Konsentrasi
Urus Jateng
Andreas Lako ; Guru Besar Fakultas Ekonomi dan
Bisnis,
Kepala
LPPM Unika Soegijapranata Semarang
|
SUARA
MERDEKA, 29 Agustus 2014
TANGGAL 23 Agustus 2013, genap setahun Ganjar Pranowo-Heru
Sudjatmoko (Gagah) memimpin Jawa Tengah sebagai gubernur-wakil gubernur. Pada
awal keterpilihan dan pelantikannya, Gagah menjanjikan membawa perubahan bagi
Jateng ke arah yang lebih baik.
Keduanya berjanji segera mereformasi birokrasi dan tata kelola
pemerintahan, termasuk mereformasi ekonomi mrnuju arah yang lebih maju,
mandiri, sejahtera, dan bermartabat. Apakah semua janji tersebut terpenuhi
setelah setahun memimpin? Masyarakat bisa mengkaji sejumlah indikator kinerja
ekonomi dan sosial dalam setahun terakhir yang cenderung menurun.
Buruknya kinerja ekonomi bisa dilihat dari tingkat pertumbuhan
ekonomi Jateng yang terus menurun, dari 6,3% (2012) dan 6,2% (triwulan
II-2013) menjadi 5,9% (triwulan III) dan 5,6% (triwulan IV) pada 2013 ,dan
5,3% (triwulan I) dan 5,2% (triwulan II) pada 2014. Padahal Kajian Ekonomi
Regional (KER) Jateng yang dipublikasikan BI memperlihatkan tren peningkatan
kinerja perekonomian Jateng 2010, dan kemudian terlihat menurun pada triwulan
II-2013.
Hasil analisis PDRB secara sektoral menujukkan kememburukan
kinerja ekonomi Jateng dalam setahun terakhir disebabkan penurunan signifikan
kinerja sektor pertanian, terutama tahun 2014. Bahkan, pada triwulan II-2014,
tingkat pertumbuhan sektor pertanian hanya 0,05% atau terburuk dalam 5 tahun
terakhir.
Memburuknya kinerja perekonomian juga tercermin dalam laju
inflasi. Dalam setahun terakhir, inflasi Jateng mencapai di atas 7%, jauh
lebih tinggi dibanding periode-periode sebelumnya. Kememburukan kinerja perekonomian
Jateng setahun terakhir juga berdampak negatif terhadap kinerja sosial,
terutama peningkatan jumlah penduduk miskin di kota dan desa. Data BPS Jateng
Maret 2014 menyebutkan jumlah penduduk miskin meningkat 2,81% dibanding
September 2013 atau naik 2,15% dibanding bulan yang sama tahun 2013.
Saya tak sepemikiran dengan sejumlah pihak yang menduga hal itu
dipicu oleh makin meningkatnya garis kemiskinan (4,27%). Saya meyakini
kenaikan jumlah penduduk miskin dari 4,705 juta orang (September 2013) menjadi
4,837 juta orang (Maret 2014) lebih disebabkan oleh memburuknya kinerja
perekonomian, terutama sektor pertanian sebagai basis kehidupan mayoritas
masyarakat Jateng.
Mengganggu Konsentrasi
Selain meningkatkan jumlah kemiskinan, memburuknya kinerja perekonomian
berdampak negatif terhadap kesenjangan ekonomi antarkelompok masyarakat.
Laporan BPS Pusat menunjukkan indeks koefisien Gini/IKG Jateng terus
meningkat dari 0,32 (2009) menjadi 0,387 (2013) dan 0,40 (2014). Untuk
peningkatan rasio Gini tahun 2009-2013, masih bisa dimaklumi karena
pertumbahan ekonomi Jateng selama periode tersebut memang terus meningkat.
Biasanya peningkatan IKG akan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.
Namun untuk peningkatan rasio Gini/IKG pada 2014, rasanya sulit
dimengerti karena kinerja pertumbuhan ekonominya menurun. Kememburukan
kinerja perekonomian Jateng selama setahun terakhir memang tidak sepenuhnya
merefleksikan kekurangmampuan, atau bahkan kegagalan Gagah memimpin
pemerintahan.
Masih ada waktu empat tahun lagi untuk membenahi. Namun, saya
berpendapat bahwa belum fokusnya konsentrasi Ganjar dalam memimpin
pemerintahan dan mengelola seluruh sumber daya potensial dalam setahun
terakhir juga menjadi penyebab melambatnya kinerja ekonomi dan meningkatnya
jumlah penduduk miskin.
Dalam setahun terakhir, dia terlihat lebih sering tampil
mendampingi ketua kmum PDIP dalam berbagai acara di Jakarta dan mengurusi
partai. Termasuk ’’disibukkan’’ menjadi jurkam PDIPdalam pileg dan menjadi
salah satu petinggi tim sukses Jokowi-JK. Tentu waktu, pikiran, tenaga ,dan
energinya bisa tersita untuk mengurusi halhal tersebut mengingat ia juga
harus mengurusi Jateng. Realitas itu pasti mengganggu konsentrasi, kemampuan,
dan kinerjanya dalam memimpin Jateng yang sangat kompleks permasalahan.
Belum fokusnya konsentrasi pikiran dan waktu Gubernur dalam
mengurusi pemerintahan Jateng juga dikeluhkan oleh sejumlah pejabat teras
provinsi. Berbagai keluhan atau curhat itu hendaknya direspons secara bijak
dan menjadi bahan introspeksi untuk segera berbenah diri. Nuansa yang
dirasakan dan dikeluhkan oleh sejumlah pejabat, juga dicermati oleh publik.
Sebagian masyarakat menangkap kesan bahwa Gubernur belum fokus dan belum
serius mengurusi Jateng.
Ia berkesan masih berwacana, mengurusi partai, dan melakukan
aksi-aksi pencitraan yang menarik pemberitaan media massa. Akibatnya, kinerja
pemerintahan dan urusan pembangunan Jateng agak keteteran. Ke depan, saya dan
rakyat Jateng sangat mengharapkan Ganjar bisa lebih fokus lagi mengurusi
Jateng agar kinerja ekonomi dan sosial kembali membaik. Bagaimanapun
persoalan-persoalan pembangunan yang melilit Jateng saat ini dan ke depan
makin kompleks dan serius sehingga sangat membutuhkan perhatian utama dan
konsentrasi kepemimpinannya.
Jangan sampai publik kecewa, marah, dan apatis gara-gara
menganggap pemimpin daerahnya kurang fokus, atau bahkan belum berhasil
membawa perubahan segera Jateng ke arah yang lebih baik, seperti dijanjikan
dalam pilgub pada Mei 2013. Masih ada waktu untuk berbenah namun waktu 4 tahun
juga relatif pendek. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar