Berbuka,
Sahur, dan Sehat
Anies
; Guru
Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan
pada
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
|
SUARA
MERDEKA, 19 Juni 2014
’’Bolehkan saya berpuasa, dokter?’’
Pertanyaan demikian sering dikemukakan pasien yang merasa mengidap penyakit,
tapi berkeinginan berpuasa selama Ramadan. Berpuasa pada bulan suci bagi umat
Islam, dalam arti tidak makan dan minum sejak subuh sampai magrib, kira-kira
14 jam tiap hari, tentu berpengaruh terhadap kondisi fisik.
Ada yang
mengeluh lemas, dan sulit berkonsentrasi. Namun, sebagian justru mengatakan
lebih fit. Dalam pengalaman praktik dokter seharihari, sebagian orang sering
menghubungkan ibadah puasa dengan gangguan kesehatan. Bagaimana jika
seseorang menderita sesuatu penyakit, haruskah dia berpuasa atau boleh
meninggalkannya?
Sering
dijumpai, seseorang enggan berpuasa karena merasa dirinya tidak sehat untuk
berpuasa, merasa ragu-ragu berpuasa, khawatir penyakitnya bertambah berat.
Padahal, berdasarkan pemeriksaan dokter justru dibolehkan karena dianggap
tidak membahayakan.
Haruskah
seseorang yang merasa sakit ’’harus’’ tidak berpuasa? Jenis penyakit apa dan
seberapa berat, yang mengharuskan ia boleh meninggalkan kewajiban itu?
Jarang
disadari bahwa berbuka atau makan sahur memegang peranan penting dalam
kaitannya dengan kesehatan tubuh. Berbuka dan makan sahur yang kurang benar,
seringkali justru menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan.
Puasa
tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru
membuat tubuh menjadi bugar. Tentu saja yang tak kalah penting adalah
pengaturan berbuka puasa dan makan sahur, sebagai rangkaian dari ibadah
puasa. Lalu, bagaimana sebaiknya?
Berbuka
dan makan sahur sebenarnya bukan sekadar memasukkan makanan dan minuman ke
dalam perut. Atau, sekadar supaya perut tidak merasa lapar.
Kebiasaan Salah
Ada
kebiasaan salah yang dilakukan oleh sebagian orang, yaitu minum air es atau
es yang dicampurkan ke dalam minuman lain sebelum menyantap makanan lain. Hal
ini sebenarnya sangat merugikan, bila air es yang diminum tersebut cukup
banyak. Pasalnya, es dapat menahan rasa lapar, sehingga setelah minum es
terasa lebih kenyang dan hidangan lain yang lebih bergizi yang telah
disediakan terpaksa sedikit atau bahkan tidak disantap sama sekali. Tentu hal
ini akan mengurangi zat gizi lain yang sangat diperlukan.
Selama
sehari penuh berpuasa, kadar gula dalam darah lebih rendah daripada keadaan tidak
berpuasa. Padahal gula merupakan zat tenaga yang segera dapat digunakan, bila
diperlukan. Gula inilah yang mestinya perlu segera diperoleh pada saat
berbuka. Tapi jangan berlebihan, sebab akan mengganggu kenikmatan menyantap
nasi dengan laukpauknya.
Sebaiknya,
waktu mengawali berbuka puasa, mulailah dengan minuman manis dan makanan
ringan yang mudah dicerna. Misalnya, teh manis atau sirup, kurma, pisang
goreng atau sale pisang sebagai temannya. Sementara itu, kadar gula darah
berangsur-angsur normal dan dapat ditinggal untuk shalat magrib lebih dulu.
Selang setengah jam, dapat dilanjutkan dengan makanan lengkap. Makanlah
secukupnya. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dilanjutkan dengan
hidangan yang masih tersisa.
Makan
sahur sering dianggap sepele. Tak jarang orang enggan bangun makan sahur.
Memang, sebenarnya makan sahur atau tidak hanya akan dirasakan perbedaannya
beberapa jam pada awal puasa, yakni pada pagi hari. Setelah itu hampir tidak
ada bedanya, karena perut sama-sama dalam keadaan kosong. Tapi yang penting
di sini untuk mengimbangi zat makanan yang tidak diperoleh tubuh selama
sehari berpuasa. Maka pada saat makan sahur, mestinya bukan sekadar kenyang,
namun makanan hendaknya mengandung zat gizi cukup tinggi.
Makan
sahur seyogianya untuk cadangan kalori dan protein tinggi, juga untuk membuat
lambung tidak cepat kosong. Dengan demikian rasa lapar tidak cepat dirasakan.
Kita bisa menghidangkan makanan yang cukup mengandung protein dan lemak, nasi
dengan telur goreng (didadar atau diceplok), dendeng, rendang, atau ikan
goreng, tumis dan oseng-oseng sayuran. Selamat
berpuasa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar