|
SUARA KARYA, 03 Juni 2013
Sampai saat ini, lebih dari 50
persen pengeluaran masyarakat Indonesia diperuntukkan bagi belanja makanan.
Porsi terbesar adalah untuk padi-padian yang berada di sekitar, sedikit di
bawah 10 persen dari seluruh pengeluaran. Berdasarkan hal itu, mudah dipahami
bahwa gejolak harga bahan makanan masih sangat memengaruhi tingkat
kesejahteraan dan ketenangan masyarakat Indonesia.
Kenaikan harga bahan makanan yang
tidak terkendali belakangan ini tampaknya mengharuskan semua pihak terkait
untuk melakukan evaluasi perihal "ketahanan pangan". Ke arah mana
ketahanan pangan akan dibawa perlu dirumuskan dengan jelas. Pemahaman yang sama
akan hal tersebut pada seluruh kementerian merupakan suatu prasyarat sebelum
suatu tindakan diimplementasikan.
Seiring dengan hal itu, tampaknya
penciptaan built in control melalui
pelibatan berbagai kementerian yang menuntut dilaksanakannya koordinasi sudah
saatnya dipreteli dengan cara memberi mono-otoritas secara terbuka kepada
kementerian tertentu. Apabila penanggung jawab di kementerian yang bersangkutan
ternyata tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka mereka harus
digeser dari tanggung jawab itu.
Menciptakan ketahanan pangan
adalah suatu pekerjaan mulia yang perlu dilakukan di Indonesia. Namun, perlu
dihayati bahwa pekerjaan itu akan membuahkan hasil yang diinginkan manakala
pada tingkat pertama diketahui dan dipahami perilaku dari para produsen pangan,
para unit usaha yang terlibat mulai dari kegiatan produksi sampai dengan
pemasaran ke konsumen. Dengan memahami hal itu, maka akan dapat ditentukan
pendekatan-pendekatan yang dibutuhkan, misalnya untuk meningkatkan produksi dan
atau meningkatkan nilai tambah.
Kenaikan harga bawang lebih dari
200 persen dari harga normal, belum lama ini, telah berakibat terjadinya
kesulitan bagi masyarakat untuk menyesuaikan anggaran (bujet) keluarganya. Di tengah kesulitan itu, mereka akan dengan
mudah mengumpat pemerintah atau aparatnya yang tidak melakukan tugas dengan
seharusnya.
Pernyataan-pernyataan membela
petani, kaum miskin, dan mereka yang tertinggal dengan mudah diucapkan oleh
para pejabat di negeri ini. Tetapi, bagaimana rencana harus dilakukan, tindakan
harus diterapkan, serta kapan bertindak agar rencana dapat direalisasi dengan
baik, masih jauh dari harapan.
Dari kenaikan harga daging sapi
yang terjadi beberapa bulan belakangan ini sangat jelas bahwa kementerian terkait
tidak memahami secara menyeluruh perilaku dan penyebaran peternak sapi di
Indonesia sehingga akibatnya menjadi fatal.
Di berbagai negara, kesalahan
seperti itu sudah lumrah ditebus dengan pengunduran diri dari menteri yang
bertanggung jawab. Tetapi, di Indonesia lain. Walaupun secara terbuka Presiden
RI menyatakan kritikannya, tetapi menteri yang bersangkutan seperti merasa
tidak terjadi sesuatu seperti sikap yang ditunjukkan oleh para
bawahannya. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar