Sepakbola
Jerman dan Pendidikan Karakter
Sahat MP Sinurat ;
Sekretaris Fungsional Bidang Organisasi
Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia (GMKI)
|
OKEZONENEWS,
16 Juli 2014
Piala
Dunia adalah pesta sepakbola terakbar yang mengundang animo dari ratusan juta
masyarakat dunia. Piala Dunia telah dihelat sebanyak 19 kali sejak tahun 1930
dan sudah dimenangkan oleh delapan tim nasional yang berbeda. Brasil telah
menjuarai Piala Dunia sebanyak lima kali, sedangkan negara lainnya yang
sering menjuarai Piala Dunia adalah Italia, dengan empat gelar juara.
Namun,
membicarakan Piala Dunia tidak akan lengkap jika tidak menyinggung tim
nasional Jerman. Jerman sudah tampil di putaran final sebanyak 16 kali dan
menjadi juara pertama pada Piala Dunia 1954, 1974, 1990, dan terakhir 2014.
Jerman juga sempat maju ke babak final dan menjadi juara kedua pada tahun
1966, 1982, 1986, dan 2002.
Gelar
juara ketiga diraih Jerman pada tahun 1934, 1970, dan 2006. Sedangkan gelar
juara keempat mereka peroleh pada tahun 1958. Faktanya, dari 19 kali
perhelatan piala dunia, Jerman telah 11 kali lolos ke babak semifinal dan
final. Ini adalah prestasi yang tidak banyak dimiliki oleh negara-negara
lain. Bahkan dalam ajang Piala Dunia 2014 kita semua menyaksikan kehebatan
tim nasional Jerman melumat tim nasional Brazil dengan skor telak 7-1.
Maka
pikiran kita pun akan bertanya, bagaimana sistem pelatihan tim sepakbola
Jerman selama ini? Bagaimana usaha yang dilakukan oleh tim ini sehingga
mereka dapat selalu menunjukkan kehebatan mereka di setiap turnamen?
Bagaimana karakter yang dibentuk di tim sepakbola Jerman sehingga mereka
dapat menjadi tim yang besar seperti yang kita lihat sekarang ini?
Apabila
kita ingin memahami karakter para pemain sepakbola Jerman, maka kita juga
harus memahami karakter rakyat Jerman secara utuh. Tentu hal ini sangat
berkaitan. Nyatanya, rakyat Jerman memang dikenal memiliki karakter yang
disiplin. Mental warganya telah dibentuk menjadi mental petarung dan tidak
kenal menyerah. Bahkan dalam kondisi terburuk pun mereka telah terbiasa untuk
bangkit lagi dari keterpurukan mereka.
Sebagai
bukti, kita dapat menengok kembali sejarah dunia di masa lalu. Jerman
berkali-kali menantang dunia dengan kehebatannya. Walau kita juga patut
mengkritisi perang dunia yang disulut oleh pemimpin-pemimpin Jerman, namun
tidaklah salah kita menilai secara objektif bagaimana kehebatan ekonomi, militer, dan pemimpin, dan
rakyatnya. Namun, patut kita sayangkan, kehebatan Jerman harus ditunjukkan
dengan cara-cara yang justru merugikan bangsa dan negara lain.
Setelah
berkali-kali kalah perang pun, mental rakyat Jerman tetap kuat dan hebat dan
dalam waktu tidak lama, Jerman dapat kembali menunjukkan kehebatan bangsa dan
negaranya. Bahkan sekarang ini Jerman telah kembali menjadi negara yang besar
dan memiliki posisi tawar yang tinggi. Kita dapat melihat langsung contoh
nyatanya.
Ketika
kondisi politik bilateral antara pemerintahan Amerika Serikat dan Rusia
sedang memanas, Jerman melalui kanselirnya Angela Merkel dapat memposisikan
dirinya berada di tengah kedua negara adikuasa tersebut.
Pemimpin
perempuan ini bahkan berani mengambil posisi berbeda dengan Amerika Serikat
dalam beberapa kebijakan politik internasionalnya. Jerman juga yang sekarang
ini menjadi motor terdepan dari negara-negara di Eropa daratan. Dalam
ekonomi, pendidikan, dan bidang-bidang lainnya termasuk sepakbola, Jerman
juga dapat menunjukkan keunggulan dan kehebatannya.
Tentu
semua ini dapat dilakukan Jerman karena satu keunggulan utama dari rakyat
Jerman, yakni karakter dan mental yang kuat dan hebat. Kedisplinan dan
keteguhan rakyat Jerman menjadi modal yang kuat bagi pemerintah Jerman untuk
menentukan kebijakan-kebijakan pembangunan mereka. Pemerintah Jerman tidak
perlu khawatir menentukan kebijakan sulit karena mereka yakin karakter rakyat
Jerman dapat mengikuti keputusan pemerintahnya.
Maka
tepatlah saya nilai, bahwa pendidikan karakter sudah tuntas di tengah bangsa
dan negara Jerman. Mental dan karakter rakyat Jerman telah cukup hebat untuk
bisa hidup dalam tantangan dan permasalahan dunia saat ini. Dan kemudian mata
kita akan berpaling ke Asia, bagaimana dengan negara Indonesia kita sendiri?
Jika
rakyat Indonesia memiliki mental dan karakter disiplin, mandiri, tidak mudah
menyerah, berintegritas serta etos kerja yang mumpuni maka negeri yang adil,
makmur, sejahtera tidak hanya menjadi angan rakyat di siang bolong.
Pembangunan di segala bidang akan dilakukan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan
rakyat. Pemangku pemerintahan baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif akan
melakukan tugasnya dengan berintegritas. Dan rakyat Indonesia akan melakukan
kewajibannya dengan etos kerja yang bertanggung jawab.
Memimpikan
Indonesia yang hebat juga harus dibarengi dengan langkah-langkah nyata untuk
mencapainya. Apabila kita belajar dari Jerman, maka kita dapat melihat
karakter dan mental rakyat adalah kunci utama tercapainya pembangunan yang
dicita-citakan. Oleh karena itu, menjadi tugas pemerintah untuk mendidik dan
membentuk rakyat Indonesia menjadi rakyat yang memiliki karakter dan mental
yang berkualitas. Seperti pendidikan karakter yang bisa dikatakan sudah
mencapai tujuannya di Jerman, maka sudah seharusnya juga pendidikan karakter
yang lebih serius dan intensif mulai dilakukan di Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar