Minggu lalu sebuah berita menarik muncul di
media, yaitu rencana masuknya Aeon, perusahaan ritel dari Jepang, ke
Indonesia.
Dalam rencana mereka, Aeon akan membuat sebuah mal. Untuk yang pertama,
rencananya mereka akan membuat mal yang cukup besar di wilayah pinggiran
Jakarta. Setelah itu mereka juga akan membuat jaringan toko minimarket di
Indonesia. Rencana jangka panjangnya,mereka akan membuat jaringan yang luas
di Indonesia. Berita itu menunjukkan betapa besar potensi Indonesia dari
sisi pengembangan bisnis ritel.
Berbagai nama internasional banyak tersebar di negara kita seperti Giant,
Hypermart, Carrefour, Lotte, Parkson. Nama-nama tersebut seakan berlomba-lomba
masuk ke Indonesia karena prospek yang mereka pandang sangat bagus dalam
beberapa tahun ke depan. Pada waktu Lotte masuk ke Indonesia, mereka
memulainya dengan mengakuisisi jaringan toko grosir Makro yang pada waktu
itu tampak seperti kepayahan melawan pesaing mereka yang sangat kuat, yaitu
Carrefour.
Untuk jaringan minimarket, perkembangannya juga luar biasa menarik. Dewasa
ini terjadi kompetisi yang tajam antara dua raksasa, yaitu Indomaret dan
Alfamart. Indomaret memulai bisnis minimarket tersebut lebih awal
dibandingkan dengan Alfamart. Namun perkembangan yang terjadi telah
menghasilkan jaringan yang relatif sama kuat di antara kedua raksasa
tersebut. Jika catatan saya tidak salah, Indomaret memiliki jumlah toko
yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan Alfamart, sedangkan Alfamart
memiliki total omzet lebih besar dibandingkan dengan Indomaret.
Ini berarti rata-rata omzet per toko dari Alfamart lebih tinggi dibandingkan
dengan Indomaret. Sangat mungkin masing-masing dewasa ini sudah memiliki
jumlah toko sekitar 7.000 buah di seluruh Indonesia dan setiap kali
ditanyakan kepada mereka jumlah tokonya, jawaban secara bergurau adalah, “Hari ini jam berapa?” Sebab setiap
hari dua atau tiga toko baru dibuka. Ini berarti jumlah toko mereka di pagi
hari tentu berbeda dengan di malam hari. Dalam persaingan yang sedemikian
ketat tersebut, ternyata tetap ada peluang bagi munculnya pihak ketiga.
7 Eleven, misalnya, berhasil menarik minat pembeli dengan konsep mereka
yang baru dan berbeda dengan Indomaret dan Alfamart. Kehadiran 7 Eleven
dengan konsep barunya tersebut akhirnya diikuti juga oleh jaringan Lawson
dari grup Alfamart. Perkembangan ini memberikan gambaran tetap adanya
peluang-peluang baru jika kita mau melihatnya lebih dalam. Barangkali
kondisi demikianlah yang akhirnya memancing Aeon untuk memasuki Indonesia.
Sebagaimana diketahui, bisnis Jepang di Indonesia berkembang sedemikian
cepat dewasa ini. Dalam sektor industri manufaktur, kita melihat ekspansi
yang dilakukan terus-menerus dari berbagai perusahaan seperti Toyota,
Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Honda, Suzuki. Banyak perusahaan tersebut
berdiri pada awal era Orde Baru. Namun perkembangan yang terakhir menunjukkan
kemajuan yang luar biasa.
Dalam industri automotif ini selain perusahaan mobil yang besar, banyak
juga perusahaan pembuat komponen yang ikut merasakan panen yang luar biasa
sehingga juga berkembang secara cepat. Salah satu perusahaan pembuat
komponen automotif yang saya kunjungi di daerah, M 2000, baru saja selesai
membangun pabrik yang kedua. Bahkan sebelum pabrik kedua selesai, mereka
sudah mulai lagi membangun pabrik yang ketiga karena permintaan yang deras
mengalir bagi produk mereka.
Pada awal Orde Baru tersebut juga banyak bermunculan industri tekstil yang
dimiliki pengusaha mancanegara. Meski demikian dalam perkembangan terakhir
ternyata mulai banyak perusahaan tekstil yang mulai beralih tangan kepada
pengusaha Indonesia karena mengalami kerugian. Namun hebatnya di tangan
pengusaha Indonesia, hanya dalam hitungan waktu yang pendek, bisnis
industri tekstil eks Jepang tersebut berubah menjadi menguntungkan.
Di Indonesia pada awal Orde Baru juga banyak bermunculan bank-bank dari Jepang.
Bank-bankJepang yang mengalami perkembangan pesat di masa itu ternyata
mengalami perkembangan relatif lambat dewasa ini dibandingkan dengan
bank-bank nasional maupun bank yang dimiliki pihak asing lainnya. Melihat
perkembangan tersebut, masuknya Aeon ke Indonesia jelas suatu perkembangan
menarik.
Dengan banyaknya bisnis Jepang di Indonesia, potensi bisnis ritel dengan
nasabah inti komunitas Jepang di sini tentunya suatu hal yang cukup
menjanjikan. Apakah dengan munculnya Aeon di Indonesia akan terjadi
fenomena berkuasanya pihak asing di Indonesia? Berdasarkan pengalaman yang
masih terus terbukti kebenarannya, kita sangat sering menganggap enteng (underestimate) kemampuan pengusaha
Indonesia.
Pada saat awal Orde Baru banyak sekali PMA di bidang farmasi di Indonesia
sehingga saat itu seakan industri farmasi kita didominasi pengusaha
asing.Ternyata pengusaha nasional kita secara bertahap mampu membalikkan
dominasi tersebut. Industri tekstil yang beralih dari Jepang ke Indonesia
sebagaimana saya ceritakan tersebut saat ini sungguh terjadi di mana
pengusaha nasional mampu untuk berkembang lebih cepat dan mendominasi
industri tersebut.
Di perbankan, di mana orang banyak mengeluhkan dominasi pemodal asing, saya
yakin industri perbankan nasional kita akan mampu membalikkan keadaan
tersebut. Karena itu bagi saya, masuknya Aeon ke Indonesia merupakan suatu
hal yang patut diapresiasi. Masuknya Aeon akan “memperkaya” ragam usaha
ritel di Indonesia.
Akuisisi yang dilakukan Chaerul Tandjung terhadap Carrefour pada akhirnya
memberikan bukti kepada kita bahwa kita tidak perlu takut secara berlebihan
atas masuknya bisnis ini ke negara kita. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar