dijanjikan. Penumpang akan mendapat kompensasi bila kereta
terlambat.
Perubahan dari mekanik ke elektronik telah meningkatkan
kecepatan secara signifikan. Sebelumnya, pesan tidak terkirim dengan
kecepatan melebihi pergerakan manusia, kuda, kereta, atau kapal. Kini, kata,
suara, informasi, dan gambar dapat ditransmisikan melewati jarak yang sangat
jauh pada kecepatan yang amat tinggi. Mengikuti perubahan teknologi ini,
meningkat pula ekspektasi manusia terhadap kecepatan.
Kecepatan, sepertinya, telah menjadi obsesi masyarakat. Obsesi
manusia terhadap kecepatan barangkali belum pernah sehebat sekarang. Ketika
kita mengirim pesan pendek dan jaringan telekomunikasi terganggu selama 1
menit, kita sudah merasa sangat kesal. Bandingkan dengan masa ketika kakek
kita mengirim surat dari Surabaya dan sampai di Jakarta paling cepat 1 minggu
kemudian--pada masa itu, yang disebut 'pos kilat' memerlukan dua-tiga hari.
Dalam masyarakat kapitalistik (apatah kita bukan masyarakat
kapitalistik?), kecepatan punya makna meninggalkan yang lain di belakang,
membiarkan yang lain tertatih-tatih di tengah pacuan, menaruh orang-orang
berjalan di pedestrian.
Obsesi kecepatan berarti kecemasan dan ketakutan untuk
tertinggal-menjadi pendorong untuk membeli mobil baru yang lebih cepat,
laptop yang lebih cepat, saham yang meroket. Jeda, keterlambatan, berhenti,
dan bergerak perlahan dianggap sebagai hilangnya kesempatan dan memberi
keunggulan kepada pesaing.
Hasrat kita akan kecepatan meningkat sekian kali lipat-walaupun
ini tidak selalu berujung pada peningkatan kualitas produk, jasa, maupun
produktivitas. Dengan pemakaian teknologi informatika, pembuatan e-KTP
seyogianya bisa selesai dalam beberapa menit. Dalam praktek, warga memperoleh
e-KTP paling cepat satu minggu kemudian karena menunggu tanda tangan
bapak/ibu camat. Kontradiksi di dalam obsesi kecepatan.
Obsesi masyarakat tecermin di jalanan: pengendara sepeda motor,
mobil, bus, pick-up, berpacu untuk segera sampai di tempat tujuan. Karyawan
ingin segera tiba di kantor, sayangnya bukan untuk langsung bekerja,
melainkan mengobrol dulu dengan rekan sembari minum kopi. Dalam obsesi
kecepatan, ada ambiguitas, mungkin sejenis kerinduan akan irama dan tempo
yang lebih lambat.
Tentu saja, kita memang harus membayar untuk obsesi ini.
Speedaholic menjadikan stres meningkat, kegelisahan bertambah, ambiguitas
yang menegangkan, dan keterasingan yang kian mencekam. Kecepatan mengubah
kimiawi otak kita, menyisakan sedikit waktu saja bagi kita untuk sempat
menikmati wanginya aroma bunga mawar. ●
|
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut