Penjabaran
Totalitas Tanpa Batas
Sugie Rusyono ; Wartawan Suara Merdeka di Kabupaten Blora
|
SUARA
MERDEKA, 01 Oktober 2014
Tanggal 17 September 2014, Palang Merah Indonesia (PMI) genap berusia
69 tahun. Peran organisasi itu dalam bidang kemanusiaan dan penanggulanan
bencana ataupun pertolongan pertama tidak terbantahkan. Banyak peran
ditunjukkan oleh sukarelawan sehingga tak mengherankan di banyak daerah
organisasi itu kerap menjadi tumpuan bila terjadi bencana.
Tema ’’Totalitas Tanpa Batas
untuk Kemanusiaan’’ yang diusung dalam HUTtahun ini terasa menemukan
momentum untuk kembali meneguhkan komitmen PMI senantiasa menjunjung tinggi
kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial. Realitas itu guna menjawab kememudaran
rasa itu pada sebagian masyarakat .
Konsekuensinya, sukarelawan palang merah harus total dan terus-menurus
menumbuhkan rasa kemanusiaan, baik terhadap dirinya maupun masyarakat dan
korban bencana yang ditemui. Kelahiran PMI tidak dapat dilepaskan dari
pembentukan International Committee Red
Cross (ICRC) atau Komite Internasional Palang Merah pada Oktober 1863.
Ketika itu, pendiri, Jean Henry Dunant (1828-1910) warga Swiss, lebih
fokus menolong korban perang. Ia prihatin dan ngeri melihat bencana
kemanusiaan itu setelah melihat banyaknya korban tewas dan lukaluka dalam
pertempuran di Solferino tahun 1858.
Pertempuran itu melibatkan pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan
Austria. Semangat kemanusiaan itulah menginspirasi dan tumbuh di seluruh
negara, termasuk di Indonesia. Tahun 1932, beberapa pejuang ’’bangsa’’
Indonesia menggagas pembentukan Badan Palang Merah namun Belanda menantang
gagasan itu.
Penggagalan kembali terjadi pada 1940 dengan alasan kita dianggap belum
mampu. Baru setelah negara kita merdeka, pada 3 September 1945 Presiden
Soekarno memerintah Menkes dr Boentaran Martoatmodjo membentuk Badan Palang
Merah Nasional.
Dua hari kemudian, Menkes membentuk kepanitiaan, dan pada 17 September
1945 secara resmi PMI terbentuk. Presiden melantik Moh Hatta, wapres, sebagai
ketua pertama hingga 1946. Peran PMI saat ini berbeda dari masa lalu
mengingat saat sekarang Indonesia berada dalam situasi damai.
Karena itu, tuntutan peran dalam bidang kemanusiaan menjadi totalitas yang
tak bisa dielakkan sekaligus kemanusiaan menjadi prinsip dasar pertama yang
harus dilakukan oleh seluruh pengurus dan sukarelawan PMI.
Bagi Pemkab Blora yang belum membentuk Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), peran kemanusiaan dari PMI makin terasa. Bahkan jadi tempat
bagi masyarakat untuk meminta bantuan andai terjadi bencana di daerah itu.
Tiap terjadi bencana, PMI membuktikan selalu terdepan dan tercepat dalam
pencegahan dan penyelamatan.
Saat ini sudah terbentuk Satuan Tanggap Bencana (Satgana) di beberapa
kecamatan yang berkategori rawan bencana. Personel satuan itu mampu bergerak
cepat semisal sewaktu abu letusan Gunung Kelud terbawa angin hingga ke Blora.
Mereka segera membagikan masker kepada warga. Kecepatan itu juga ditunjukkan
dalam menolong dan mengevakuasi korban banjir akibat luapan Bengawan Solo di
wilayah Cepu.
Saat tidak terjadi bencana pun, pengurus dan sukarelawan siap
memberikan pelayanan kemanusiaan. Semisal mengadakan pemeriksaan gratis
kesehatan untuk warga di daerah terpencil atau jauh dari fasilitas kesehatan
Kontribusi
Nyata
Kiprah itu kian menegaskan organisasi itu berkontribusi nyata. Realitas
itu makin mendekatkan organisasi kepada masyarakat, bahkan mereka merasa ikut
memiliki. Anggapan bahwa PMI hanya berkait donor darah harus diubah lewat
kegiatan sosial lain. Dalam era kekinian, sedikitnya ada tiga tantangan tidak
ringan bagi PMI.
Pertama; menyiapkan pengurus dan kader yang memiliki jiwa kemanusiaan
dan kerelawanan untuk mengurus organisasi. Kedua; menjawab persoalan
ketersediaan darah, termasuk kemudahan mendapatkannya.
Dirgahayu PMI, tema ’’Totalitas
Tanpa Batas untuk Kemanusian’’ semoga bukan hanya slogan melainkan
benar-benar dilaksanakan. Itu pun bukan hanya oleh jajaran PMI dan
sukarelawan melainkan juga semua elemen masyarakat di mana pun. Salam
kemanusiaan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar