|
TERSENYUM merupakan pengalaman keseharian manusia. Dalam
praktik, bentuk komunikasi tanpa kata (nonverbal) tersebut dapat mengundang dan
menghadirkan berbagai interpretasi.
Tapi tidak jarang seseorang kesulitan memaknai senyuman
orang lain. Apakah senyum itu tulus, palsu, melegakan hati, atau topeng untuk
menyamarkan perasaan yang lain? Pertunjukan publik yang bisa melatih kemampuan
memaknai senyuman adalah pameran senyum para tersangka kasus korupsi di gedung
KPK atau pengadilan tipikor.
Orang yang jadi tontonan publik dan kemudian ”terkenal”
karena dugaan melakukan kejahatan (infamy)
seyogianya merasa tertekan. Minimal pasang muka serius atau sekurangkurangnya
datar tapi tersangka koruptor senantiasa tersenyum. Penelitian awal tentang
ekspresi wajah paling tidak dapat dirunut dari penerbitan buku The Expression of the Emotions in Man and
Animals (1872) oleh Charles Darwin.
Penelitian Darwin bermuara pada kesimpulan bahwa senyuman
merupakan aktualisasi kebahagian seseorang, atau yang akhirnya lebih dikenal
sebagai Pendekatan Ekspresi Emotional (The
Emotional Expression Approach). Pengusung pendekatan ini berkeyakinan bahwa
senyuman senantiasa berhubungan dengan dan disebabkan oleh perasaan bahagia.
Maka ketika senyum itu terjadi, pesan umumnya adalah
kebahagian meskipun tindakan itu bisa”tiputipu.” Barangkali senyumannya itu
topeng, namun itu tetap merupakan stimulus kebahagian. Pendekatan kedua adalah
pendekatan sosial.
Pendukung teori ini mencoba menjelaskan alasan seseorang
tersenyum, pengaruh senyuman dalam interaksi sosial, dan fungsi evolusi primata
seperti simpanse yang bisa menyeringai atau ìnyengirî, mirip manusia. Bagi
simpanse, ekspresi wajah itu adalah pertanda tunduk pada atau mengalihkan
perilaku permusuhan dari hewan lain yang lebih dominan. Menyeringai juga
bermanfaat untuk mempertahankan atau meningkatkan ikatan antarsimpanse.
Hipotesisnya adalah bahwa senyuman manusia adalah jejak
evolusi dari seringai primata (Kraut dan
Johnston 1979: 1539-1541). Berbeda dari pendekatan sebelumnya, yang lebih
menekankan senyuman sebagai gambaran perasaan individu pelaku, pendapat kedua
lebih menekankan senyum sebagai produk interaksi antarmanusia.
Pola tingkah tersangka koruptor menarik untuk coba
dipahami. Ketika masuk atau keluar dari gedung KPK atau pengadilan tipikor,
mereka mengumbar senyuman. Tak jarang melambaikan tangan atau mengacungkan ibu
jari. Apa yang sedang mereka rasakan? Apa yang mereka ingin sampaikan?
Pesan Sosial
Mungkin senyum mereka stimulus kebahagian karena durasia
hukuman yang akan dijalani tak sebanding dengan lama waktu menikmati uang
rakyat yang telah dijarah. Tak ada yang perlu dicemaskan karena tumpukan
kekayaan mereka begitu besar. Mereka juga didampingi sepasukan pengacara elite
yang siap memberi pembelaan total.
Dengan pengacara bereputasi andal, rentang waktu di dalam
jeruji besi tidak akan lebih lama dari yang diperuntukkan bagi pencuri sandal
jepit. Senyum tersangka kasus korupsi bisa sekaligus merupakan pesan sosial.
Mereka memahami betul bahwa banyak mata orang Indonesia mengarah pada mereka.
Seperti simpanse yang menyeringai sebagai tanda kepasrahan dan ”tidak layak”
diserang oleh simpanse lainnya, (tersangka) koruptor tersenyum untuk mengatakan,
”saya tidak bersalah, jangan disakiti.”
Itulah alasannya di hadapan media mereka lantang
mengatakan, ”Saya dizalimi”, ”Saya dijebak”, atau ”Saya korban konspirasi
politik.” Senyum dan sedikit air mata adalah bahasa untuk meminta simpati,
menjalin ikatan emosional dengan orang yang mungkin menganggap mereka musuh
bersama.
Dengan memosisikan diri sebagai korban, para tersangka itu
menganggap sepantasnya tidak dihukum. Seorang terdakwa yang saat ini menjalani
proses hukum di pengadilan malah melibatkan Tuhan dengan mengatakan bahwa apa
yang dialami keluarga dan dirinya adalah cobaan dari Allah. Sekarang pembaca
dapat mengemukakan berbagai tafsiran tentang arti senyuman para (tersangka)
koruptor.
Senyum mereka adalah ekspresi kebahagian. Senyuman diumbar
untuk meminta simpati dari masyarakat yang ironisnya telah dijarah hak-haknya.
Atau senyuman mereka adalah topeng untuk menyembunyikan rasa malu sekaligus
kegeraman. Senyuman tersangka kasus korupsi sekaligus ejekan terhadap impotensi
penegakan dan kewibaan hukum.
Senyum mereka adalah pernyataan kemenangan terhadap akal
sehat dan niat baik dari orang-orang yang ingin membangun Indonesia bersih.
Hanya kita wajib tahu bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Pelaku korupsi
tak layak mendapat simpati, tidak pantas mendapat kesempatan berbahagia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar