Selasa, 02 Juli 2013

Infrastruktur Mudik

Infrastruktur Mudik
Yusuf Maulana Putra ;  Secretary-Chairman New Force Construction Indonesia
SUARA KARYA, 01 Juli 2013


Dari data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik sejak H-7 hingga H+5 Lebaran tahun 2012 meningkat 8,55 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah pemudik tahun 2012 mencapai 13.611.107 orang, lebih banyak dari tahun sebelumnya 12.537.901 orang.

Pemudik terbanyak tercatat untuk moda darat, dengan menggunakan angkutan jalan hingga mencapai 4.566.699 orang. Khusus untuk jumlah pemudik dengan kereta api bahkan mengalami peningkatan signifikan, mencapai 29,01 persen dari sebanyak 1.656.531 orang tahun 2011 menjadi 2.137.064 orang (2012). Selain untuk moda kereta api, kenaikan jumlah pemudik juga tercatat untuk moda laut serta moda udara.

Jika dicermati lebih dalam, terdapat beberapa faktor penting yang berpengaruh atas terjadinya peningkatan signifikan pada moda transportasi udara dan laut, yakni waktu, kenyamanan, keselamatan, dan biaya.
Faktor ketepatan waktu dengan biaya yang murah dan cukup terjangkau tanpa melupakan aspek kenyamanan dan keamanan menjadi alasan tersendiri bagi calon penumpang sehingga lebih memilih untuk beralih menggunakan moda transportasi udara dan laut ketimbang menggunakan moda transportasi darat, terutama bagi masyarakat kelas menengah yang mempunyai porsi hampir 50 persen bahkan lebih.

Hal ini wajar mengingat moda transportasi darat memiliki kepadatan di atas rata-rata moda transportasi lainnya, sedangkan penambahan infrastruktur pendukungnya belum terakselerasi secara maksimal untuk bergandengan dengan laju pertumbuhan jumlah penggunanya, sehingga kian hari calon penumpang lebih banyak memilih untuk beralih ke moda transportasi lainnya dengan dalih efisiensi.

Perlu diketahui bahwa jalan pantai utara atau yang lebih akrab disebut sebagai jalur pantura, yang merupakan jalur favorit bagi para pengguna jalur darat, harus mengakomodasikan kendaraan dengan beban tidak kurang sedikitnya sekitar 40 ribu kendaraan per harinya. Maka dari itu, jalur pantura dapat dikatakan sebagai jalur terpadat, tersibuk, dan terberat bebannya di dunia. Terlebih, apabila sudah memasuki masa libur sekolah dan tak terkecuali libur menyambut puasa dan Lebaran.

Tak mengherankan bila triliunan rupiah anggaran negara tersedot setiap tahunnya untuk alokasi perbaikan rutin tiap tahun jalur pantura. Hal tersebut akibat belum tersedianya infrastruktur jalan tol alternatif untuk membantu mengurai beban di pantura, sehingga menyebabkan jalur pantura cepat mengalami kerusakan padahal belum jatuh tempo. Pada tahun ini saja, jalur pantura mendapat jatah anggaran sebesar Rp 1,03 triliun rupiah untuk perbaikan.

Kondisi serupa juga terjadi pada moda angkutan kereta api. Karena belum tersedianya jalur rel ganda, pertumbuhannya belum bisa ditingkatkan dan kepadatannya pun belum dapat diuraikan.

Karena itu, upaya meningkatkan intensitas frekuensi perjalanan kereta pun masih terhambat dan berdampak pada kalah bersaingnya angkutan kereta dengan transportasi udara yang saat ini tengah saling gempur dengan penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier). Padahal, sejatinya angkutan kereta api merupakan salah satu alternatif moda transportasi murah, terjangkau, nyaman, dan aman.


Pemerintah sendiri menyatakan siap menghadapi arus mudik tahun ini. Namun, apabila melihat potensi pasar ke depannya, moda transportasi udara dan laut memiliki tren positif yang terus menanjak. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar