PERNAH
ada masa di mana sains dianggap arena bermain hanya segelintir orang
sehingga dirasa terpisah dari hidup keseharian.
Walaupun pandangan sempit
tentang sains dan saintis ini mungkin ada benarnya, disadari atau tidak,
sains dan segala produknya telah banyak berperan dalam kemajuan umat
manusia.
Di dalam sains sendiri, tingkat
kemajuannya sangat pesat, bahkan pada beberapa sektor fundamental. Hasil
pengamatan yang makin luas dan dianalisis secara cermat memberikan gambaran
saintifik yang makin komprehensif tentang alam semesta.
Kesanggupan mengidentifikasi
waktu sepanjang proses fisis yang berjalan memberdayakan sains untuk
memprediksi kondisi masa datang. Kemampuan untuk memprediksi adalah modal
krusial dalam peradaban.
Sains mengajak kita menyadari
adanya keterbatasan alami sehingga sebagai makhluk hidup perlu mengatur
strategi untuk melampaui keterbatasan itu. Manusia, dengan anugerah
kecerdasan, sukses menanggulangi banyak keterbatasan alami ini.
Keindahan tantangan atau
limitasi adalah pada dorongan untuk berpikir kreatif.. Selagi meningkatkan kapasitas
berpikir, acapkali manusia tidak hanya berhasil mengatasi limitasi, tetapi
melampaui itu manusia menemukan cara hidup yang lebih baik. Perspektif dan
visi lintas kondisi dan ruang-waktu inilah yang dapat
menghindarkan kita dari solusi tambal sulam terhadap masalah yang ada.
Mengajarkan sains
Dengan obyektif seperti inilah
sains seyogianya dikembangkan dan diajarkan. Mengajarkan sains bukan
menyampaikan fakta tentang alam saja, tetapi lebih penting lagi
memperkenalkan bagaimana fakta itu ditemukan dan menginterpretasikannya.
Pernyataan Cliche: ”fakta
mengatakan” tidaklah otomatis berdasar maupun berbobot. Kita
menginterpretasi fakta menggunakan aliran logika pikiran kita. Hanya
setelah interpretasi ini diterima dengan mapan barulah kita dibukakan jalan
pintas untuk menerima apa yang fakta katakan. Tidak ada yang terberi dengan
gratis di dalam sains; minimal kita dipinjami cara berpikir yang sekarang
diterima. Untuk dinilai kreatif dan maju, kita harus memproduksi lebih
daripada yang kita pinjam.
Perlu ditegaskan bahwa kebenaran
saintifik tidak melingkupi seluruh kebenaran. Artinya kebenaran saintifik
memiliki keterbatasan dan tidak absolut. Ketidakabsolutan dan
ketidakmapanan pengetahuan inilah yang justru mendorong sains untuk dapat
terus, bahkan harus, dikembangkan, dipertajam, dan dihaluskan. Pemahaman
akan keterbatasan ini dan akan proses internal kerja sains membuat usaha
pencarian kebenaran yang tak pernah berujung sekaligus membuka kesempatan
kepada siapa pun untuk berpartisipasi.
Pendidikan sains yang
terstruktur seperti yang diberikan dalam sistem-sistem pendidikan yang
terinstitusi seperti sekolah dan universitas, harusnya dapat mengenali
dorongan dan perkembangan sains sebagai karakter intrinsik sains itu
sendiri.
Pendidikan sains juga perlu
mempersepsi kebutuhan dan derajat penerimaan sains dalam masyarakat.
Artinya, pembelajaran modern untuk sains harus memasukkan fondasi-fondasi
dalam sains, keadaan terkini dalam perkembangannya, dan juga cara-cara
cerdas untuk mengantisipasi implikasi jangka panjangnya pada
kemanusiaan.
Tujuan pembelajaran sains dengan
isi seperti itu sedikitnya ada dua. Pertama, pendidikan menyiapkan generasi
ilmuwan yang kompeten untuk pengembangan sains dalam semangatnya untuk
mencari kebenaran.
Kedua, pendidikan ini akan
memotivasi mereka sebagai ilmuwan terdidik dan terlatih untuk berperan
konstruktif dalam proses pendewasaan masyarakat. Pengetahuan saintifik
menjadi modal penting dalam pengambilan kebijakan pada berbagai aspek
kehidupan.
Pengetahuan saintifik tak secara
langsung memberikan pertimbangan moral, dan tidak pula berpretensi untuk
memaksakan nilai-nilai baru, tetapi untuk memberikan pemahaman pada
masyarakat tentang hubungan kausal dalam berbagai kondisi dan aksi fisis,
dan melengkapi dengan landasan rasional yang dapat membantu berpikir
tentang apa pun secara komprehensif dan holistik.
Cara kerja sains yang sangat
menjunjung tinggi kejujuran dan terbuka terhadap kritik dan saran melatih
ilmuwan untuk selalu bertindak etis. Prinsip kerja etis seperti ini akan
mendorong sikap etis pada aspek-aspek lain.
Di dalam pendidikan sains,
sangat perlu ditunjukkan batasan domain saintifik, yakni domain pada mana
sains bekerja dan deskripsinya dipertimbangkan. Di luar domain itu,
deskripsi saintifik tidak lagi sah.
Komunikasi konstruktif
Kurikulum yang mengizinkan
adanya pintu-pintu penghubung di antara ranah-
ranah yang berbeda, sains dan
non-sains, akan mengakomodasi suatu komunikasi yang sehat dan konstruktif
di antara komponen-komponen dalam aspirasi manusia untuk membangun
peradaban.
Menyertakan komponen ini dalam
kurikulum pendidikan sains harus dinilai sebagai langkah positif yang perlu
dievaluasi dan diakses secara saksama dan berkala. Di sekolah, pelajaran
olahraga diberikan dengan obyektif utama menjadikan murid bugar dan
berpikiran strategis. Maka, kegiatan utama pada jam pelajaran olahraga
adalah berolahraga. Evaluasinya tidak dalam bentuk menjawab pertanyaan
tentang berapa ukuran lapangan sepak bola.
Bagaimana pula kita mengukur
kebaikan gizi anak-anak kita? Tidak dengan bertanya apakah mereka kenyang,
tetapi dengan memeriksa fungsi-fungsi organ tubuh dan keseimbangan
tumbuh kembang mereka.
Bagaimana kita mengakses
pendidikan sains kita?
Belum terlalu lama sejak manusia
pertama kali mengarahkan lensa pengamatan kepada dirinya dan membandingkan
dirinya dengan konstituen lain semesta sehingga akhirnya dipaksa bisa
berbesar hati ketika menemukan betapa biasanya (common) proses fisis yang
relevan dengan fisiknya.
Namun, sejalan dengan proses
belajar manusia akan terus berlangsung, kita mempunyai banyak kesempatan
untuk membuat dunia ini sebagai tempat hidup yang makin baik: seluruh umat
manusia hidup berdampingan dalam damai, lingkungan sehat, dengan pengertian
yang baik satu terhadap yang lain.
Di ujung hari, kurikulum sains
yang baik, yang disampaikan dengan baik, akan menghadiahi masyarakat tak
hanya sains berkualitas tinggi, tetapi juga ilmuwan yang baik, sang
manusia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar