|
SUARA
KARYA, 23 Juli 2013
Jepang telah mengalahkan Amerika
Serikat (AS) tidak melalui bom atom, tetapi dengan keahlian dan profesionalisme
membangun industri yang jauh lebih efisien dan produktif dalam kurun 40 tahun
tanpa henti dan konsisten. Kemenangan Jepang atas AS itu menyusul Kota Detroit
di Negara Bagian Michigan, AS, bangkrut setelah dinyatakan pailit minggu lalu.
AS telah bertekuk lutut kepada Jepang. Industri mobil negeri Paman Sam itu
kalah dari Jepang. Kini, murid telah mengalahkan gurunya.
Detroit telah mengajukan
pernyataan perlindungan kebangkrutan kepada pengadilan dengan merujuk pada Chapter
9 Undang-Undang (UU) Kebangkrutan AS. Melalui pernyataan itu, diharapkan ada
mekanisme yang dilindungi oleh UU agar semua utang yang selama ini membebani
anggaran pendapatan kota dapat direstrukturisasi.
Menurut Associated Press, masalah
utang Kota Detroit telah lama berlangsung dan akan membutuhkan waktu panjang
untuk menyelesaikannya. Kemerosotan ekonomi Kota Detroit yang menjadi pusat
industri mobil terbesar di Amerika telah berlangsung sejak 1980-an. Yakni,
ketika industri mobil Jepang seperti Toyota, Nissan, Honda, bangkit dan secara
perlahan telah menggerogoti daya kompetisi industri mobil AS. Pernyataan
kebangkrutan itu menandai suatu model kebangkrutan terbesar dalam sejarah kota
di AS.
Menurut Free Press, Kota Detroit
memiliki utang akumulasi 18,5 miliar dolar AS kepada kreditur, termasuk utang
pensiun pegawai publik.
Persaingan bebas, mekanisme pasar,
dan tidak adanya intervensi Pemerintah AS telah menyebabkan industri mobil
Jepang yang belajar membuat mobil dari Kota Detroit mampu memproduksi mobil
yang jauh lebih murah dan lebih berkualitas dibanding industri mobil AS.
General Motor, Ford, Chrysler telah terjebak dengan "rasa nyaman" dan
"tak mampu melahirkan inovasi baik dalam produk baru maupun dalam proses
produksi"--kalah dalam pertarungan memperebutkan pasar konsumen di AS
sendiri maupun di dunia. Honda Nissan dan Toyota muncul sebagai pemenang.
Akibatnya, industri manufaktur
termasuk mobil kehilangan market share. Revenue merosot tahun demi tahun.
Restrukturisasi yang dilakukan melahirkan program downsizing atau pemutusan
hubungan kerja (PHK). Penduduk kemudian pindah ke kota lain untuk menyambung
hidup dan kota kehilangan sumber pendapatan asli daerahnya.
Sementara itu, di kota yang tetap
tinggal pada umumnya bukan lagi mayoritas pekerja industri, melainkan penduduk
yang menggantungkan hidupnya sebagai pegawai publik dengan gaji dari pemerintah
kota.
Utang kota yang digunakan untuk
menutupi defisit anggaran bagi pembiayaan pengeluaran kota seperti gaji pegawai
publik, polisi, pembuatan jalan, pemeliharaan gedung-gedung sekolah dan public
space lainnya secara perlahan tapi pasti merayap naik, hingga 18 miliar dolar
AS tahun 2013.
Pada bulan Maret 2013, Gubernur
Michigan Rick Snyder menunjuk Kevyn Orr sebagai wali kota darurat. Dan, Snyder
ketika menjabat melakukan langkah kontroversial: mendeklarasikan Detroit
bangkrut. AS pun geger. Adapun industri di Indonesia, ke mana akan
melangkah? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar