|
SUARA KARYA, 22 Mei 2013
Medio Maret 2013, sejurus Agus D
Martowardojo diajukan sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia (BI),
seorang konglomerat yang sangat dekat dengan Istana membisikkan kepada saya
bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyiapkan Chatib Basri sebagai
Menteri Keuangan.
Saya bisa memahami alasan SBY
memilih sosok generasi baru kaum Mafia Berkeley. Lebih kurang ada tujuh alasan
mengapa Chatib Basri terpilih menjadi Menkeu.
Pertama, sejak pemerintahan
Presiden Megawati Soekarnoputri, Chatib Basri menunjukkan keberpihakannya
kepada liberalisasi sektor keuangan. Dalam debat tentang divestasi PT Indosat,
Chatib Basri yang akrab dipanggil Dede mengatakan, "Kantongi nasionalismemu."
Setelah UU No 20 Tahun 2002
tentang Ketenagalistrikan dibatalkan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 15 Desember
2004, kredibilitas Pemerintah RI merasa terganggu di mata investor asing dan
negara-negara OECD. Pemerintah juga cemas karena UU No 22 Tahun 2001 tentang
Migas pun sedang dimohonkan pembatalannya di MK.
Ketua MK (waktu itu) Jimly
Asshiddiqie menyatakan Rizal Mallarangeng, Moh Ikhsan, dan Chatib Basri sudah
melobi dirinya agar UU Migas tidak bernasib seperti UU Ketenagalistrikan.
Alasan kedua, Chatib Basri
lagi-lagi menunjukkan sikap keberpihakannya ke liberalisasi perekonomian.
Alasan ketiga adalah bagaimana Chatib Basri menyetujui argumen Bank Dunia bahwa
subsidi BBM adalah sasaran, tanpa lebih dulu mempermasalahkan status komoditas
sektor energi dan pengertian subsidi pada hajat hidup orang banyak.
Keempat, mengenai UU No 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pada November 2007, MK menyidangkan gugatan
pembatalan UU Penanaman Modal. Sebagai saksi ahli dari pemerintah, Chatib dan
Faisal berargumen bahwa perbaikan UU Penanaman Modal dibutuhkan karena
ditujukan untuk membuka lapangan kerja. Dengan menggunakan data Kementerian
Koperasi dan UMKM, saya membuktikan sebaliknya. Yakni, pada 2005-2007 UMKM
menyerap lapangan kerja sebesar 97,1 - 97,2 persen dengan sumbangan pada
pertumbuhan ekonomi mencapai 54-56 persen.
Kelima, pada Januari 2010 saat
menjadi narasumber pada Pansus Bank Century, Chatib Basri dengan tegas membela
kebijakan yang terindikasi memenuhi unsur pidana. Padahal, kasus Bank Century
terjadi akibat lemahnya pengawasan perbankan serta kebijakan yang melanggar
asas kehati-kehatian dan kepatuhan perbankan sehingga memenuhi unsur pidana.
Keenam, beberapa saat setelah
ditetapkan sebagai Menkeu, Voice of
America mewawancarai saya. Saya bilang, jika mencontoh Obama memilih
Timothy Geithner atau Jack Lew sebagai Menteri Keuangan, maka sikap SBY
bertentangan dengan Obama dalam melindungi kepentingan negaranya pada
"peperangan" ekonomi dengan RRC dan musuh-musuh potensial lainnya.
Ketujuh, Dede dikenal hangat
dengan PT Astra International, PT Indika Energy, bahkan dengan kelompok Bakrie.
Selain sejumlah alokasi anggaran belanja akan mulus dalam rangka Pemilu 2014,
divestasi 7 persen Newmount, proyek Jembatan Selat Sunda, dan redenominasi pun
akan lancar. Soal anggaran berbasis konstitusi, emang gue pikirin. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar