PNM
dan Monozukuri
Parman Nataatmadja ;
Direktur
Utama PT Permodalan Nasional Madani (persero)
|
KORAN
SINDO, 16 September 2014
Pekan
lalu saya mendapatkan kesempatan mengikuti seminar Entrepreneurship dan
Monozukuri Konsep Keberhasilan Wirausaha Jepang Membangun Ekonomi dan
Masyarakat yang bertajuk “Toyota & Monozukuri”. Saya hadir pada acara
tersebut atas undangan dari Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ)
yang dipimpin oleh pengusaha nasional Rachmat Gobel.
Selain
diajak mengikuti pemaparan ide dari Masahiro Nonami, chairman The Jakarta Japan Club, serta pembicara dari PT Toyota
Motor Manufacturing Indonesia, kami juga diajak berkeliling dan menyaksikan
bagaimana Toyota, produsen automotif raksasa asal Jepang itu, membangun
industri automotif di Indonesia. Hal penting dan menarik yang bisa saya garis
bawahi selama rangkaian acara tersebut adalah bagaimana Jepang bisa membangun
ekonomi dan masyarakatnya melalui wirausaha. Monozukuri berasal dari kata
“mono” yang berarti produk atau barang, dan “zukuri” yang berarti proses
pembuatan atau penciptaan.
Secara
umum dalam percakapan sehari-hari diartikan sebagai produksi/ menghasilkan
atau manufacturing/pembuatan. Namun demikian, konsep ini mengandung makna
yang jauh lebih luas dari arti harfiahnya. Kata majemuk tersebut
mengungkapkan kepemilikan spirit menciptakan dan memproduksi produk-produk
unggul serta kemampuan untuk secara terus menerus menyempurnakan proses dan
sistem produksinya. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan Jepang dalam
membangun ekonomi dan masyarakatnya setelah Perang Dunia II adalah keunggulan
Monozukuri yang dilaksanakan oleh para manajer, engineer, dan karyawan.
Pada
saat melakukan kunjungan ke pabrik, kami disajikan gambaran nyata bagaimana
Toyota membangun industri automotif secara detail. Semua dilakukan dengan
membangun sistem yang benar dan terintegrasi. Semua langkah yang dijalankan
ini akan menciptakan efisiensi tinggi dalam berproduksi namun tetap humanis,
yang pada ujungnya akan menghasilkan pendapatan dan laba perusahaan. Ketua
Umum PPIJ Rachmat Gobel menandaskan, dalam membangun suatu (perusahaan dll)
maka kita harus mau blusukan seperti yang dilakukan oleh Joko Widodo,
presiden terpilih. “Dengan blusukan , kita akan bisa mendapatkan detial
permasalahan yang ada sehingga bisa menentukan langkah dan strategi yang
tepat untuk menjalankannya,” ujarnya.
Membangun Sistem
Merujuk
pada filosofi Monozukuri, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
pun seharusnya dilakukan dengan membangun sistem yang benar dan dijalankan
secara terintegrasi. Cara seperti inilah yang dilakukan oleh PT Permodalan
Nasional Madani (persero) atau dikenal dengan PNM dalam menjalankan kegiatan
usahanya. UMKM merupakan salah satu pilar ekonomi bangsa dan telah terbukti
tahan terhadap krisis ekonomi. Namun pada kenyataannya, kiprah kelompok usaha
ini masih terbatas dan belum bisa mendominasi di kancah ekonomi nasional,
apalagi global.
Pengembangan
dan pemberdayaan UMKM tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan bantuan
dana murah, namun mereka dibiarkan untuk berkembang sendiri. Persoalan dalam
berusaha adalah dibutuhkannya kemampuan (manajerial) untuk mengembangkan
usaha hingga menjaga kesinambungan usaha. Karena itu, PNM yang didirikan pada
1 Juni 1999 ini, mengemban amanat pemerintah untuk mengembangkan dan
memajukan sektor UMKM dan koperasi, yakni melalui: Moda Financial (melalui
pembiayaan dan penyertaan) untuk penyediaan dan penguatan modal kerja dan
investasi UMKM;
Moda
Intelektual (melalui Pendampingan dan Pengembangan Kapasitas usaha) untuk
meningkatkan nilai tambah bagi UMKM; serta Moda Sosial (mengoneksikan para
pelaku bisnis UMKM). Pengembangan bisnis UMKM seharusnya bisa dijalankan dengan
mencontoh filosofi Monozukuri, yakni dengan membangun sistem yang benar dan
dijalankan secara terintegrasi dengan pihak-pihak lain yang terkait. Oleh
sebab itu, hal yang lebih penting adalah bagaimana kita membantu para pelaku
UMKM tersebut, sehingga mereka dapat meningkatkan kapasitas usahanya agar
bisa menjalankan produksi dengan baik.
Mereka
juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh pasar
yang lebih luas hingga mampu menembus pasar global dan bersaing dengan produk
dari luar negeri. Apalagi pada 2015 Indonesia masuk ke dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga penjualan barang dan jasa bisa berjalan secara
lintas negara tanpa boleh dihambat. Metode pengembangan kapasitas usaha yang
dijalankan oleh PNM dilakukan melalui serangkaian proses, yaitu dimulai dari
persiapan dan sosialisasi, pelatihan, pendampingan usaha dan pemberdayaan
kelompok hingga proses monitoringnya yang memungkinkan suatu usaha tersebut
ditingkatkan kemitraannya hingga opsi dilakukan pembiayaan lanjutan.
Proses
persiapan dilakukan dengan cara pemetaan potensi dan inventarisasi
permasalahan untuk pengembangan UMK. Melibatkan lembaga independen sesuai
dengan kebutuhan dan keahlian termasuk perguruan tinggi. Hasil pemetaan dan
inventarisasi ditindaklanjuti dalam bentuk pelatihan serial, yang mencakup
keuangan, produksi, pemasaran, kelompok, pengemasan, dll. Aktivitas pelatihan
ini dijalankan dengan melibatkan lembaga independen sesuai dengan kebutuhan
dan keahlian, termasuk dinas terkait dan perguruan tinggi. Tahapan
selanjutnya adalah mendampingi operasional usaha danproduksipascapelatihan
dan pendampingan kelompok.
Aktivitas
pendampingan ini juga melibatkan lembaga terkait sesuai dengan program
pengembangan kapasitas usaha yang disiapkan PNM. Pada akhirnya, program
diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Namun, PNM tetap melakukan
monitoring dan menyediakan dukungan yang dibutuhkan. Semua proses ini harus
dijalankan secara bersamaan dengan jasa pembiayaan. Hal semacam inilah yang
tidak didapatkan para pelaku UMKM apabila mereka mendapatkan kredit dari
perbankan atau lembaga keuangan mikro lainnya. Karena itu, pemberdayaan UMKM
tidak bisa dijalankan hanya dengan memberikan dana murah. Melainkan harus didesain
dengan sistem yang benar dan dijalankan secara terintegrasi dengan lembaga
lain yang terkait. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar