Menikah
dengan Mengakali Firman Allah Qommarria
Rostanti : Redakur Gaya Hidup
Republika.co.id |
REPUBLIKA, 10 Agustus 2023
Mencintai merupakan perasaan alamiah yang
dirasakan hampir semua makhluk yang bernyawa. Mencintai seyogianya menjadi
perasaan yang indah dan membuat tenang. Namun faktanya, mencintai juga dapat
menjadi rumit dan menantang, utamanya ketika harus menghadapi perbedaan. Banyak yang bilang, perbedaan atau tembok
terbesar yang dihadapi pria dan wanita yang kasmaran adalah agama. Tak jarang,
tembok kokoh bernama agama itu menjadi batas akhir dua insan yang “berbeda”
untuk tidak melanjutkan “perjalanannya” ke jenjang yang lebih serius. Pro dan kontra mengenai pernikahan beda agama
masih terus berlanjut baik yang melibatkan umat Islam dan non Islam. Padahal
dalam Islam sendiri, larangan soal menikah beda agama sudah sangat tegas. Terdapat dalil-dalil Alquran yang menyatakan
haramnya pernikahan berbeda agama, misalnya dalam Surah al-Baqarah ayat 221
yang artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,
walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. Sebegitu nyatanya larangan Allah SWT terhadap
pernikahan agama, makanya sangat aneh ketika ada sepasang manusia yang
mencoba mengakalinya dengan mengajukan permohonan pengesahan pernikahan beda
agama ke sebuah pengadilan. Mereka seolah memohon agar pengadilan yang
dipimpin oleh manusia untuk “membatalkan” larangan yang dibuat oleh Allah SWT, Zat yang Maha
Tinggi. Jika Tuhan saja dikhianati, apalagi kamu? Bukan tanpa alasan Islam melarang pernikahan beda
agama. Menikah memiliki beberapa tujuan mulia, di antaranya menciptakan
keharmonisan, kasih sayang, dan ketenangan dalam keluarga serta membangun
ikatan spiritual antara suami dan istri. Kebersamaan dalam keyakinan dan
agama dianggap dapat membantu mencapai tujuan ini dengan lebih baik. Pernikahan adalah ibadah terlama yang dilakukan
manusia. Bagaimana bisa itu dilakukan jika suami dan istri memiliki cara
beribadah yang berbeda? Perbedaan dalam praktik keagamaan dapat menyebabkan
kesulitan dalam merencanakan perayaan agama, festival, atau ritual keluarga.
Ini bisa menjadi sumber konflik dan kebingungan, terutama jika pasangan ingin
melibatkan anak-anak dalam praktik keagamaan mereka. Dalam Islam, ada keyakinan bahwa pasangan hidup
harus memiliki keyakinan dan nilai-nilai yang sejalan untuk mencapai
keseimbangan dalam hubungan dan keluarga. Namun pasangan dengan agama berbeda
sering kali memiliki perbedaan keyakinan dan nilai-nilai yang mendasari
kehidupan mereka. Perbedaan ini dapat menyebabkan konflik atau ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam pengambilan keputusan penting. Menikah tak hanya menyatukan dua insan, tapi juga
dua keluarga. Menikah beda agama membuka kemungkinan munculnya respons kurang
baik dari keluarga. Tekanan sosial ini bisa menyulitkan dan menimbulkan stres
dalam hubungan. Yang tak kalah penting, terkait anak-anak.
Menikah dengan orang yang berbeda agama dapat menyulitkan ketika pasangan
ingin mendidik anak-anak mereka dalam dua tradisi agama yang berbeda.
Anak-anak mungkin menghadapi tekanan atau kesulitan dalam memahami dan
mengenali identitas keagamaan mereka. Untuk itu, sebelum Anda terlibat percintaan yang
rumit dengan agama menjadi “taruhan”-nya, lebih baik hindari. Memang,
menghindari jatuh cinta dengan seseorang yang berbeda agama mungkin lebih
mudah diucapkan daripada dilakukan karena mencintai melibatkan perasaan dan
emosi yang tidak selalu dapat dikendalikan. Meski begitu, ada beberapa langkah yang dapat
diambil untuk membantu mengurangi kemungkinan jatuh cinta dengan seseorang
yang berbeda agama. Pertama, pahami nilai-nilai dan keyakinan agamamu sendiri
dengan lebih mendalam. Hal ini diyakini mampu membantu memahami apa yang
penting bagi dirimu dalam sebuah hubungan dan menghindari terjebak dalam
perasaan cinta yang bisa memengaruhi keputusan. Kedua, tetapkan batasan dan prinsip tentang
hal-hal penting dalam mencari pasangan hidup, termasuk agama. Ini membantu
menjaga fokus pada tujuan dan mencegah jatuh cinta dalam situasi yang
menyulitkan. Ketiga, pahami akibatnya. Cobalah untuk memahami
dampak jangka panjang dari pernikahan beda agama. Pertimbangkan tantangan dan
komplikasi yang mungkin muncul dalam kehidupan perkawinan dan keluarga.
Dukungan keluarga maupun sahabat penting untuk membantu memberikan perspektif
lebih seimbang dan membantu kamu tetap berada pada jalur yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam. Bagi kamu yang sudah telanjur mencintai seseorang
yang berbeda agama, berhenti mencintai begitu saja bisa menjadi proses sulit
dan penuh tantangan. Namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Yang pertama
harus kamu lakukan adalah sadar diri. Akui perasaan dan sadari bahwa cinta
itu mungkin tidak bisa direalisasikan ke jenjang pernikahan karena perbedaan
agama. Kesadaran akan kenyataan ini adalah langkah pertama untuk menghadapi
perasaanmu dengan jujur. Setelah itu, cobalah untuk mengurangi interaksi
atau kontak yang berlebihan dengan orang tersebut, terutama jika itu
memperkuat perasaan cintamu. Hindari situasi atau tempat yang bisa memicu
perasaan cinta tersebut. Kamu dapat mengalihkan perhatian pada kegiatan
dan hobi yang kamu sukai. Fokus pada dirimu sendiri membantu mengalihkan
perasaan dan pikiran dari cinta yang tidak memungkinkan ini. Beri waktu untuk diri sendiri. Beri dirimu waktu
untuk pulih dan sembuh dari perasaan tersebut. Pproses untuk berhenti
mencintai tiap orang berbeda-beda. Mungkin kamu akan berpikir berhenti
mencintai orang tersebut adalah hal mustahil. Namun percayalah, Allah SWT
akan mengganti air mata yang sementara itu dengan takdir yang lebih baik dan
indah. Terus berdoa dan bertawakal untuk melepaskan
perasaan cemas dan khawatir tentang masa depan. Percaya bahwa Allah SWT akan
memimpin kita menuju jalan yang terbaik. Bukan berarti kita harus pasif atau
tidak berusaha, tetapi tetap berusaha dan menghadapi hidup dengan keyakinan
bahwa Allah SWT akan menuntun kita. ● Sumber :
https://news.republika.co.id/berita/rz4fow318/menikah-dengan-mengakali-firman-allah |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar