Skenario Badan Pangan
Nasional Menghadapi Kelangkaan Pangan Abdul Manan : Jurnalis Majalah Tempo |
MAJALAH TEMPO, 20
Agustus 2023
BADAN Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika sudah memberi peringatan ancaman kekeringan parah
akibat El Niño yang akan terjadi pada Agustus-September tahun ini pada akhir
tahun lalu. El Niño berupa siklus musim kering dan naiknya suhu permukaan
bumi akan mengancam produksi pangan karena mungkin mengakibatkan gagal panen.
Kelangkaan pangan biasanya akan terjadi pada tiga bulan setelah kedatangan
musim kering. Menurut Kepala Badan
Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, pemerintah sudah mengantisipasi keadaan
genting itu. Sampai Rabu, 16 Agustus lalu, Arief mengungkapkan, Perusahaan
Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) sudah memiliki stok pangan 1,3 juta ton
beras dan masih mengupayakan 700 ribu ton tambahan. "Kami bersiap-siap
ada EI Niño, Lebaran, dan pemilu," kata Arief kepada wartawan Tempo,
Abdul Manan, Iwan Kurniawan, Khairul Anam, dan Aisha Shaidra, di kantornya
pada Jumat, 18 Agustus lalu. Dalam wawancara sekitar
satu setengah jam itu, Arief mempresentasikan data kebutuhan dan produksi
sepuluh bahan pangan yang menjadi tanggung jawab Badan Pangan Nasional, dari
beras hingga telur. Dia menjelaskan apa saja yang akan dilakukan pemerintah
untuk mengurangi dampak El Niño dan mempertanyakan komitmen pemerintah daerah
dalam hal ketahanan pangan karena faktanya mereka rata-rata hanya
mengalokasikan kurang dari 1 persen anggaran untuk pangan. Apa
yang ditanyakan Presiden Joko Widodo mengenai dampak El Niño dalam rapat dua
pekan lalu? Semua. Saya kebagian
kenapa harga pangan naik, kenapa turun. Sebenarnya yang bisa menjawab siapa?
Yang memproduksi, dong. Saya cuma mengatur stok. Itu mah gampang. Impor saja
semua, pasti bisa saya penuhi, sama kayak supermarket. Tapi kan kita enggak
boleh kayak gitu. Kita punya petani, peternak. Pas harga di peternak
diperbaiki, itu pasti dampaknya ke hilir. Perkiraan
Anda, kapan jumlah produksi beras turun? Ini pola 2021 dan 2022. Apa
dampak El Niño terhadap produksi beras? Yang harus digenjot adalah
produksi. Jangan salahkan banyaknya mesin penggiling padi (RMU) pengusaha
besar. Pengusaha besar itu sekarang kapasitas mesinnya hanya menggiling 20
persen. Artinya, mereka kekurangan pasokan. Negara yang kelebihan pasokan itu
Vietnam, Kamboja, dan Thailand. Selain disimpan, bisa mereka ekspor. Tapi
jangan melompat langsung ke ekspor. Ini dulu diberesin. Stok
beras sekarang berapa? Data per 16 Agustus, stok
Bulog 1,3 juta ton dari Vietnam, Thailand, sedikit dari India, dan Pakistan. Kenapa
pasokan dari India sedikit? Tahun depan mereka ada
pemilihan umum. Produksi
beras diperkirakan berkurang 5 persen. Apakah stok Bulog memadai? Tergantung. Panen tiga
bulan ke depan kita enggak tahu. Kalau turunnya 5 persen, bisa aman. Cukup.
Surat penugasan saya ke Bulog untuk tahun lalu 500 ribu ton. Yang 2 juta ton
itu di awal tahun ini karena kami sudah tahu akan begini. Sekarang kita lihat
Agustus, September, Oktober. Di peta cuaca warnanya hitam. Hitam itu artinya
kering. Semua orang bilang produksi pangan turun. Secara global, Afrika yang
di peta berwarna hitam (sangat kering). Indonesia masih medium. Warnanya
oranye. Kondisi Agustus, September, Oktober ini dampaknya tiga bulan
kemudian. Berarti sampai Januari kita mesti siap-siap karena sekarang enggak
bisa menanam dengan bagus. Apa
yang bisa mengubah situasi ini? Pemerintah membangun
waduk, membangun irigasi, sumur bor. Infrastrukturnya disiapkan supaya
cadangan air kita kuat. Teknologi modifikasi cuaca dengan menabur garam di
udara itu mahal. Jadi, kalau kita sudah tahu polanya, kenapa masih ada orang
bilang, "Heran, ya, kenapa harga beras naik?" Kalau sudah tahu
produksi terbatas, kita harus punya cadangan pangan. Kalau produksinya
seperti sekarang, saya, misalnya, minta Bulog menyerap dari dalam negeri,
naik atau enggak harga di dalam negeri? Pasti naik. Salahkah kalau kami
mengimpor 2 juta ton untuk meningkatkan cadangan pangan Bulog? Ada
pandangan kalau ada impor berarti kinerja kementerian tidak bagus.... Bukan begitu. Swasembada
itu kalau produksinya 90 persen dari dalam negeri. Jadi, kalau kita perlu 30
juta setahun dan impornya 3 juta, sebenarnya enggak ada isu. Seperti
impor bahan bakar minyak? Kenapa impor BBM enggak
ramai? Kedelai impor segitu banyak, enggak ramai. Emang produksi kedelai kita
berapa? Produksi bawang putih kita berapa? Kenapa enggak ramai? Sebelumnya
kan ada narasi beras kita surplus? Makanya, sekarang kami sampaikan
yang benar. Lihat Cina, yang penduduknya 1,45 miliar. Kebutuhan beras 155
juta ton. Produksinya 148 juta ton. Dia impor 5,6 juta ton dan ekspor 2,25
juta ton. Persentase impor terhadap kebutuhannya 3,5 persen. Berhasil enggak?
Berhasil. Impornya di bawah 10 persen. Banyak
yang bilang kebijakan impor tidak berpihak kepada petani. Benar? Petani mana yang komplain?
Coba lihat NTP (nilai tukar petani) yang 104. Dulu di bawah 100, sekarang di
atas 100. Artinya petani sedang senang. Jangan dihancurin lagi. Cara
ngancurin gimana? Harga telur itu lebih tinggi dari tahun lalu, maka harus Rp
22 ribu per kilogram. Hancur lagi nanti NTP petani dan peternak. Karena
variable cost sudah naik semua. Stok
beras di tangan pemerintah itu tidak berpengaruh terhadap naik-turunnya harga
di pasar? Karena enggak dipakai
untuk intervensi. Kapan
pemerintah mengintervensi? Lihat data volatile food.
Kok, enggak ada yang bilang kenapa kemarin (Mei, Juni, Juli 2023) deflasi?
Ini enggak datang dari langit karena tiga bulan itu pemerintah intervensi.
Ada bantuan pangan. Sekarang
belum ada intervensi karena harga beras masih wajar? Bukan. Kami sedang
mengatur caranya kalau mau intervensi, cadangan pangan pemerintah itu ada
penambahan dulu. Kalau kami lempar semua, Bulog enggak punya cadangan. Ada
pengaruhnya enggak? Ada. Kalau enggak kami intervensi bagaimana? Jika
cadangan banyak enggak dipakai, harga naik enggak? Naik juga. Maka, kalau
kita enggak punya stok dan hasil panennya turun tapi enggak ada intervensi,
bahaya banget. Dengan
harga beras Rp 13 ribu per kilogram sekarang belum perlu intervensi? Nanti, rencananya tiga
bulan (Oktober, November, dan Desember) ada bantuan pangan. Saya menugasi
Bulog sejak Juli. Penugasan menyalurkan cadangan pangan pemerintah dalam
rangka bantuan pangan beras. Mengapa
harus menunggu Oktober? Kita harus menjaga stok
Bulog. Kalau mulai Agustus, September, Oktober, berapa kebutuhan untuk
intervensi? Kebutuhannya 640 ribu ton. Berarti stok Bulog nanti tinggal 500
ribu ton. Berani? Tambah dulu dong stoknya. Kalau stok sudah bertambah, baru
intervensi. Jangan intervensi dulu, nanti habis itu "bensin". Pas
Februari banyak orang akan orasi, "Itu pemerintah tidak pinter mengelola
cadangan pangan." Melihatnya ke siapa? Kepala Badan Pangan. Padahal
masalahnya ada di produksi. Maksudnya? Bisa jadi, karena El Niño,
tanaman kurang pupuk. Kami bicara tidak menyalahkan kementerian atau lembaga
lain. Ini ada perubahan iklim, El Niño, naiknya harga barang, pergeseran
konsumsi orang. Maksud saya, jangan mendiskreditkan yang lain. Sekarang harus
kita siapkan bagaimana ke depan. Jadi
sepuluh bahan kebutuhan pokok di bawah tanggung jawab Badan Pangan itu aman? Makanya yang namanya
cadangan pangan itu penting. Sudah pernah lihat bantuan pangan yang ke Papua?
Jangan orang di sini bilang, "Oh, orang Papua enggak diperhatiin." Tambahan
impor 700 ribu ton itu kapan akan masuk? Sesegera mungkin. Kalau 2
juta ton itu keputusan presiden. Presiden sudah tahu bakal seperti ini. Kalau
Presiden minta, semuanya harus ikut. Jangan punya prasangka buruk. Ada orang
yang prasangkanya buruk, ada rente. Padahal ada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan
Korupsi. Dugaan
rente kan muncul karena ada impor.... Kalau impor, penugasannya
resmi dari rapat terbatas. Hitung-hitungannya juga dipublikasikan. Orang
seperti saya ini murni untuk Merah Putih, enggak buat yang lain-lain. Saya
jamin tidak satu perak pun saya terima uang dari importasi. Cadangan
beras saat ini memperhitungkan kondisi sampai Februari? Saya sekarang lagi bicara
sampai April. Pemilu Februari, Lebaran April. Itu
bukan karena kasus kekeringan? Kekeringan baru kemarin.
Bantuan pangan terus-menerus. Diversitas
pangan di Papua terganggu karena banyak lahan dipakai perkebunan sawit.... Yang produksi jangan kasih
ke saya pertanyaannya. Selain
mengimpor, apa yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi dampak El Niño? Cadangan pangan itu. Kalau
mau aman, harus punya cadangan pangan oleh badan usaha milik negara. Karena
BUMN itu ada "N" di belakangnya. Negara. Benar (Menteri Badan Usaha
Milik Negara) Pak Erick Thohir bilang BUMN harus untung, tapi kan ada N-nya.
Jadi untung, tapi ojok nemen (jangan kebangetan) gitu. Sampai hari ini saya
masih mengusahakan BUMN mendapat pinjaman dengan bunga rendah. Sudah
ada? Berapa bunganya? Bulog Rp 1 triliun. ID
Food on going sekitar Rp 1,5 triliun. Ini lagi review saat kemarin ketemu
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Saat ketemu Pak Erick juga saya
sampaikan. Bunganya diskon sekitar 4,75 persen. Aspek
governance penugasan ke BUMN kerap dipertanyakan. Bagaimana? Justru governance BUMN
malah bagus karena ada BPK, BPKP. Artinya
peluang main-main kecil? Pasti ketahuan. Kita
enggak bicara personal, oknum. Ini sebagai sistem. Selain
soal beras, ada laporan pasokan bawang putih, kedelai, dan lain-lain sedikit? Kenapa kita enggak fokus
membicarakan di produksi? Supaya
bukan impor solusinya? Kalau pertanyaannya kenapa
impor, ya, untuk mencukupi kebutuhan. Kalau saya tidak mengimpor, apa
risikonya? Kalau beras, kebutuhannya 30 juta per tahun, produksi 31 juta ton.
Berarti lebih. Kenapa kita impor? Kami sedang menyiapkan cadangan pangan
pemerintah karena ini makanan pokok. Kami bersiap-siap ada EI Niño, Lebaran,
pemilu. Kita jangan mengambil risiko besar. Itu saja penjelasannya. Kalau
stok kedelai berapa? Setahun butuh 2,5 juta,
produksinya 300 ribu ton. Yakin enggak mau impor? Pasokan
jagung masih aman? Ini yang harus kita
hitung. Menurut Kementerian Pertanian cukup. Kalau
hitungan Anda? Saya orang yang sangat
percaya angka. Paling fair memang Badan Pusat Statistik melakukan hal yang
sama untuk jagung. Saya sudah bersurat. Cabai
juga produksinya lebih, tapi kenapa harganya naik? Sekarang kalau makan tahu
pakai cabai apa? Orang Indonesia biasanya makannya selalu yang segar sehingga,
kalau mau mencadangkan cabai, kita perlu teknologi supaya tetap segar. Kalau
mau, diubah pakai cabai kering kayak India, makan roti canai pakai cabai
kering. Saya sekarang sedang minta tolong Badan Riset dan Inovasi Nasional
mengembangkan teknologi iradiasi (metode penyinaran pangan untuk mencegah
terjadinya pembusukan). Ini bisa membuat cabai tahan dua bulan. Soal
telur ayam dan beberapa harga pangan yang naik? Kenapa enggak memberi
angle peternak sedang dibantu Badan Pangan dan mereka berterima kasih
harganya sekarang sudah naik? Bagaimana
dengan konsumen yang terkena dampaknya? Konsumen kan dapat bantuan
pangan. Coba hitung harga telur hari ini Rp 28 ribu. Bagi 16 butir. Sekitar
Rp 1.750. Tega enggak? Beli telur Rp 1.750, terus kita komplain mahal. Yang
komplain usaha mikro, kecil, dan menengah karena menggunakan ayam dan telur. Maunya berapa? Mau
diturunin lagi? Kalau peternaknya enggak ada, dia akan lebih sulit hidupnya
karena tidak ada yang memproduksi telur. Ini satu ekosistem. Jangan egois di
ujung. Kalau
integrator isunya, tahun lalu dia merugi, harga ayam turun karena produksinya
berlebih. Kenapa bisa berlebih? Anak
ayam berumur satu hari (DOC)-nya kebanyakan. Kenapa DOC-nya kebanyakan?
Produksinya. Ini yang mau saya ubah. Jadi dalam hal ini Kementerian Pertanian
sebetulnya berhasil atau enggak? Kalau kurang, Anda marahin. Kalau kelebihan,
Anda marahin juga. Kalau kelebihan, artinya swasembada, dong. Nah, itu Badan
Pangan nanti menyiapkan river container, cold storage. Pada saat kita kelebihan
ayam, jangan diaborsi. Diapain? Dipotong karkasnya, disimpan dalam cold
storage, jadi daging beku untuk cadangan pangan pemerintah. Kalau cadangan
sudah cukup, baru ekspor. Kita punya daerah yang rentan gizi, rentan pangan,
kenapa ayamnya enggak dikirim ke sana. Kenapa
rencana itu belum berjalan? Ini sedang minta duitnya.
Buat cadangan itu perlu duit. Vitamin D. Vitamin duit. Kalau nanti sudah
keluar uangnya, baru kami cadangkan. Sekarang saya tanya, semua provinsi,
kabupaten, dan kota, berapa alokasi dana untuk pangan? Di provinsi
persentasenya 0,64, kabupaten 0,30, kota 0,47. Katanya kita peduli pada
energi, ketahanan keuangan, sama pangan. Kalau persentasenya 0,64, pangan
dianggap urgen enggak? Semua orang bilang pangan penting, tapi coba lihat
angkanya. Berarti
enggak tecermin, dong? Kalau dianggap penting,
masak, 0,6 persen. Presiden senang kalau kami kasih pandangan. Menteri Dalam
Negeri juga. Fokusnya itu bukan untuk menjatuhkan atau menjelekkan
kementerian/lembaga. Maksud saya, ayo dong, sekarang bersama-sama kita
tingkatkan produksi. Caranya? Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
sudah membangun 60 waduk, sumur bor, irigasi. Kementerian Pertanian sudah
menyiapkan belum benih yang bagus? Sudah siapkan GMO (organisme termodifikasi
secara genetika)? Sudah disiapkan belum breeding untuk tanaman tebu? Sudah
disiapkan lahannya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional? Apakah
semua sudah mulai dikerjakan? Presiden sudah memberi
tugas ke menteri. Apa
antisipasi terhadap dampak perubahan iklim pada pangan? Kalau soal produksi,
tanggung jawab siapa? Anggaran Badan Pangan Rp 464 miliar, Kementerian
Pertanian Rp 14,6 triliun. Saya kan seolah-olah komplain terus. Saya enggak
komplain. Tapi, pada saat ketercukupannya tidak ada, diversifikasi masih
kurang juga, kami impor. Ada yang salah enggak? ● Sumber : https://majalah.tempo.co/read/wawancara/169551/el-nino-kelangkaan-pangan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar