Indonesia
tampil dalam Cruise Shipping Miami
(CSM) - Conference and Exhibition
pada 11-14 Maret di Miami Beach, Florida, Amerika Serikat (AS).
Delegasi
Indonesia dipimpin Rizki Handayani Mustafa, Direktur Promosi Konvensi,
Insentif, Event, dan Minat Khusus, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, dengan anggota antara lain Kementerian Perhubungan, Pelindo,
Pelni, Pertamina, dan sejumlah pengusaha bidang wisata kapal pesiar.
Kehadiran Indonesia di CSM bukan yang pertama. Tahuntahun sebelumnya
Indonesia juga mempromosikan wisata kapal pesiar Indonesia di event akbar
wisata dunia ini. Pada 2012 delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu. Sementara
sebelumnya Dirjen Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar.
Strategis
Kehadiran
Indonesia di CSM sangat penting, tepat, dan strategis mengingat potensi
wisata kapal pesiar Indonesia begitu besar, terutama karena Indonesia
negara maritim, negara kepulauan terbesar di dunia. Sementara CSM
mempunyai andil besar dalam koneksi pasar, promosi, kemajuan, dan
perkembangan wisata kapal pesiar dunia, tidak hanya di Amerika, juga
Eropa, Asia, dan Australia.
Sebagian
besar peserta CSM berdatangan dari kawasan tersebut. Di CSM berjejer
penjual agresif dan “berkeliaran” pembeli potensial. CSM salah satu
pameran dan konferensi terbesar bagi promosi wisata kapal pesiar (cruise)
dunia, diikuti 123 negara dengan sekitar 10.000 peserta. Masingmasing
peserta mendirikan paviliun di mana mereka berpromosi sekaligus
menampilkan seni dan budaya. Sektor industri wisata yang hadir meliputi
trade show dengan fokus tujuan wisata, peralatan kapal, teknologi
informasi dan hiburan, desain, perbaikan, pelayanan kapal, hotel, serta
makanan dan minuman.
Diselenggarakan
juga World Cruise Tourism Summit dan diskusi dengan menampilkan ahli dan
mentor pariwisata dunia. Di forum ini dibahas peluang, prospek,
tantangan, persoalan, dan solusi yang menyangkut wisata kapal pesiar
dunia. Itulah gambaran kenapa Indonesia penting hadir dan mengikuti semua
agendanya. Tragedi kapal pesiar mewah dan modern Costa Concordia dan
Carnival Triumph beberapa waktu lalu terlihat tidak memengaruhi CSM.
Sebagai
diketahui, Costa Concordia menabrak batu lalu terguling di lepas pantai
Giglio, Italia, sementara Carnival Triumph mati mesin di Teluk Meksiko,
lepas pantai selatan AS yang mengakibatkan ribuan wisatawan
terkatungkatung puluhan jam tanpa makan-minum dan sistem bersih diri
memadai.
Meningkat
Perkembangan
wisata kapal pesiar di Indonesia tercatat terus meningkat dari tahun ke
tahun. Jumlah kunjungan wisatawan kapal pesiar dunia ke Indonesia naik
dari 68.500 pada 2009 menjadi 113.000 pada 2010 dengan tujuan utama Bali
(40%), Lombok (40%), Komodo, dan Tanjung Emas. Sementara pada 2016
diperkirakan 500.000.
Memang belum
seperti di negara-negara kawasan Karibia yang sangat ramai dikunjungi
wisatawan kapal pesiar. Virgin Islands misalnya, jumlah kunjungan wisatawan
kapal pesiar di sana lebih 2 juta setahun, sementara jumlah penduduknya
hanya 100.000. Padahal negara ini hanya mengandalkan pulau, pantai, dan
barang-barang impor yang dijual kepada wisatawan. Tidak ada ragam seni
dan budaya seperti Indonesia miliki. Dampak ekonomi wisata kapal pesiar
bagi Indonesia sangat signifikan dan kontribusinya ke daerah-daerah yang
disinggahi cukup besar pula.
Pada 2010
Indonesia memperoleh USD8,7 juta dari wisata pesiar, berasal dari 190
kapal yang membawa 94.372 wisatawan. Namun, dibandingkan dengan
Australia, angka tersebut sangat kecil. Pada 2008-2009 Australia mendapat
keuntungan USD430 juta dari 521 kunjungan kapal dengan 863.000 penumpang.
Pada 2013 ini diperkirakan 305 kapal pesiar akan mengunjungi Indonesia.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Kementerian
Perhubungan sedang menyiapkan sedikitnya 10 pelabuhan sebagai pintu masuk
kapal pesiar. Apa artinya? Wisata kapal pesiar Indonesia akan tumbuh
pesat pada tahun-tahun mendatang.
Dampak
ekonominya akan kian terasa pula terutama bagi masyarakat di daerah
tujuan singgah kapal. Wisata kapal pesiar dunia terus berkembang dari
tahun ke tahun sehingga menjadi penting ditangkap bagi industri wisata
berbagai negara dunia. Pada 1990 wisatawan kapal pesiar dunia hanya 5
juta, 2009 menjadi 13juta, 2010naiklagi 15juta, dan pada 2015
di-perkirakan 24 juta. Indonesia tentu harus jeli melihat dan menangkap
perkembangan ini. Pem-buatan kapal pesiar juga berkembang pesat. Pada
2000-an lebih 100 kapal pesiar dibuat. Sementara pada 1980-1990-an hanya
40.
Tantangan
Prospek
wisata kapal pesiar Indonesia sangat bagus di atas kertas. Cantik dalam
visual. Bangga kita mempromosikannya di luar negeri. Namun, wisata kapal
pesiar Indonesia bukan tanpa tantangan, baik karena alam maupun manusia.
Belum lagi bicara persaingan dengan negara-negara tetangga. Terkait
faktor alam, banyak pelabuhan di Indonesia yang tidak mampu menampung
kapal-kapal pesiar berukuran besar seperti Royal Caribbean karena
pelabuhan dangkal.
Kapal-kapal
besar terpaksa lepas jangkar di luar pelabuhan yang membuat mobilitas
wisatawan ke darat tidak efisien karena harus diangkut bolak-balik dengan
kapal kecil yang tentu memerlukan waktu lama. Konsultan wisata kapal
pesiar, Hugues Lamy, mengatakan tidak ada satu pun pelabuhan di Indonesia
yang bisa menerima kapal-kapal besar mewah. Indonesia kalah dari Turki
yang sama-sama memulai pengembangan wisata kapal pesiar.
Sebetulnya
ini cerita lama yang selalu muncul dalam setiap pembicaraan dengan
pengelola wisata kapal pesiar luar negeri, termasuk di CSM 2013 baru-baru
ini. Ada kemajuan, namun tidak seimbang dengan tingginya minat dan
permintaan masuk kapal pesiar asing ke Indonesia. Ada sesuatu yang urgen
kita selesaikan di dalam negeri, bersama-sama. Sementara faktor manusia,
banyak wisatawan mengeluh karena lamanya proses keimigrasian di pelabuhan
yang dituju. Bahkan berjam-jam lamanya mereka harus menunggu.
Padahal waktu
wisatawan berada di darat atau tujuan wisata sangat singkat, biasanya
hanya satu hari, tiba pagi dan bertolak sore. Kejadian seperti ini
mestinya tidak boleh lagi di negara kita. Kita tahu, Indonesia punya
sumber daya manusia yang bagus. Pendidikan pejabat dan staf kita di
lapangan juga bagus. Perkembangan perangkat teknologi di Indonesia tidak
kalah dibandingkan dengan negara maju. Indonesia bahkan termasuk salah
satu pengguna teknologi dan internet terbesar di dunia. Kenapa tidak kita
gunakan potensi itu dengan baik untuk melayani wisatawan kapal pesiar ke
Indonesia agar lebih cepat, praktis, dan efisien.
Apabila kita
hanya berputarputar di tempat atau bergerak merangkak mengurusi masalah
yang hampir sama setiap tahun, tentu sulit kita berharap wisata kapal
pesiar Indonesia akan cepat maju. Tentu tidak mencapai target-target
kunjungan yang diprediksi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sementara
potensi wisata kapal pesiar kita terhampar luas dan pada saat yang sama
negara-negara tetangga terutama Singapura, Malaysia, dan Thailand terus
melesat. Untuk kita renungkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar