Jumat, 20 Juni 2014

Berbuka, Sahur, dan Sehat

Berbuka, Sahur, dan Sehat

Anies ;   Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan
pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
SUARA MERDEKA,  19 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
’’Bolehkan saya berpuasa, dokter?’’ Pertanyaan demikian sering dikemukakan pasien yang merasa mengidap penyakit, tapi berkeinginan berpuasa selama Ramadan. Berpuasa pada bulan suci bagi umat Islam, dalam arti tidak makan dan minum sejak subuh sampai magrib, kira-kira 14 jam tiap hari, tentu berpengaruh terhadap kondisi fisik.

Ada yang mengeluh lemas, dan sulit berkonsentrasi. Namun, sebagian justru mengatakan lebih fit. Dalam pengalaman praktik dokter seharihari, sebagian orang sering menghubungkan ibadah puasa dengan gangguan kesehatan. Bagaimana jika seseorang menderita sesuatu penyakit, haruskah dia berpuasa atau boleh meninggalkannya?

Sering dijumpai, seseorang enggan berpuasa karena merasa dirinya tidak sehat untuk berpuasa, merasa ragu-ragu berpuasa, khawatir penyakitnya bertambah berat. Padahal, berdasarkan pemeriksaan dokter justru dibolehkan karena dianggap tidak membahayakan.

Haruskah seseorang yang merasa sakit ’’harus’’ tidak berpuasa? Jenis penyakit apa dan seberapa berat, yang mengharuskan ia boleh meninggalkan kewajiban itu?

Jarang disadari bahwa berbuka atau makan sahur memegang peranan penting dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Berbuka dan makan sahur yang kurang benar, seringkali justru menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan.

Puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak kasus justru membuat tubuh menjadi bugar. Tentu saja yang tak kalah penting adalah pengaturan berbuka puasa dan makan sahur, sebagai rangkaian dari ibadah puasa. Lalu, bagaimana sebaiknya?

Berbuka dan makan sahur sebenarnya bukan sekadar memasukkan makanan dan minuman ke dalam perut. Atau, sekadar supaya perut tidak merasa lapar.

Kebiasaan Salah

Ada kebiasaan salah yang dilakukan oleh sebagian orang, yaitu minum air es atau es yang dicampurkan ke dalam minuman lain sebelum menyantap makanan lain. Hal ini sebenarnya sangat merugikan, bila air es yang diminum tersebut cukup banyak. Pasalnya, es dapat menahan rasa lapar, sehingga setelah minum es terasa lebih kenyang dan hidangan lain yang lebih bergizi yang telah disediakan terpaksa sedikit atau bahkan tidak disantap sama sekali. Tentu hal ini akan mengurangi zat gizi lain yang sangat diperlukan.

Selama sehari penuh berpuasa, kadar gula dalam darah lebih rendah daripada keadaan tidak berpuasa. Padahal gula merupakan zat tenaga yang segera dapat digunakan, bila diperlukan. Gula inilah yang mestinya perlu segera diperoleh pada saat berbuka. Tapi jangan berlebihan, sebab akan mengganggu kenikmatan menyantap nasi dengan laukpauknya.

Sebaiknya, waktu mengawali berbuka puasa, mulailah dengan minuman manis dan makanan ringan yang mudah dicerna. Misalnya, teh manis atau sirup, kurma, pisang goreng atau sale pisang sebagai temannya. Sementara itu, kadar gula darah berangsur-angsur normal dan dapat ditinggal untuk shalat magrib lebih dulu. Selang setengah jam, dapat dilanjutkan dengan makanan lengkap. Makanlah secukupnya. Dua jam kemudian, setelah shalat tarawih, dilanjutkan dengan hidangan yang masih tersisa.

Makan sahur sering dianggap sepele. Tak jarang orang enggan bangun makan sahur. Memang, sebenarnya makan sahur atau tidak hanya akan dirasakan perbedaannya beberapa jam pada awal puasa, yakni pada pagi hari. Setelah itu hampir tidak ada bedanya, karena perut sama-sama dalam keadaan kosong. Tapi yang penting di sini untuk mengimbangi zat makanan yang tidak diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Maka pada saat makan sahur, mestinya bukan sekadar kenyang, namun makanan hendaknya mengandung zat gizi cukup tinggi.

Makan sahur seyogianya untuk cadangan kalori dan protein tinggi, juga untuk membuat lambung tidak cepat kosong. Dengan demikian rasa lapar tidak cepat dirasakan. Kita bisa menghidangkan makanan yang cukup mengandung protein dan lemak, nasi dengan telur goreng (didadar atau diceplok), dendeng, rendang, atau ikan goreng, tumis dan oseng-oseng sayuran. Selamat berpuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar