ARAH BARU
PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
Arah
Baru Industri
Laporan Diskusi Panel
Ekonomi KOMPAS
KOMPAS,
10 Juli 2012
Dalam sebuah diskusi, Prof
Emil Salim kembali mengingatkan kalangan industri bahwa mereka mendapatkan
udara dan kadang air secara gratis. Tidak sedikit juga industri yang membuang
limbah secara gratis. Peringatan ini mengingatkan kembali perlunya memasukkan
isu lingkungan dalam perdebatan ekonomi.
Persoalan lingkungan dan
industri makin aktual dalam konteks pertumbuhan ekonomi saat ini dan masa depan
Indonesia. Mereka yang aktif di studi pembangunan telah lama berdebat mengenai
masalah lingkungan dalam pembangunan.
Persoalan pertama adalah
cara memandang pemberian dari alam berupa udara, air, dan lain-lain untuk
kalangan industri. Aktivitas industri membutuhkan utilitas tersebut untuk
kegiatan produksinya, tetapi selama ini esensi keberadaan utilitas itu kurang
diperhatikan.
Kalangan ekonom dan aktivis
lingkungan telah lama mengusulkan valuasi penggunaan utilitas dari alam itu.
Valuasi penting karena hampir semua unsur lingkungan adalah barang nonpasar
yang tidak diperoleh dari transaksi jual beli.
Persoalan kedua yang juga
aktual adalah industri berbasis sumber daya alam yang mengekstraksi alam.
Mereka mendapatkan konsesi dengan relatif murah. Kerusakan alam dan juga
infrastruktur sebagai dampak ekstraksi itu tidak dihitung.
Maka, inilah saatnya kita
berpikir ulang mengenai arah baru industri sehingga tidak menggerus alam dan
mencemari lingkungan. Di sisi lain, industri juga harus mampu memberdayakan
masyarakat sehingga ketimpangan kesejahteraan berkurang.
Semua sepakat industri
sangat diperlukan untuk memberi nilai tambah barang dan tentu membuka lapangan
kerja. Persoalan yang perlu diperdebatkan adalah industri seperti apa yang
perlu dikembangkan.
Pilihan Teknologi
Industri yang mengeruk
sumber daya alam merupakan bukti kemunduran pengembangan industri di Tanah Air
karena sama sekali tidak mendapat sentuhan teknologi. Bila saja ada sentuhan
teknologi di industri ini, kandungannya sangat minim. Langkah ini jauh dari
harapan dan pemikiran para pendahulu Indonesia yang telah meletakkan
dasar-dasar industri dengan harapan Indonesia menjadi negara industri baru
sekelas dengan Korea Selatan, Taiwan, dan Hongkong.
Pengerukan sumber daya alam
yang berlebihan hanya membawa Indonesia ke dalam pertumbuhan ekonomi semu.
Pertumbuhan ini hanya sementara dan suatu saat bisa runtuh. Indonesia perlu
kembali mengembangkan, mulai dari industri dasar, industri yang memberi nilai
tambah, hingga industri berteknologi maju.
Kondisi industri saat ini
sarat masalah. Permasalahan pokok adalah daya saing. Pertumbuhan ekspor produk
manufaktur lebih rendah dibandingkan ekspor produk primer. Kontribusi ekspor
industri manufaktur dalam ekspor nonmigas turun dari 76 persen pada tahun 2000
menjadi 59,5 persen pada caturwulan pertama tahun ini.
Bila berbicara ekspor,
ekspor sepanjang Mei 2012 sebagaimana diungkapkan Badan Pusat Statistik
mencapai 16,72 miliar dollar AS. Angka ini turun 8,55 persen dibandingkan Mei
2011. Ekspor juga merosot pada April 2012 dibandingkan April 2011. Di sisi
lain, impor pada Mei 2012 sebaliknya meningkat 16,06 persen. Total ekspor
Januari-Mei 2012 mencapai 81,42 miliar dollar AS, tumbuh hanya 1,48 persen.
Total impor Januari-Mei 2012 mencapai 79,9 miliar dollar AS, tumbuh lebih 16,62
persen.
Untuk meningkatkan
kontribusi industri manufaktur pada ekspor nonmigas, industri yang berdaya
saing internasional makin mendesak karena kompetisi yang makin tajam, terutama
dari negara-negara seperti China, Vietnam, bahkan Banglades dan lain-lain.
Industri manufaktur perlu meningkatkan kemampuan teknologi agar efisien.
Pilihan industri perlu
diharmonisasi dengan sektor keuangan sebagai pendukung permodalan. Pilihan
industrialisasi juga harus disesuaikan dengan pasar tenaga kerja Indonesia yang
mayoritas berpendidikan tertinggi SMP. Begitu pula pilihan teknologi harus
disesuaikan dengan jenis industri, dari tepat guna hingga teknologi tinggi.
Untuk karet, misalnya, butuh
pengembangan teknologi tepat guna, mulai dari budidaya hingga menyadap getah,
sampai teknologi tinggi rekayasa genetika untuk menghasilkan karet dengan
produktivitas getah tinggi serta pemanfaatan mikroba tanah agar penyerapan hara
lebih efisien.
Jamin Keberlanjutan
Pengembangan industri tidak
hanya menjamin pertumbuhan ekonomi dengan berkelanjutan, tetapi seharusnya juga
menurunkan ekstraksi sumber daya alam dan mengompensasi tenaga kerja di
perdesaan.
Pilihan pengembangan
industri juga harus mengubah kondisi ketimpangan kesejahteraan. Rasio gini yang
tahun lalu besar 0,41 dan untuk pertama kali terjadi sepanjang sejarah
Indonesia menunjukkan membesarnya ketimpangan pembangunan, jurang antara si
kaya dan si miskin.
Pertumbuhan ekonomi bukan
untuk segelintir orang kaya. Bagaimana dengan kelompok miskin? Dari arah baru
industri inilah mereka harus mendapat hak untuk maju bersama.
Persoalan ini akan semakin
rumit ketika kita menghadapi masa depan dengan penduduk yang semakin besar.
Industri harus ikut menyelesaikan masalah kekurangan pangan, energi, dan air.
Memikirkan arah baru industri yang menggantikan pengerukan sumber daya alam,
menyelesaikan masalah sosial, dan mengantisipasi tantangan pada masa depan
tentu saja bukanlah tugas ringan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar