Kamis, 22 November 2012

AS dan Minyak Irak yang Berlimpah


AS dan Minyak Irak yang Berlimpah
Aco Manafe ;  Pernah bertugas di Irak dan Timur Tengah
SINAR HARAPAN, 20 November 2012


Ketika pasukan Amerika menyerbu Irak pada Maret 2003 untuk meredam                           otoriternya Saddam Hussein atas permintaan oposisi, beredar pendapat bahwa AS juga ingin menguasai minyak Irak.

Mengenai minyak Irak dan etnis Kurdi, sebenarnya sejak era Saddam, Kurdistan mulai menggarap Ladang Tawke dan Taq-Taq berkapasitas 450.000 barel/ hari. Pada Mei 2009, Menteri SDA Ashti Hawrami menyatakan pada 2012 produksi Kurdistan 1 juta barel/hari, dari proyeksi optimal 3,5 juta barel/ hari.

Deputi PM Urusan Energi Irak Hussein Al Saristhani menyebutkan, produksi bisa 3,5 juta barel per harinya, tiga kali produksi Indonesia 1,2 juta barel/hari pada 1990-an. Para ekonom mengatakan, deposit minyak Irak 143 miliar barel yang merupakan terbesar ketiga dunia. Pada April 2012, Irak mengekspor 2,5 juta barel/hari senilai US$ 9 miliar.

Analis Peter Hitchens menyatakan, prediksi produksinya bisa mencapai 3,5 juta barel/hari. Ia berpendapat malahan produksi tahun 2017 bisa mencapai 12 juta barel per hari.

AS mempekerjakan 5.500 personel pasukan pengamanan, yakni The Oil Production Force/OPF. Biaya pembentukannya US$ 40 juta, tapi karena biaya OPF mahal maka AS mengoperasikan pasukan pengamanan pipa 7.000 km, yang merupakan target pemberontak anti-AS.

Tantangan legalitasnya, Irak tanpa UU Perminyakan sehingga provinsi perminyakan sering menolak eksplorasi arahan Bagdad. Produksi 3 juta barel/hari jelas melampaui produksi Arab Saudi. Arab Saudi memerlukan 80 tahun membenahi perminyakannya agar aman secara politik maupun ekonomi.

AS pun sulit menampik ekspor minyak Irak melalui OPEC. Dampak sanksi atas Iran bisa mendorong Syiah Irak mempersulit kondisi minyak, meskipun kalangan Kurdi mengadakan banyak kontrak dan kapasitas minyaknya kurang.

Irak terpuruk akibat konflik sektarian Sunni-Syah serta ulah minoritas Syiah pimpinan Moqtada al-Sadr. Konflik sektarian disertai serangan bom berlanjut dan sejak Juni 2012 sudah menewaskan 200-an orang.

Apakah 229.000 tentara dan polisi dapat mempertahankan pemerintahan PM Nouri al-Maliki, serta menghancurkan milisi-milisi sipil? Pendukung PM Maliki dan Partai Dawa-nya kurang berpengaruh. Dia sulit mempersatukan Syiah, terutama merangkul ISCI (Islamic Supreme Council in Iraq) pimpinan Ayatollah Abdel Azis Al-Hakim serta kelompok Moqtada al Sadr.

Moqtada al Sadr menolak tentara AS serta kurang disukai pemimpin Syiah. Dia selalu menentang pemerintah Irak dan AS.

Militan Moqtada Al Sadr bersama militan Sunni, ibarat duri dalam daging, penentang pemerintah dan Tentara AS. Serangan-serangan fatal sejak April-18 Juni 2009 dengan korban kl 500 orang terus berlanjut, yang dianggap menguji kemampuan aparat keamanan Irak menjelang eksodusnya tentara AS.

Mengurangi Intervensi

Skenario penarikan tentara AS adalah rencana bertahap hingga Desember 2010 yang berakhir pada 2011. Paradigma perdamaian Presiden Barack Obama menuntut percepatan. Jumlah pasukan AS di Irak 154.000 orang, setelah ada penambahan pada 2007.

Namun, 20.000 personel dialihkan ke Afganistan untuk menyangga pasukan NATO dalam menghadapi terorisme Taliban dan Al-Qaeda. Tentara AS mengosongkan Bagdad, Najaf, Basra, Kirkuk, Mosul, Irbil, Fallujah, Tikrit, dan kota-kota provinsi menuju pangkalan-pangkalan militer dan pedesaan. Pengamanan dikendalikan Tentara Nasional dan Kepolisian Irak.

Diharapkan perekrutan AS dan Inggris dapat mengemban keamanan, setelah pasukan AS dan koalisinya mundur.

Apakah dampak penarikan pasukan penyangga keamanan sejak invasi 20 Maret 2003? Pertanyaan ini mengusik rakyat Irak dan Amerika, khususnya keluarga yang tewas atau terluka. Faksi-faksi Sunni- Syiah merasa kehadiran pasukan asing mengurangi prestis nasional yang harus dihentikan.

Tentara dan polisi Irak mampu menjaga keamanan negerinya. Tercatat 4.300 pasukan AS tewas, selain pasukan Inggris di front Basra, Najaf, dan Kadisya. Puluhan ribu warga sipil tewas, serta 2 juta orang mengungsi.

Penarikan pasukan diputuskan Presiden Bush karena biayanya besar dab dikritik dunia Arab serta masyarakat dalam negeri dan mengancam integritas tentara AS. Terlebih 20.000 tentara Amerika juga memerangi terorisme Taliban dan Al-Qaeda di Afganistan.

Percepatan penarikan memenuhi kebijakan Presiden Obama demi perdamaian, mengurangi kritik dunia Arab, termasuk meredam protes di AS. Biaya tentara AS di Irak selain rekonstruksi Irak senilai US$ 7,5 miliar. Bila dana harian seorang Tentara AS US$ 100, berarti 154.000 personel memerlukan US$ 15,4 juta/hari.

Dalam sebulan, Pentagon-Markas Besar AB mengeluarkan US$ 462 juta dan setahun US$ 5,554 miliar. Selama tujuh tahun AS mengeluarkan US$ kl 39 miliar, selain mesin perang, pembuatan pangkalan, dan biaya operasional. Inggris duluan menarik pasukannya dari 15.000 orang di Irak Selatan, menjadi 4.500 orang.

Pertengahan 2008, Panglima Pasukan AS di Irak Jenderal David Petraeous menyatakan kepada kongres dan senat bahwa keamanan Irak tergantung pada 154.000 personel. Konflik milisi Sunni dengan Syiah Irak pada 2005-2007 meninggalkan penderitaan bagi besar.

Rakyat Irak mencemaskan memburuknya keamanan apabila tentara AS pulang, meskipun AS sudah merekrut 130.000 tentara Irak, termasuk ratusan ribu polisi. Lalu benarkah praduga AS menyerang bermotivasi menguasai minyak? Di masa awal Washington menetapkan tiga gubernur militer asal AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar