Prospek ekonomi 2014 diperkirakan masih akan tumbuh
positif, meski dalam kisaran moderat 5,3-5,5 persen, tapi belum mampu
memberi ruang terciptanya perluasan kesempatan kerja, pengurangan
kemiskinan, dan peningkatan daya beli rakyat. Potensi terbesar untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, masih tetap konsumsi domestik. Sementara
peran ekspor (dikurangi impor) masih menghadapi tekanan eksternal dan
lemahnya daya saing.
Dari
sisi investasi, meski meningkat, akan menghadapi tekanan karena The Fed mungkin mengurangi stimulus.
Pada sisi lain, peran pengeluaran pemerintah (government expenditure) tidak terlalu ekspansif, dengan target
defisit anggaran rendah, guna menghindari tekanan peningkatan defisit
transaksi berjalan dan dampak inflasi.
Peran
konsumsi domestik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masih cukup kuat,
berkat pertumbuhan kelas menengah. Meski demikian, disadari bahwa
pertumbuhan yang ditopang konsumsi, bisa membawa kerentanan kesinambungan
dan kualitas pembangunan.
Kualitas
pertumbuhan ekonomi juga tergolong kurang sehat karena tidak mampu menyerap
banyak tenaga kerja, enurunkan kemiskinan secara signifikan dan
meningkatkan kesejakteraan. Pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin 37
juta. Tahun 2008 menjadi 34 juta jiwa. Tahun ini diperkirakan masih 28,7
juta jiwa, sementara angka pengangguran tahun 2009 8,9 juta sampai Februari
2013 mencapai 7 juta.
Pengurangan
kemiskinan dan pengangguran yang tidak signifikan ini cukup aneh karena
anggaran pengentasan rakyat setiap tahun naik besar. Dana transfer daerah
juga terus meningkat sehingga diharapkan dapat memacu pertumbuhan lokal,
mengurangi ketimpangan, kesenjangan, serta kemiskinan.
Beberapa
indikator bisa mencemaskan, misalnya pertumbuhan ekonomi yang tidak merata
karena masih terpusat di Jawa. Perputaran ekonomi di Jawa mencapai 57,63
persen dan Sumatra 23,77 persen. Sisanya terjadi di wilayah lain. Bahkan,
di Bali dan Nusa Tenggara, tren pertumbuhan menurun tiga tahun terakhir dari
2,73 persen (2010) menjadi 2,51 persen (2012). Juga tempat lain.
Pemerintah
juga harus memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi dengan mendorong
kualitas sumber daya manusia. Berkaca dari fakta, indeks pembangunan
manusia (IPM) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara, Indonesia di urutan
111, sementara di kawasan ASEAN, IPM urutan enam.
Tahun
depan, perekonomian Indonesia dan sumber pendukungnya harus diarahkan untuk
memperkuat daya saing dan ketahanan ekonomi. Indonesia telah menempuh
strategi pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam. Ini
memperlihatkan pendorong kemajuan masih bertumpu pada sumber daya alam
(SDA). Indonesia harus mengolah kekayaan alamnya memiliki nilai tambah.
Langkah
ini belum cukup memadai karena perekonomian masa depan juga harus berbasis
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendalaman sektor industri. Indoneisa
harus mampu memanfaatkan letak geografisnya di jantung perdagangan Asia
Pasifik agar memiliki peluang besar. Potensi manusia yang besar dan
kekuatan beli yang terus meningkat harus dikelola. Pertumbuhan kelas
menengah diharapkan bisa menjadi bonus demografi sehingga memperbesar dan
memperkuat pergerakan ekonomi.
Menguntungkan
Pada
puncak bonus demografi itu, proporsi penduduk usia produktif mencapai 55,5
persen. Kondisi tersebut menguntungkan di tengah turunnya produktivitas
negara maju yang sudah masuk "aging
society" atau perubahan populasi akibat banyaknya usia lanjut. Di
Amerika, usia lanjut mencapai 20 persen, di Eropa sekitar 15 persen.
Bahkan, di China juga sedang menuju aging society karena program satu
keluarga satu anak.
Persoalannya
adalah bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan potensi sumber daya manusia
produktif tersebut untuk pembangunan. Momentum bonus demografi harus
diikuti peningkatan IPM, momentum bonus demografi bukan menjadi beban,
tetapi menjadi modal bagi pembangunan. Maka upaya meningkatkan IPM melalui
perbaikan kualitas kesehatan, pendidikan, dan peningkatan pendapatan harus
menjadi prioritas.
Selain
itu, masalah lapangan kerja, peningkatan akses kepada sumber modal baik
melalui inklusi keuangan dan literasi keuangan harus ditingkatkan sehingga
memberikan manfaat bagi perluasan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan
menengah.
Tidak
kalah penting dalam mewujudkan ketahanan ekonomi kita pada masa mendatang
adalah kemampuan bangsa kita mengatasi masalah ketahanan pangan dan energi.
Bangsa kita memiliki kekayaan yang melimpah dalam dua aspek tersebut, yakni
sumber daya energi dan pangan, namun bangsa kita gagal mengelola menjadi
sumber daya yang optimal dan efisien dalam menggerakkan perekonomian.
Bahkan kita justru mengalami kebergantungan dengan adanya impor energi dan
pangan setiap tahun.
Di
tengah semakin merosotnya cadangan minyak dan gas bumi, sebaliknya beban
BBM terus meningkat, pemerintah kelak harus bisa mewujudkan rencana
strategis ketahanan energi, terutama mendorong pemanfaatan dan pengembangan
alternatif/ terbarukan. Indonesia kaya sumber energi alternatif dan
terbarukan yang ramah lingkungan.
Langkah
diversifikasi energi akan dapat menggeser pola kebergantungan konsumsi pada
migas dan BBM yang hanya membuat Indonesia boros. Sementara pemerintah
tidak memiliki skenario mengurangi ketimpangan pemberian subsidi BBM yang
salah sasaran tersebut. Ongkos subsidi BBM bisa terus ditekan sehingga bisa
mengurangi beban anggaran negara dan mengalihkan untuk pos-pos anggaran
yang lebih produktif.
Dari
sisi pangan juga setali tiga uang. Indonesia terperosok dalam impor pangan.
Sekitar 60 persen komoditas pangan kita harus diimpor. Hal ini jelas tidak
menunjukkan sensitivitas dalam membangun sektor pertanian dan mewujudkan
ketahanan dan swasembada pangan.
Tantangan
tahun depan adalah memutus mata rantai impor pangan sehingga Indonesia
berdikari dalam menyediakan kebutuhan pangan warganya. Lebih dari itu,
sekaligus memberdayakan dan meningkatkan kesejahterakan petani serta
mengurangi beban devisa dan menghindari defisit perdagangan impor pangan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar