TAHUN 2013 adalah tahun tantangan bagi perekonomian
Indonesia. Dalam suasana politik yang menghangat karena menjelang pemilu,
kita dihadapkan pada kondisi ekonomi dunia yang belum kondusif. Ekonomi
Amerika Serikat, meski terlihat membaik, masih berjalan lambat dan belum
menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Sementara itu, ekonomi Jepang dan Tiongkok masih
mengalami penyesuaian domestik, yang berpengaruh pada melambatnya ekonomi
mereka. Hal tersebut dikhawatirkan berdampak pada masih lemahnya
pertumbuhan ekonomi dunia.
Di sisi lain, perekonomian domestik juga menghadapi
tantangan, salah satunya adalah terjadinya defisit transaksi berjalan. Kita
mengalami defisit transaksi berjalan USD 24 miliar, terutama karena
meningkatnya defisit neraca perdagangan migas, sementara surplus neraca
perdagangan nonmigas menurun.
Apa yang bisa kita lakukan? Tentu, harapan kita adalah
pertumbuhan ekonomi dunia dapat membaik lebih dari perkiraan. Ekonomi
Tiongkok diharapkan tetap menjaga momentum pertumbuhannya sehingga masih
dapat mendorong kuantitas permintaan dan harga produk-produk primer kita.
Di sisi domestik, kita juga memiliki modal berupa tumbuh
stabilnya perekonomian Indonesia sebesar 6,23 persen pada 2012. Pertumbuhan
itu didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Memasuki triwulan
pertama 2013, faktor-faktor pendorong pertumbuhan tersebut masih akan
dominan.
Perekonomian masih dapat tumbuh mencapai 6,2 persen dan
untuk keseluruhan 2013 bisa 6,3-6,8 persen.
Namun, risiko pelemahan ekonomi bisa terjadi apabila
berbagai asumsi di atas tidak berjalan dengan baik. Tekanan di sisi neraca
transaksi berjalan, dan juga risiko pelemahan nilai tukar rupiah, menjadi
masalah yang perlu dicermati.
Optimalisasi Wilayah
Ekonomi Indonesia memiliki kekuatan yang dapat menjadi
motor penggerak dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Kekuatan tersebut
terletak pada potensi yang besar di ekonomi daerah atau wilayah. Oleh
karena itu, salah satu upaya penting yang perlu kita lakukan bersama adalah
terus-menerus melakukan optimalisasi terhadap potensi wilayah.
Kita menyadari, sumber pertumbuhan ekonomi masih berpusat
di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Upaya untuk meningkatkan inter island connectivity (keterhubungan antarpulau) dan produksi,
serta transfer antarwilayah nusantara, perlu digiatkan demi menciptakan spillover effect (efek
melimpah, Red) ke seluruh Indonesia.
Bank Indonesia (BI) memiliki kajian mengenai perekonomian
regional yang memuat analisis potensi ekonomi seluruh Indonesia.
Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa potensi kegiatan ekonomi di berbagai
daerah tanah air mulai meningkat.
Di sisi permintaan domestik, perekonomian daerah masih
memiliki potensi kuat yang akan berdampak positif bagi kinerja sektor utama
daerah sehingga secara keseluruhan dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Sementara itu, di sisi investasi, investor asing
-khususnya Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan- mulai menyasar wilayah
selain Jakarta dan sekitarnya. Beberapa investor terus melebarkan sayap
investasinya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk wilayah timur
Indonesia.
Hal tersebut dapat terindikasi dari tumbuh positifnya
transaksi modal dan finansial pada triwulan keempat 2012. Surplus yang
mencapai USD 11,4 miliar, hampir dua kali lipat dari surplus USD 6,0 miliar
pada triwulan sebelumnya, selain bersumber dari arus masuk investasi
portofolio, berasal dari terus meningkatnya investasi langsung asing (PMA)
ke seluruh wilayah Indonesia. Apabila ditangani secara baik, peningkatan
investasi tersebut juga akan menopang pertumbuhan ekonomi dan memperluas
lapangan kerja.
Selain kuatnya konsumsi dan investasi, kunci lain bagi
pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perbankan. Tahun 2012, industri
perbankan Indonesia mencatat pertumbuhan laba yang signifikan. Selain itu,
eksposur perbankan Indonesia ke segmen kredit UMKM juga terus meningkat.
Kita berharap, tren ini terus terjadi pada 2013.
BI berupaya terus mendorong bank-bank untuk menyalurkan
kredit ke segmen UMKM hingga 20 persen. Penyaluran kredit perbankan yang
masih tumbuh cukup tinggi di daerah, khususnya ke sektor UMKM, dapat
berkontribusi pada kuatnya pertumbuhan ekonomi.
Tahun 2013 akan menjadi tahun yang penuh tantangan.
Kemampuan kita untuk melewatinya dengan baik menjadi modal dalam memasuki
2014, yang akan menjadi tahun politik sesungguhnya bagi Indonesia.
Masih lemahnya permintaan dunia diperkirakan menahan
akselerasi kinerja ekspor kita. Sementara itu, tantangan lain di sisi
domestik -antara lain terkait dengan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL),
gas/LPG, dan upah minimum provinsi (UMP)- berpotensi menimbulkan
ketidakpastian usaha dan inflasi, meskipun di sisi lain dapat memberikan
jaminan yang lebih baik bagi kesejahteraan buruh.
Tantangan lain bagi ekonomi daerah adalah berlakunya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, yang akan melahirkan persaingan
pusat pertumbuhan baru di daerah. Oleh karena itu, langkah antisipasi
dengan mempersiapkan sumber daya manusia, memperluas keterkaitan
antarwilayah, infrastruktur, pemerataan, dan menjaga kestabilan harga
menjadi tugas berat yang perlu diwujudkan bersama.
Meski akan ada hajat politik, jangan lupa elemen bangsa
saat ini menyatukan pikiran dan tenaga untuk mengatasi bersama tantangan
ekonomi Indonesia 2013. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar