Bermimpi
Indonesia yang Jujur
Rumongso ; Guru SD Djama’atul Ichwan Sala, Jawa Tengah
Sumber : KOMPAS,
16 Juni 2012
Mimpi tentang Indonesia yang baru dimulai
dari lembar jawaban ujian nasional dari tingkat SD hingga SMA sederajat tahun
2012. Dalam lembar jawaban tersebut, anak-anak diminta menyalin dengan tulisan
tangan sebuah kalimat yang berbunyi, ”Saya mengerjakan ujian nasional dengan
jujur.”
Tentu dengan maksud agar kalimat tersebut
terpatri dalam hati sanubari siswa-siswi yang sedang mengerjakan soal ujian
nasional. Dengan demikian, mereka akan mengerjakan soal dengan jujur, tidak
menyontek, apalagi dengan menggunakan joki.
Ada kata bijak, verba molan scripta manent, ucapan cepat hilang, sedangkan tulisan
akan terus terpatri. Ibarat pepatah belajar di waktu kecil bagai mengukir di
atas batu, belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air.
Inilah suatu ikhtiar yang berangkat dari
kesadaran tentang betapa terpuruknya bangsa ini dan sebuah imajinasi tentang
Indonesia yang lebih baik, bermartabat. Saya menyadari bahwa hal-hal besar,
gagasan-gagasan brilian selalu dimulai dari mimpi. Maka, anak-anak kita diajak
untuk bermimpi bahwa Indonesia yang baik itu dimulai dari sikap dan tingkah
laku yang mengedepankan kejujuran.
Tentu tak ada salahnya mimpi tentang sebuah
Indonesia yang baik ini dimulai dari anak-anak. Anak-anak adalah pemilik sah
masa depan. Sebagai orang dewasa, kita tidak hendak mewariskan negeri yang
compang-camping kepada anak cucu.
Pejabat Berjanji
Pikiran jahil dan konyol pun muncul. Apakah
yang akan terjadi di Indonesia jika para pejabat melakukan hal yang sama dengan
apa yang dilakukan oleh anak-anak sewaktu mengerjakan ujian nasional itu. Para
pejabat di republik ini wajib menulis dengan tangan kalimat, ”Saya akan bekerja
untuk rakyat dengan jujur” di setiap surat yang mereka tanda tangani atau di
bawah logo jabatan kop surat.
Saya membayangkan di bawah logo surat
kepresidenan yang bergambar bintang dengan tulisan Presiden Republik Indonesia,
seorang presiden menulis tangan, ”Saya akan bekerja untuk rakyat dengan jujur.”
Atau dalam kop surat milik menteri, gubernur,
bupati/wali kota yang bergambar burung garuda. Di bawahnya mereka menulis
tangan, ”Saya akan bekerja untuk rakyat dengan jujur.”
Demikian pula para anggota DPR wajib menulis
dengan tangan kalimat tersebut di bawah logo surat mereka.
Apakah mimpi tentang Indonesia yang lebih
baik akan menjadi kenyataan? Jika hal tersebut menjadi sebuah gerakan nasional
yang nyata—antara yang mereka tulis dan yang mereka lakukan—Indonesia yang baik
bukan sebuah mimpi.
Jujur Akan Menuntun
Anak-anak diajak untuk mengatasi solusi pelik
yang menimpa bangsa Indonesia. Mereka diajak untuk mengambil bagian dengan
upaya dini bersikap jujur. Padahal, mereka adalah korban dari ketidakjujuran
orang-orang dewasa yang sedang menjabat.
Sekolah mereka reyot dan nyaris ambruk, tanpa
perpustakaan dan laboratorium. Semua akibat yang mereka terima dari sikap tidak
jujur para pejabatnya. Jika mereka sakit, orangtua mereka tidak mampu membawa
ke rumah sakit karena biaya berobat sangat mahal. Lagi-lagi ini akibat dari
pejabat yang tidak jujur.
Kejujuran dalam bersikap, bertingkah laku,
dan dalam bertindak sudah menjadi barang langka di negeri ini. Semua sudah
menjadi pembohong dan pendusta. Padahal, sifat jujur mampu membimbing orang
jauh dari hal-hal buruk.
Ketika kejujuran hilang, yang timbul adalah
kebohongan. Setiap satu kebohongan akan melahirkan dua kebohongan. Begitu
seterusnya. Kebohongan akan lahir dan lahir selagi mereka yang tidak jujur ini
bertindak. Penjara yang isinya bekas menteri, anggota DPR, dirjen, jaksa,
hakim, gubernur, atau bupati/wali kota yang masih aktif adalah indikasi bahwa
mereka tidak jujur mengemban amanah.
Anak-anak yang hidupnya jujur pasti sangat
mudah diajak jujur. Mereka ibarat kertas putih yang polos. Namun, bagaimana
jika pejabat publik yang tidak pernah jujur diajak hidup jujur? Pasti akan
menjadi beban yang berat. Bagi pendusta, bersikap jujur pasti sulitnya melebihi
memindahkan sebuah gunung.
Namun, siapakah yang mampu menjamin kelak
mereka akan terus berperilaku jujur saat hidup bermasyarakat, saat bekerja,
atau saat menjabat di tengah kondisi yang koruptif di Indonesia?
Saya bermimpi pada saat mereka tampil ke
masyarakat kelak, kondisi di Indonesia sudah keluar dari keadaan yang buruk.
Menjelma menjadi Indonesia yang bermartabat karena diisi oleh mereka yang hari
ini menulis kalimat dalam lembar jawaban ujian nasional, mereka yang jujur dan
amanah.
Semoga mimpi saya menjadi kenyataan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar