|
REPUBLIKA,
22 Juli 2013
Hari Rabu
pada Sya'ban, 19 Juni lalu, Gubernur Bank Sentral AS Ben Shalom Bernanke
memberikan isyarat akan diakhirinya kebijakan mengguyur pasar dengan dolar AS
yang dikenal sebagai kebijakan quantitative
easing (QE). Sebagai guru besar ekonomi di Princeton University sebelum
menjabat gubernur bank sentral, tentu Bernanke
tahu persis bahwa pasar akan bereaksi terhadap isyaratnya itu.
Teknik memengaruhi pasar dengan memberikan isyarat kebijakan
apa yang akan diambil disebut moral
suasion. Isyarat Ben terbukti sangat efektif. Bukan saja pasar AS yang
bereaksi, bahkan pasar dunia pun bereaksi, termasuk Indonesia. Bank sentral
seluruh dunia pun direpotkan menenangkan reaksi pasar.
Kemudahan akses
informasi telah membuat moral suasion
menjadi sangat efektif mengundang reaksi pasar.
Hari Rabu pada Ramadhan, 17 Juli lalu, gubernur bank sentral
Indonesia menjawab pertanyaan wartawan memberikan isyarat bahwa kurs Rp 10 ribu
per dolar AS masih sesuai dengan fundamen ekonomi Indonesia. Sebagai mantan
pimpinan bank komersial terbesar di Indonesia, tentu gubernur BI tahu persis
bagaimana pasar bereaksi terhadap isyaratnya itu.
Isyaratnya terbukti efektif. Bagaikan paduan suara berbagai
pejabat menyuarakan tidak adanya batas psikologis rupiah sehingga tidak perlu
khawatir bila kurs mencapai Rp 10 ribu per dolar AS. Untuk menenangkan pasar,
dikatakan inflasi akan tinggi pada Juli, kemudian normal kembali setelah
Lebaran.
Kemudahan akses informasi telah membuat moral suasion sangat efektif. Namun, paling tidak ada dua hal yang
membedakannya dengan moral suasion
dua dekade yang lalu. Pertama, semakin banyak praktisi dan ekonom yang dapat
melakukan simulasi ekonomi untuk menguji kebenaran isyarat yang diberikan
melalui moral suasion. Kedua, pasar
memiliki kekuatan finansial untuk menguji kebenaran dan komitmen otoritas dalam
mempertahankan target-targetnya.
Dengan kata lain, pasar akan bereaksi sesuai logikanya
masing-masing. Bila pasar menilai isyarat yang disampaikan otoritas tidak
kredibel, reaksi pasar akan liar. Bila pasar menilai kebijakan mengguyur dolar
AS belum akan dihentikan oleh Bernanke atau bila pasar menilai kurs Rp 10 ribu
per dolar AS tidak sesuai dengan fundamen, reaksi pasar dapat saja
kontraproduktif tidak sesuai dengan tujuan moral
suasion yang dilakukan.
Logika pasar ini jauh lebih dominan perannya dalam menentukan
kurs rupiah daripada faktor-faktor tradisional, seperti defisit neraca
perdagangan dan neraca modal. Secara teori, memang neraca perdagangan dan
neraca modal yang surplus akan memperkuat nilai tukar rupiah karena pasokan
dolar AS meningkat di pasar domestik. Namun, secara praktik, hal itu belum
tentu demikian. Para eksportir pemilik dolar itu dapat saja menahan dolar
mereka sehingga meskipun secara catatan dolar itu masuk ke Indonesia, namun
dalam kenyataannya pasokan dolar di pasar domestik tidak bertambah.
Logika para eksportir sangat sederhana. Bila mereka meyakini
kurs rupiah akan terus melemah, tentu lebih baik menahan dolarnya dan menunggu
sampai rupiah mencapai keseimbangan baru. Lebih parahnya, bila sebagian pelaku
pasar ingin menguji kebenaran isyarat otoritas bahwa keseimbangan baru berada
pada kurs Rp 10 ribu per dolar AS. Apalagi, bila para spekulan memancing otoritas
untuk melepas cadangan devisa demi mempertahankan kurs Rp 10 ribu per dolar AS
tersebut. Cadangan devisa tergerus, kurs melemah. Label krisis devisa akan
ditiupkan untuk menimbulkan kepanikan. Selanjutnya,
para spekulan mengantisipasi bahwa otoritas moneter akan menaikkan tingkat suku
bunga. Kredit macet mulai merebak karena naiknya beban bunga. Label krisis
perbankan akan menambah kepanikan.
Pada level global, spekulan mulai menyerang langsung harga
emas melalui pasar berjangka. Bila selama ini emas diyakini paling stabil harganya
dan menjadi rujukan hakiki harga-harga (ultimate
unit of measurement), kini harga emas pun mulai berfluktuasi.
Gonjang-ganjing harga emas pada pasar berjangka ini yang membuat harga emas
pasar tunai ikut terpengaruh. Setelah mencapai puncaknya pada 1.900 dolar AS
per troy ons (31,1 gram) pada akhir April 2011, harga emas berfluktuasi dengan
kecenderungan menurun pada level 1.300 dolar AS per ons pada awal Juli 2013.
Memang tidak mudah menjadi gubernur bank sentral bila para
pelaku ekonomi hanya memikirkan kepentingan sesaatnya masing-masing tanpa
adanya panduan moral untuk kepentingan yang lebih besar. Abu Zakaria Muhiyuddin
Yahya ibn Syaraf al Nawawi, ratusan tahun yang lalu, telah memberikan panduan
agar aksi-aksi spekulan dapat dicegah. Imam Nawawi lahir di Desa Nawa, dekat
Damaskus, pada 1233 M. Ada dua karya fenomenal beliau yang relevan dengan perangkat
untuk mencegah aksi spekulan. Al Minhaj bi Syarh Sahih Muslim yang merupakan
penjelasan beliau atas hadis-hadis yang dikumpulkan oleh ahli hadis Imam Muslim
dan Al Majmu Syarh al Muhadzdzab yang merupakan manual komprehensif fikih
Syafii.
Ketika membahas hadis Rasulullah SAW yang artinya, "Dan
tidaklah orang yang melakukan ihtikar itu, kecuali ia termasuk orang yang
bersalah," Imam Nawawi memberikan definisinya. Menurut beliau, ihtikar
adalah upaya dagang untuk menjual lebih sedikit dengan harga yang lebih tinggi
agar mendapat keuntungan di atas keuntungan yang normal. Kegiatan ihtikar inilah
yang sekarang marak dilakukan, mulai dari komoditas daging sapi sampai dolar
AS.
Uniknya, solusi yang ditawarkan bukanlah dengan melepas
cadangan devisa untuk menjaga kestabilan harga, namun dengan menghentikan aksi ihtikar
tersebut. Setiap transaksi harus ada ma'kud
alaih (underlying transaction)
sehingga tidak dibolehkan jual beli dolar AS sekadar untuk jual beli saja,
sekadar mengambil keuntungan dari selisih kurs.
Ketika membahas hadis Rasulullah SAW yang artinya, "Rasulullah
melarang jual beli kali bi kali,"
Imam Nawawi menjelaskan definisinya. Transaksi kali bi kali adalah membeli sesuatu yang penyerahannya ditangguhkan
dengan pembayaran yang juga ditangguhkan. Kegiatan
kali bi kali inilah yang sekarang
marak dilakukan, mulai dari dolar AS sampai emas. Dengan transaksi kali bi kali, spekulan emas mengangkat
indeks harga emas di pasar berjangka menjadi 35,691, yaitu naik 4,1 persen.
Di sini, inti masalahnya, harga emas di pasar berjangka
ditentukan oleh transaksi yang penyerahan dan pembayarannya sama-sama ditangguhkan
yang tujuan transaksinya bukan untuk memiliki emas, melainkan untuk mengambil
keuntungan dari pergerakan harga emas pada masa mendatang. Celakanya lagi,
harga emas tunai yang tujuannya untuk memiliki emas ikut terpengaruh.
Hari Rabu, 6 Rajab 1278 M, Imam Nawawi wafat dengan
meninggalkan karya- karya fenomenal, termasuk kitab Riyadus Shalihinyang sangat
populer di Indonesia. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar