REFLEKSI HARI
IBU
Ibu dan
Problem Dapur Keluarga
Siti Muyassarotul Hafidzoh ; Ibu Rumah Tangga,
Peneliti pada Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
|
SUARA
KARYA, 21 Desember 2012
Ibu
adalah seorang pengelola dapur keluarga. Bukan saja dapur (masak) untuk makan
semata, melainkan dapur kehidupan. Tanggung jawab ini tidak mudah, karena
dapur kehidupan meliputi beragam persoalan, terlebih persoalan akhlak. Di
tangan ibu, dipertaruhkan akhlak anak-anaknya. Kalau akhlaknya buruk, maka
sang ibu adalah orang pertama yang sangat bersedih. Kalau akhlaknya mulia,
maka seorang ibu juga yang menjadi pertama untuk bangga dan bahagia.
Sayangnya,
seringkali dapur keluarga hanya dimaknai sekedar dapur makan semata. Maka,
ketika harga sembako naik, para ibu menjerit. Tentu saja di tengah krisis tak
menentu, kaum ibu dihadapkan pada beragam dilema masalah dapur keluarganya.
Ini belum lagi ditambah dengan persoalan keuangan yang dialokasikan untuk
pendidikan dan keperluan sosial.
Dalam
konteks inilah, ibu sebagai penjaga gawang dapur rumah tangga mesti
berefleksi, berfikir dan bergerak. Refleksi Hari Ibu sangat tepat menjadi
momentum gerakan ibu untuk terus menjawab setiap problem dari dapur perempuan
di Indonesia. Iya, memang seorang ibu tidak bisa lepas dari kegiatan di
dapur. Memikirkan makanan apa yang akan disajikan kepada suami dan
anak-anaknya adalah tugas penting baginya. Layaknya kementerian yang sekarang
sedang merencanakan untuk penghematan anggaran belanja, perempuan rumah
tangga pun demikian ingin selalu menggunakan anggaran belanja rumah tangga
sehemat mungkin dengan kualitas sebaik mungkin.
Di
sinilah seorang perempuan rumah tangga harus sigap dan tanggap dalam
menghadapi permasalah yang cukup rumit. Masalah negara menjadi masalah
keluarga. Siapa yang bertangggung jawab?
Menunggu
belas kasihan pemerintah seperti menunggu hujan di musim kemarau. Sangat
menyisakan penyesalan jika perempuan rumah tangga tidak bergerak sendiri dan
berpikir yang lebih realitis tanpa ada rasa harap belas kasihan pemerintah.
Mereka hanya tahu bahwa rakyatnya miskin, mereka tidak tahu bahwa karena
merekalah rakyat menjadi miskin.
Perlu
Kreatif
Mari
kerahkan segala pikiran dan gerakkan segala kekuatan untuk mencoba keluar
dari permasalahan yang pelik ini. Seorang ibu yang memiliki inisiatif untuk
maju hingga mampu keluar dari krisis yang mencekik kehidupan keluarga
kecilnya adalah perempuan yang tangguh. Walaupun harga kebutuhan hidup naik
dan penghasilan suami tidak naik, namun tidak hilang kesadaran untuk
menggunakan kreativitas sebagai jalan keluar dari krisis ini. Ketika asap
dapur rumah tangganya berkurang maka carilah 'api kreativitas' untuk
menghidupkan kompor dapur rumah tangga dengan cara-cara tertentu.
Pertama,
jangan hanya menggantungkan kebutuhan pokok rumah tangga pada penghasilan
suami. Sebagai seorang perempuan super, maka kreativitas seperti mencari
penghasilan tambahan pun akan sangat bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga.
Perempuan yang tidak hanya di rumah dan tak selalu bergantung pada pekerjaan
suami adalah perempuan yang berdaya. Ketangkasan untuk ikut berperan dalam
mengais rizki akan sangat membantu perjuangan suami.
Kedua,
tidak hanya mengeluh dan putus asa dengan keadaan yang ada. Pe-rempuan rumah
tangga yang tidak mampu atau tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu
perekonomian suami sebaiknya tidak suka mengeluh dengan keadaan. Keluhan yang
selalu dielukan seorang istri pada suaminya akan memperburuk keadaan. Suami
akan merasa kesal dengan keluhan istri, dan ia akan menganggap istrinya tidak
membantu hanya bisa mengeluh. Semua akan berujung pada keputus-asaan.
Sehingga, dampak dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) seakan mencekik leher
kehidupan keluarganya.
Ketiga,
selalu optimis dan memberi semangat kepada suami. Perasaan optimis yang
tertanam dalam diri seseorang perempuan akan menghasilkan energi positif,
baik dalam diri sang suami maupun dirinya sendiri. Perempuan yang berjiwa
optimis dan penuh semangat pantang menyerah dengan keadaan, perempuan ini
akan selalu menemukan inovasi-inovasi baru untuk mewarnai kehidupannya.
Bahkan, ketika di tengah krisis yang melanda pun, ia akan tetap tegar dan
tangguh menghadapinya. Perempuan macam ini akan memunculkan gerakan yang luar
biasa untuk bisa berdaya dan berkarya.
Ketiga
solusi tersebut adalah hanya sebagian yang bisa diingat secara mudah oleh
kaum perempuan. Bahwa, dengan kreativitas, kesabaran dan rasa optimis yang
tinggi akan memberikan ketenangan rumah tangga walaupun sedang diterpa badai
krisis.
Kenaikan
harga kebutuhan pokok tak perlu dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan bagi
perempuan rumah tangga yang tangguh, sabar dan mandiri. Namun, justru harus
menjadi sesuatu yang mampu menumbuhkan potensi kreativitasnya sebagai manajer
keuangan rumah tangga yang handal. Segala sesuatu akan menjadi mudah di
tangan perempuan yang cerdas dan berdaya pikir kuat. Ingat, menunggu belas
kasihan pemerintah hanyalah bayangan belaka.
Dengan
demikian, ketika perempuan Indonesia memiliki kekuatan dalam mempertahankan
keadaan keluarganya dengan baik maka generasi yang akan terlahir pun akan
menjadi generasi yang tangguh, yang tak lekang diterpa badai. Dari dapurlah
awal kehidupan keluarga, dari makanan yang dimasak oleh tangan seorang perempuan
inilah yang akan menumbuhkan generasi yang sehat jasmani dan rohani.
Selamat berjuang wahai
kaum ibu Indonesia. Kerahkan pikiran dan gerakanmu untuk generasi berikutnya.
Selamat Hari Ibu! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar