|
SUARA
KARYA, 04 Juli 2013
Secara umum, masalah lingkungan di
Indonesia, khususnya sungai, sama dengan yang pernah terjadi di Eropa. Sungai
Vltava (sungai terbesar di Ceko), dua dekade lalu sangat buruk dan menguning.
Baunya tidak sedap. Bahkan tidak memungkinkan untuk sekadar mencuci tangan,
apalagi diminum. Mirip Sungai Ciliwung.
Semua perubahan dimulai dengan adanya
peraturan yang baik mengenai kebijakan industri, termasuk subsidi untuk
menerapkan teknologi ramah lingkungan. Sampai saat ini pun, Pemerintah Ceko
masih memberikan subsidi bagi industri yang memiliki pengolahan limbah dan
pengendalian kualitas udara. Di samping itu, sosialisasi pentingnya
membersihkan sungai terus dilakukan. Pendekatan kepada warga dilakukan secara
intensif dan manusiawi, agar mereka tidak membuang limbah ke sungai.
Bagi bangsa Eropa, pekerjaan
adalah sesuatu yang vital dan merupakan harga diri. Nah, ketika Eropa, termasuk
Ceko, dilanda pengangguran, kondisi ini dimanfaatkan untuk kampanye lingkungan.
Saat itu, jumlah pengangguran di Ceko 15%. Pemerintah menyatakan, pelestarian
lingkungan, termasuk membersihkan sungai, akan berdampak pada pengurangan
pengangguran. Perbaikan lingkungan adalah salah satu strategi mendasar sebagai
pendukung perekonomian. Sampah, misalnya, kalau dibiarkan mengganggu lingkungan.
Tapi, kalau dimenej dengan baik, sampah adalah sumber penghasilan. Di Jerman,
misalnya, manajemen sampah bisa menyerap ratusan ribu tenaga kerja. Di Ceko,
manajemen sampah juga bisa menyerap ribuan pekerja. Mulai dari pengangkutan,
pemilahan, pemrosesan, hingga menjadi aneka macam produk - mulai dari kompos,
tas, mainan, dan bahan-bahan industri lainnya.
Semua ini akan berdampak pada
kebersihan lingkungan, perbaikan kualitas air, dan perbaikan kondisi lingkungan
lainnya. Motto penanganan sampah adalah cara terbaik untuk menghilangkan sampah
adalah tidak menghasilkan sampah. Caranya banyak, melalui daur ulang atau
pemanfaatan sampah untuk industri dan kerajinan. Masyarakat harus diajarkan
bahwa sampah adalah adalah potensi ekonomi.
Menteri Lingkungan Hidup Republik
Ceko, Tomas Chalupa saat menelusuri Kali Ciliwung, Rabu, 15 Mei 2013 lalu,
menuturkan, setelah 23 tahun pemerintah dan masyarakat berupaya memperbaiki dan
fokus menjernihkan Sungai Vltava, kondisinya kini berubah sama sekali. Sungai
Vltava, airnya jernih, orang bisa mandi, bahkan minum air sungai. Orang bisa
memancing ikan trout. Ikan ini menjadi simbol kualitas air yang baik. Kini, air
Vltava nyaris dapat diminum langsung. Oleh sebab itu, hampir 93% mayoritas
penduduk Praha dapat aliran air minum segar di rumahnya, dan 85% dari populasi
penduduk memiliki sistem terkoneksi air bersih untuk digunakan kembali setelah
dipakai. (Majalah Detik, 15 Juni 2013)
Lalu, bagaimana warga Jakarta
melihat dan mengelola Ciliwung? Cita-cita membersihkan dan menormalkan Sungai
Ciliwung sudah terlontar sejak zaman Ali Sadikin hampir setengah abad lalu.
Tapi, kenyataannya, Ciliwung bukannya makin bersih dan normal, tapi makin
kotor. Ciliwung bagaikan tempat pembuangan sampah dan WC penduduk sekitarnya.
Gubernur Sutiyoso, dulu pernah
bercita-cita menjadikan Ciliwung sebagai 'jalan tol' burung dari Gunung Halimun
ke Jakarta. Ini untuk mendukung tema Jakarta yang diusung Bang Yos: Jakarta
berkicau. Sebab, kicauan burung adalah simbol lestarinya alam. Bagaimana caranya
mendatangkan burung ke Jakarta? Bang Yos mempunyai gagasan: sepanjang Sungai
Ciliwung ditanam pohon-pohon yang buahnya jadi kesukaan burung seperi pohon
ceri, pisang, jambu, dan lain-lain. Bayangannya: Burung-burung dari Gunung
Halimun akan senang berada di sepanjang Ciliwung untuk mencari makan dan
akhirnya sampai ke Jakarta.
Bagaimana hasilnya? Nyaris tak ada, alias gagal.
Sejak Bang Yos lengser, rupanya tak ada lagi Gubernur DKI yang bercita-cita
memperbaiki Ciliwung sehingga jadi jalan tol burung. Gubernur Fauzi 'Foke' Bowo
yang mengaku ahlinya Jakarta (waktu kampanye), ternyata tak berbuat apa-apa
untuk memperbaiki Ciliwung.
Kini, harapan memperbaiki Ciliwung
berada di pundak Gubernur Jokowi. Gayanya yang suka blusukan dan mau bekerja
keras sampai tuntas memberikan harapan kepada warga Jakarta untuk 'menormalkan'
Sungai Ciliwung. 'Menormalkan' yang dimaksud adalah membuat Ciliwung seperti
zaman VOC abad ke-18, yang airnya bersih, banyak ikan, dan jadi jalur lalu
lintas yang aman manusia dan burung. Jika Gubernur Praha dan masyarakatnya
mampu membuat Sungai Vltava yang kondisinya sama dengan Ciliwung menjadi sungai
yang bersih dan asri, mestinya Gubernur Jakarta pun mampu.
Gubernur Jokowi sekarang tengah
menormalkan Waduk Pluit yang mendangkal dan menyempit. Jika berhasil, jelas
akan mengurangi intensitas banjir di wilayah Jakarta, terutama Barat.
Menormalkan Waduk Pluit memang sulit karena Pemda harus berhadapan dengan
'mafia' macam-macam yang terkait dengan Pluit. Untungnya, Jokowi dan Ahok siap
menghadapi itu semua.
Perjuangan untuk menormalkan
Ciliwung jelas akan lebih berat. Mafianya lebih banyak. Kita berharap Jokowi
dan Ahok mampu mengatasinya. Jika Ciliwung normal, banyak hal yang akan didapat
warga DKI. Tak hanya bisa mancing, tapi juga berekreasi di pinggir sungai.
Lebih dari itu, Ciliwung dengan anak-anak sungainya akan menjadikan Jakarta
makin indah. Belanda dulu ingin menjadikan Jakarta sebagai Venesia dari Timur
(East Venesia). Kita tahu, Kota Venesia di Italia ini terkenal dengan sungai-sungainya
yang banyak dan indah. Jakarta dengan 13 sungainya, jika dinormlakan, niscaya
lebih indah dari Venesia.
Bagaimana Bang Jokowi? Warga Jakarta ingin melihat
Ciliwung kembali normal dan menjadi sungai yang jernih serta banyak ikannya
seperti cerita Sungai Vltava di atas. Selamat
Ultah Jakarta! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar