|
JEPANG
telah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Maka, Inggris, mewakili Sekutu,
hendak menerima Hindia Belanda dari Jepang.
Mereka datang ke Surabaya, Jawa Timur, dibonceng Belanda,
tetapi disambut perlawanan sengit arek-arekSuroboyo. Arek-arek itu tahu, dari
segi persenjataan, mereka kalah jauh daripada musuhnya. Namun, semangat mereka
telah dikobarkan Bung Tomo: rela mengorbankan jiwa raga demi membela Tanah Air
mereka.
Yang dilakukan arek-arek pejuang itu melampaui panggilan
tugas mereka. Mereka pantas dapat pahala. Mereka pahalawan. Tanggal 10
November pun ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Dalam suasana damai pun, ada orang bertindak melebihi
panggilan tugasnya. Demi sesama manusia, demi bangsanya, mereka rela
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan karier profesionalnya.
Mereka pun pahlawan. Pahlawan pembangunan.
Timur
dan Barat
Kisah kepahlawanan ada dalam kebudayaan Timur dan kebudayaan
Barat. Juga dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)! Ketika Rama dan
Lesmana bersama bala tentara wanaranya dari Gua Kiskenda akan melakukan invasi
militer ke Alenka, Wibisana (membelot dari Alenka dan memihak ke kubu Rama)
menciptakan jembatan dari pantai kawasan Suwelagiri ke Alenka. Dari Tamil Nadu
sampai Sri Lanka.
Namun, jembatan itu ambrol ketika diuji coba dengan aji
maundrinya Anoman. Jadi, dibangunlah jembatan baru dengan kerja keras ribuan
tentara selama berhari-hari. Hasilnya jembatan yang lebih kukuh daripada
teknologi instan Wibisana.
Banyak di antara anggota batalyon zeni tempur Gua Kiskenda
dan Pancawati gugur melawan Wilkataksini. Raksasa amfibi sakti ini merupakan
manifestasi pasukan katak Alenka.
Mereka mendodosi fondasi
tiang-tiang penyangga jembatan sehingga pembangunan jembatan itu tak cepat
usai. Kera-kera yang jadi mangsa dityaWilkataksini itu pantas disebut
pahlawan teknologi. Patih Anila yang menyelam dan membinasakan Wilkataksini
juga pahlawan teknologi. Mereka mengamankan megaproyek.
Begitu pula Prometheus dan Sysiphus. Prometheus ialah titan,
tokoh setengah dewa yang tinggi besar dan amat kuat. Hatinya yang lembut
membuatnya iba kepada manusia yang tak terbantu menghadapi hidup sulit. Prometheus
lalu nekat mencuri api dari kahyangan dan api itu ia berikan kepada manusia.
Prometheus tahu bahwa tindakannya akan memurkakan Mahadewa
Zeus. Tindakan Prometheus dinilai gegabah, tak hati-hati. Ia melakukan alih
teknologi api tanpa mempersiapkan dulu manusia menerapkan teknologi itu benar
dan aman.
Jadi, Prometheus dipidana Zeus, dirantai di sebongkah batu
raksasa. Pada siang hari, burung rajawali karnivora mengerubuti Prometheus,
mengodol-odol hatinya dan menyantapnya ramai-ramai. Pada malam hari, luka-luka
Prometheus disembuhkan Zeus, hanya untuk jadi santapan burung pemangsa itu lagi
esok harinya. Begitulah penderitaan Prometheus yang terus-menerus harus
ditahannya sampai ditolong dan dibebaskan Hercules, yang tak lain putra Zeus
sendiri.
Pengorbanan Prometheus tak sia-sia sebab, sementara ia
menjalani hukumannya, Zeus mengutus dewa
perang, Hermes, turun ke marcapada
memberi pelatihan teknologi api kepada manusia.
Legenda Prometheus mengilhami Henryk Skolimowski, Guru Besar
Perekayasaan dan Filsafat di Universitas Michigan, Ann Arbor, merekacipta
istilah ”imperatif Prometheus”: keharusan adanya kemajuan.
Kemajuan memprasyaratkan transendensi. Apa yang sampai
sekarang merupakan batas kemampuan dan kreativitas harus dilampaui. Harus ada
terobosan besar. Imperatif Prometheus berarti menggeser lebih jauh lagi
peringgan (frontier) iptek.
Sysiphus juga tokoh legenda Yunani. Ia Raja Korintus yang
lalim. Setelah wafat di Hades, ia dihukum dewa. Hades ialah alam barzah orang
Yunani kuno. Di sana, Sysiphus harus menempatkan batu sebesar gajah di puncak
sebuah bukit. Namun, sesampai di sana, batu gajah itu menggelinding ke bawah
lagi. Sysiphus harus menggeser-geserkan batu gajah tersebut lagi, mulai dari
kaki bukit itu ke atas. Begitulah seterusnya. Hukumannya abadi.
Karlina Supelli, astronomiwati-cum-filsuf, memandang Sysiphus
sebagai pecundang sebab ia tak kunjung berhasil menuntaskan tugasnya. Namun,
Albert Camus justru menobatkan Sysiphus sebagai pahlawan teknologi.
Teknologi tak pernah tuntas. Teknologi membantu kita
menyelesaikan masalah, tapi bukan tanpa masalah. Teknologi mengatasi masalah
sambil menghadirkan masalah baru, yang sering justru lebih parah. Lagi pula
masalah baru itu baru disadari setelah merembet ke mana-mana.
Oleh Albert Camus, Sysiphus dijadikan lambang teknologiman
sejati, yang tak mengeluh menjalankan tugas meski berat tak kunjung tuntas
tertunaikan. Sysiphus dalam bayangan Albert Camus justru memperoleh kenikmatan
eksistensial di dalam penunaian tugasnya yang berat dan tak kunjung selesai.
Di
dunia nyata
Itu tadi kisah pahlawan iptek di dunia pewayangan dan di alam
legenda. Di dunia nyata abad modern sekarang juga ada pahlawan teknologi. Para
pekerja di PLTN Fukushima Daiichi yang berjibaku menanggulangi musibah ketika
PLTN itu dihajar gempa dan tsunami pantas menyandang predikat pahlawan
teknologi.
Mereka tahu pastilah akan terpajan radiasi nuklir dengan
aktivitas tinggi dan dosis melampaui ambang ”aman”. Namun, mereka sukarela mau
melakukan tugas berbahaya itu demi berusaha mengisolasi dampak kebocoran nuklir
itu terhadap nyawa dan kesehatan manusia.
Swedia sudah menghapus PLTN-nya secara bertahap, mewajibkan
warganya ikut cancut taliwanda apabila terjadi keadaan darurat
sebagai akibat musibah nuklir. Kewajiban tersebut sesuai dengan amanat
undang-undang. Syukurlah sebelum darurat nuklir itu terjadi, Swedia sudah sadar
diri dan meninggalkan teknologi tinggi itu. Kita? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar